webnovel

PENDEKAR TAPAK DEWA

Kebiadaban yang dilakukan oleh gerombolan La Kala (Kelompok Merah-Merah) di bawah pimpinan La Afi Sangia makin merajalela. Terakhir mereka membantai penduduk Desa Tanaru beserta galara (kepala desa) dan keluarganya sebelum desa mereka dibumihanguskan. Mayat-mayat bergelimpangan di mana-mana yang sebagian besarnya hangus bersama rumah-rumah mereka. Darah Jenderal Hongli alias Dato Hongli mendidih menyaksikan bekas aksi kebiadaban yang di luar batas kemanusiaan itu. Darah kependekarannya menangis dan jiwanya menjerit. Tetapi ada sebuah keajaiban. Di antara mayat-mayat bergelimpangan ada sesosok bayi mungil yang kondisinya masih utuh. Tubuhnya sama sekali tak bergerak. Sang bayi malang seolah-olah tak tersentuh api walau pakaiannya telah menjadi abu. “Oh...ternyata bayi ini masih hidup,” desah sang mantan jenderal perang kekaisaran Dinasti Ming. Diangkatnya bayi itu seraya lanjut berucap, “Akan kubesarkan bayi ini. Dia adalah sang titisan para dewa. Akan kugembleng ia agar kelak menjadi seorang pendekar besar. Kelak, biarlah dia sendiri yang akan datang untuk menuntut balas atas kematian keluarganya serta seluruh penduduk desanya. Akan kuberi bayi ini dengan nama La Mudu. Ya, La Mudu, Si Yang Terbakar...!” Lalu sang pendekar besar yang bergelar Wu Ying Jianke (Pendekar Tanpa Bayangan) itu mengangkat tubuh bayi itu tinggi-tinggi dengan kedua tangannya. Ia berseru dengan suaranya yang bergetar membahana: “Dengarlah, wahai Sang Hyang Dewata Agung....! Aku bersumpah untuk menggembleng dia menjadi seorang pendekar besar yang akan menumpas segala bentuk kejahatan di atas bumi ini..!! Wahai Dewata Agung, kabulkanlah keinginanku ini...!! Kabulkan, kabulkan, kabulkan, wahai Dewata Agung...!” Sang Hyang Dewata Agung mendengar permohonannya. Alam pun seolah mengamininya. Cahaya petir langsung menghiasi angkasa raya yang disusul dengan guruh gemuruh yang bersahut-sahutan. Tak lama kemudian hujan deras bagai tercurah mengguyur bumi yan

M Dahlan Yakub Al Barry · Fantasi
Peringkat tidak cukup
89 Chs

Bab 68. La Mudu Makin Berjaya

Puluhan pajuri berpedang serentak berlompatan ke dalam arena, hendak menyerang La Mudu. Namun, belum lagi kaki mereka menyentuh bumi, Dewa Na’e dan Dewa Ngoja langsung menghadang mereka dengan serangan berpedang yang cepat dan mematikan. Tebasan pedang keduanya langsung merontokkan beberapa pajuri berpedang.

Betapa kagetnya dan geramnya La Afi Sangia melihat kedua petingginya itu ikut membantu Pendekar tapak Dewa. Darahnya langsung mendidih. Dengan tanpa pikir panjang, manusia yang merupakan dirajanya jawara di seantero Kepulauan Tenggara itu langsung mencabut tombok yang ada di hadapannya, dan diawali dengan teriakan nyaring, tubuhnya meluncur dengan cepat ke arah La Mudu.

Sang murid Dato Hongli segera meraih salah satu pedang yang bertebaran di sekitarnya dan menjemput serangan penguasa Sangiang itu dengan gerakan yang tak kalah cepatnya. Dan...

“Heaa...!!”

Trang...!!

Trang...!!

Bab Terkunci

Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com