Pemuda yang merupakan murid Eyang Pancala Sukma itu tersenyum dingin. Sampai detik ini, Raka belum juga bergerak. Tubuhnya masih diam di tempat semula. Wajahnya juga masih kalem.
Saat semua serangan lawan sudah benar-benar dekat dengan tubuhnya itulah, baru dia melakukan sebuah gerakan yang tidak pernah disangka oleh siapapun.
Pendekar Pedang Pencabut Nyawa tiba-tiba sudah berada di depan sana. Tiga serangan maut yang disangka akan mengenai sasaran, ternyata gagal. Usaha mereka bertiga sia-sia.
Jelas-jelas tadi Raka Kamandaka belum juga bergerak. Siapapun juga akan setuju kalau serangan tadi bakal mengenai tubuhnya dengan telak.
Namun kenyataannya malah diluar dugaan. Bukan saja tubuhnya masih utuh, nyawanya juga masih menempel di badannya.
Kejadian ini benarkah nyata? Sungguhkah bukan mimpi?
Untuk beberapa saat, ketiga orang asing itu hanya bisa berdiri sambil terbengong. Mereka jelas belum percaya dengan apa yang baru saja terjadi itu.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com