"Kebiasaanmu sungguh unik, lain daripada orang lain," kata Raka sambil tersenyum.
"Kebiasaan orang memang berbeda-beda. Ada yang unik, malah ada juga yang aneh," timpal si Pedang Delapan Penjuru.
Sementara percakapan mereka berlangsung, waktu terus berjalan tanpa berhenti.
Di kejauhan sana, kentongan pertama sudah terdengar dibunyikan.
Memasuki waktu ini, suasana semakin bertambah sepi sunyi kembali.
"Sekarang sudah tiba waktunya untuk kita melangsungkan duel," kata Pedang Delapan Penjuru dengan hambar.
"Ya, aku juga beranggapan begitu,"
"Kau harus mengeluarkan seluruh kemampuanmu. Kalau sampai aku bisa tewas di ujung pedangmu, maka itu artinya hidupku tidak sia-sia, selama ini berlatih pedang juga tidak percuma,"
Pedang Delapan Penjuru berkata dengan tenang dan santai. Di balik ucapan itu juga terkandung sebuah harapan besar.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com