Terlihat sepasang tangan membuat gerakan di tengah udara. Kelebatan cahaya putih menyilaukan membuat pandangan mata menjadi kabur. Selang beberapa waktu kemudian, tiba-tiba terdengar jeritan yang cukup keras.
Pedang Sembilan Racun terlempar. Senjata pusaka itu menancap di tanah dalam jarak sekitar dua tombak dari lokasi pertarungan. Pemiliknya sendiri ikut terlampar sejauh tiga langkah ke belakang. Si Racun Timur sudah berada dalam keadaan terduduk.
Mulutnya mengeluarkan darah segar. Dia sudah muntah sebanyak dua kali. Dadanya terasa sangat sesak. Pandangan matanya kabur. Rasa sakit yang sulit dijelaskan mulai merayap ke seluruh tubuhnya.
Lewat sejurus kemudian, tahu-tahu orang itu terkulai lemas. Racun Timur tidak akan bangun lagi untuk selamanya.
Dia sudah mati. Mati dalam waktu yang sangat singkat.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com