webnovel

PENDEKAR TAPAK DEWA

Kebiadaban yang dilakukan oleh gerombolan La Kala (Kelompok Merah-Merah) di bawah pimpinan La Afi Sangia makin merajalela. Terakhir mereka membantai penduduk Desa Tanaru beserta galara (kepala desa) dan keluarganya sebelum desa mereka dibumihanguskan. Mayat-mayat bergelimpangan di mana-mana yang sebagian besarnya hangus bersama rumah-rumah mereka. Darah Jenderal Hongli alias Dato Hongli mendidih menyaksikan bekas aksi kebiadaban yang di luar batas kemanusiaan itu. Darah kependekarannya menangis dan jiwanya menjerit. Tetapi ada sebuah keajaiban. Di antara mayat-mayat bergelimpangan ada sesosok bayi mungil yang kondisinya masih utuh. Tubuhnya sama sekali tak bergerak. Sang bayi malang seolah-olah tak tersentuh api walau pakaiannya telah menjadi abu. “Oh...ternyata bayi ini masih hidup,” desah sang mantan jenderal perang kekaisaran Dinasti Ming. Diangkatnya bayi itu seraya lanjut berucap, “Akan kubesarkan bayi ini. Dia adalah sang titisan para dewa. Akan kugembleng ia agar kelak menjadi seorang pendekar besar. Kelak, biarlah dia sendiri yang akan datang untuk menuntut balas atas kematian keluarganya serta seluruh penduduk desanya. Akan kuberi bayi ini dengan nama La Mudu. Ya, La Mudu, Si Yang Terbakar...!” Lalu sang pendekar besar yang bergelar Wu Ying Jianke (Pendekar Tanpa Bayangan) itu mengangkat tubuh bayi itu tinggi-tinggi dengan kedua tangannya. Ia berseru dengan suaranya yang bergetar membahana: “Dengarlah, wahai Sang Hyang Dewata Agung....! Aku bersumpah untuk menggembleng dia menjadi seorang pendekar besar yang akan menumpas segala bentuk kejahatan di atas bumi ini..!! Wahai Dewata Agung, kabulkanlah keinginanku ini...!! Kabulkan, kabulkan, kabulkan, wahai Dewata Agung...!” Sang Hyang Dewata Agung mendengar permohonannya. Alam pun seolah mengamininya. Cahaya petir langsung menghiasi angkasa raya yang disusul dengan guruh gemuruh yang bersahut-sahutan. Tak lama kemudian hujan deras bagai tercurah mengguyur bumi yan

M Dahlan Yakub Al Barry · Fantasi
Peringkat tidak cukup
89 Chs

Bab 45. Sang Calon yg Populer

Tak ada sahutan. Ketika ia membuka pintu rumah, kakinya gagal melangkah masuk. Di tengah ruang terbuka bagian depan rumah panggung itu dia melihat laki-laki tua itu sedang bersemedi dengan cara yang tak wajar, yaitu posisi berdiri dengan bersedekap tetapi dengan tubuh terbalik. Berdiri dengan menggunakan kepala!

“Kakek benar-benar seorang pendekar agung. Hanya dengan mengirimkan suaranya, musuh-musuhnya dibuat bertekuk lutut,” batin Meilin.

Saat Meilin pelan-pelan hendak menutup kembali pintu rumah, ia agak kaget mendengar Kakek Dato Hongli memanggilnya. Serta-merta ia membuka kembali daun pintu rumah sembari menyahuti,”Iya, Kek...?”

“Sifat pemaaf itu jauh lebih mulia dari dendam dan kebencian. Sifat pemaaf akan membuat hidup manusia menjadi indah dan berwarna, kebencian dan dendam hanya akan membuat hidup manusia menjadi cepat dilupakan orang walau ia masih hidup,”nasihat Dato Hongli.

Bab Terkunci

Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com