webnovel

Sikap Kasar Donni

Dengan cepat Donni mengejar Gadis yang berjalan terburu-buru itu. Lalu Donni meraih kuat bahu Gadis itu.

"Tunggu!" bentak Donni dengan amarah meluap-luap.

Gadis itu tidak merespon bahkan mempercepat langkahnya menepis tangan Donni. Tentu saja Donni merasa di remehkan.

Tanpa ayal lagi. Donni bergerak menarik kuat lagi lengan gadis itu dan mendekapnya.

"Kurang ajar kamu, ya?" pekik Gadis itu berusaha melepaskan dekapan Donni.

Mata Donni membelalak saat menatap dekat wajah Gadis itu. Matanya lentik dengan bibir tipis cantik rupawan.

Donni di buat tidak berkutik saat memandangnya. Keduanya saling tatap di sela dekapan Donni.

Sebelum Gadis itu memberontak lagi. Di sanalah Donni mengambil kesempatan.

Dengan paksa Donni melumat bibir ranum milik Gadis itu.

"Mmmmmppp ...." Gadis itu mengerjap beberapa kali berusaha melepaskan ciuman Donni.

Dan. Dengan cepat Donni mendorong Gadis arogan itu. Membuat tubuh Gadis itu terjungkal ke belakang dan jatuh terjerembab ke tanah.

"Itu balasan dari saya!" bentak Donni sambil berlalu dan pergi melaju menaiki motornya hingga menghilang di kegelapan malam.

Lia terbujur kaku duduk sambil menangis dan mengucek bibirnya beberapa kali jijik.

"Sialan kamu Donni!" teriaknya sambil bangkit berdiri.

Malam semakin larut. Lia celingukan sendirian ketakutan lalu berjalan cepat menuju ke rumahnya.

Mulutnya terus menggerutu mengutuk perbuatan Donni yang telah melecehkannya.

Tepat di depan pintu rumahnya. Lia menyeka air matanya agar tidak menimbulkan curiga ibunya.

"Bu, Li pulang!"

Lia lantas menghambur masuk ke kamar ibunya.

"Ada apa Li. Ibu disini, kenapa kamu berteriak?" tanya ibunya yang tengah berbaring lemah karena sakit.

Lia kemudian duduk di tepi ranjang sambil meraba kening ibunya.

"Ibu masih panas. Li sudah beli obat yang Ibu minta," ucap Lia sambil mengeluarkan dua tablet obat dari saku jaketnya.

"Beli dimana obat ini Li, sudah Ibu bilang. Beli obatnya besok saja. Ini kan sudah malam," ucapnya menatap lekat putrinya dengan penuh kasih.

"Tidak apa-apa Bu. Li takut terjadi apa-apa. Mana Bapak belum pulang lagi, ayo Bu di minum obatnya," pinta Lia sambil menyodorkan segelas air yang sudah berada di atas nakas.

"Makasih ya Nak ... "

"Iya Bu, Li mau ke air dulu ya, Bu."

Setelah memberi Ibunya obat. Lia pun melangkah pergi menuju kamar mandi. Dengan cepat, Lia membasuh bibirnya beberapa kali.

Wajahnya memerah karena memendam emosi pada Donni. Baru kali ini bibirnya di cium oleh seorang lelaki. Dan sialnya lelaki itu si Donni yang sangat ia benci setengah mati.

"Awas kau Donni," omel Lia. Giginya gemeretak dengan kedua tangannya sudah mengepal di kedua sisi tubuhnya.

*

*

*

Tiba di rumah, Donni langsung memarkirkan motornya berjalan buru buru masuk ke dalam kamarnya lalu menguncinya rapat. Sepatu ia lempar ke sembarang arah lalu membuka kemejanya asal.

Donni hempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur. Bayangan wajah Gadis itu seakan tidak mau pergi dari pikirannya.

Pertama Gadis itu meludahi wajahnya, kedua Donni di tampar keras oleh Gadis arogan itu.

Sial!

Siapa Gadis itu?

Mengapa pula Gadis itu sangat membencinya. Toh yang ia sakiti Wulan. Tapi mengapa Gadis itu yang sewot.

Donni berangsur bangkit lalu memosisikan duduknya bersandar di muka ranjang.

"Maunya apa sih? Gadis arogan itu? Berani sekali dia tadi menampar saya!" gerutu Donni kesal.

Donni mengoceh seakan perbuatannya tadi pada Gadis itu belum membuatnya puas. Suatu hari nanti, Donni akan berbuat lebih nekad lagi jika Gadis itu berulah lagi.

Tapi wajah Gadis itu begitu cantik. Mengapa Donni jarang melihat Gadis itu?

Padahal Donni sering wara wiri di daerah itu. Tapi Donni tak pernah sekalipun melihatnya. Bahkan Donni sudah berkencan dengan beberapa Gadis di daerah tempat Gadis itu tinggal.

"Siapa sih Gadis itu? Siapa? Siapa?" teriak Donni sambil mengacak kasar rambutnya untuk menetralisir amarahnya karena tamparan Gadis itu masih membekas di benaknya. Meninggalkan tanda merah di pipinya.

"Donni!!"

Teriakan Ibunya dari luar kamar. Berhasil menyadarkan amarah Donni yang berteriak-teriak macan orang kesurupan membuat ibunya terusik.

"Kenapa kamu teh teriak- teriak! Eling Donni! Ini teh sudah malam!"

"Tidak apa-apa Bu. Donni lagi latihan drama!" balas Donni beralasan.

"Cie ....cie ...latihan drama cinta, ya A?" Tina adiknya ikut menimpali.

Kepala Donni sudah bertanduk mengeluarkan asap tebal. Ejekan Tina membuatnya geram.

Tidak tahu apa, Donni lagi kesal!

"Sudah, tidur sana! Besok kamu kerja. Nanti kesiangan lagi!" bentak ibunya.

"Iya Bu."

Donni memiringkan tubuhnya sambil mendekap guling berusaha memejamkan matanya tapi justru Gadis itu lagi yang muncul di otaknya.

Gadis itu bagai hantu gentayangan mengganggu tidur malamnya. Bagaimana mungkin Donni bisa melupakan Gadis arogan itu. Sikapnya yang sombong dan angkuh dan selalu menghinanya. Membuat Donni berjanji akan memberi pelajaran pada Gadis yang telah menghinanya itu.

Donni bagai sampah kotor di depan matanya.

Dirinya yang dengan mudah menaklukan hati kaum hawa, dan dalam sekejap, Donni bisa menghisap madunya.

Tapi berbeda dengan Gadis itu. Bukan madu yang didapat. Tapi Gadis itu mampu mengeluarkan racun berbisa yang siap menghentikan aliran darahnya.

Seperti malam itu. Donni tak sedikitpun memejamkan matanya karena pikirannya selalu tertuju pada Gadis itu.

Wajah Gadis arogan itu masih lekat dalam ingatannya.

*

*

*

Keesokan paginya. Donni sudah berdandan rapih hendak pergi ke kantor. Wajahnya begitu tampan dan menarik. Wangi tubuhnya menyeruak memenuhi ruangan kamarnya.

"Sarapan dulu Donni," ucap Ibunya.

"Baik Bu."

Sarapan pagi sudah tersaji. Donni duduk manis menyantap hidangan ibunya.

"Aa. Tina hari ini harus bayar uang buat acara di sekolah," ujar Tina tiba-tiba sudah duduk di sebelah Donni.

"Mmm ... berapa?" tanya Donni sambil menyomot ayam goreng kesukaannya.

"tujuh puluh ribu Aa. Itu udah termasuk ongkos bis."

"Memangnya acara apaan, sih?"

"Ih. Cepetan atuh A. Tina udah terlambat nih!"

Wajah Tina terlihat ketus dengan bibir cemberut.

Donni lantas mengeluarkan uang dari saku celananya lalu di serahkan pada Tina.

"Nih Aa kasih lebih. Belajar yang rajin, ya?"

"Wah ... terima kasih A," ucap Tina begitu bersemangat sambil merangkul Donni.

"Lepas ah. Kalau ada maunya aja, kamu mau meluk Aa," umpat Donni.

Tina pun beranjak dan langsung berlari keluar.

Ya. Itulah Tina. Adik kesayangan Donni yang pandai merayu jika ada maunya.

Sejak Ayah Donni wafat. Semua kebutuhan Ibu dan adiknya semua Donni yang menanggungnya. Termasuk semua biaya Tina dan belanja ibunya. Bahkan Donni cukup loyal mengeluarkan uang. Ia tidak pernah perhitungan. Baginya uang yang sudah habis tidak jadi soal. Asal bisa membahagiakan mereka.

Jam sudah bergerak pukul tujuh pagi. Donni harus segera berangkat.

Menjalankan motornya pelan Donni pergi menuju ke kantornya.

Baru setengah perjalanan. Mata Donni tiba-tiba menukik pada seorang Gadis yang tengah berjalan buru-buru di depannya.

Rambutna dikucir satu memakai pita merah jambu. Pakaian seragam abu-abu cukup ketat melengkapi penampilan Gadis itu.

Dari belakang Donni mencoba mendekati Gadis itu. Ya seperti biasa, Donni ajak berkenalan.

Kalau di perhatikan dari bentuk tubuhnya yang ramping dari belakang. Donni yakin, Gadis itu pasti cantik.

"Ehem!" Donni mendehem keras agar Gadis itu menoleh ke arahnya.

Gadis itu lalu menghentikan langkahnya. Perlahan menoleh ke belakang.

"Astaga!"

Donni terkejut setengah mati. Gadis itu tenyata Gadis yang sama yang semalam menampar keras pipinya.

Tubuh Donni seketika bergetaran. Jantungnya seakan mau meledak melihat mata Gadis itu yang menyorot tajam ke arah Donni.

Donni kaku tidak bergerak di atas motornya.

Edan! Kenapa Gadis itu selalu bertemu dengannya.

"Ada apa, ha?!" pekik Gadis itu sambil berkacak pinggang di hadapan Donni.

Lutut Donni seakan kaku tidak bisa di gerakkan, otot-otot nya mendadak tegang. Mata bulat Gadis itu seakan mengeluarkan panah dan panahnya meluncur bebas menusuk ke jantungnya.

Donni dibuat tak berkutik oleh Gadis itu.

"Cuihhh!"

Gadis itu kemudian meludah di depan Donni seakan Donni kotoran yang menjijikkan.

Sontak saja wajah Donni seketika merah padam. Kobaran api sudah menyala di otaknya.

Dengan sigap Donni turun dari motornya lalu menghampiri Gadis yang sudah sangat keterlaluan itu.

"Kurang ajar!" bentak Donni sambil menyambar krah baju Gadis itu dengan kasar.

Gadis itu menjerit berusaha melepaskan tangan Donni yang menarik kuat krah baju seragamnya.

Tapi Donni tidak menggubrisnya bahkan ia semakin kuat menariknya .

Orang-orang yang kebetulan lewat didepan mereka. Hanya bisa diam sambil berbisik-bisik. Mereka menyangka Donni dan Gadis itu pasangan kekasih yang sedang berseteru.

"Hah?!"

Alangkah kagetnya Donni. Tiba-tiba kancing baju seragam Gadis itu terlepas karena Donni menariknya kasar.

Donni langsung melepaskan tangannya sambil menutup kedua matanya. Bagaimana tidak, karena ulahnya. Kancing baju Gadis itu berhamburan ke tanah membuat CD milik Gadis itu terlihat jelas oleh Donni.

"Donni kurang ajar kamu?!"

Gadis itu memburu dada Donni memukulnya berkali kali.

Donni tidak bereaksi. Dirinya pokus melihat payudara milik Gadis itu yang sedikit terlihat jelas.

Dengan cepat. Donni mendekap Gadis itu di dadanya untuk menutupi area sensitif Gadis itu.

"Diam, ayo naik ke motor. Anu kamu kelihatan," bisik Donni bicara di telinga Gadis itu.

Gadis itu melihat ke bawah. Dan betapa kagetnya ia melihat keadaannya.

Kancing baju seragam lepas semuanya. Dan CD miliknya tampak terlihat jelas.

Gadis itu lantas menangis histeris di dada Donni menyembunyikan wajahnya karena malu.

Donni memeluknya semakin erat agar CD milik Gadis itu tidak di lihat orang lain.

"Donni kamu keterlaluan, bagaiman ini. Saya bisa terlambat ke sekolah huuu ...huuu ...." tangisan Gadis itu membuat Donni panik. Keduanya tampak berpelukan di jalan di perhatikan orang orang di sekitar nya yang kebetulan lewat. Bahkan mereka tertawa geli sambil geleng- geleng kepala melihat tingkah Donni.

"Woy! Pacaran jangan di jalan!" teriak seorang anak muda dari jauh menegur mereka berdua.

Donni semakin panik. Kedua mata saling tatap saat itu. Jantung Donni pun sudah tidak karuan. Keringat dingin membanjiri seluruh tubuhnya. Tubuh Gadis itu begitu dekat menempel di tubuhnya. Membuat jantung Donni dag Dig dug serr.

Tak hilang akal. Donni cepat membuka jaketnya lalu memakaikannya pada Gadis itu.

Gadis itu masih menangis lirih karena Donni telah mempermalukannya.

"Ayo ikut! Aku akan belikan kamu seragam baru!" ajak Donni sambil menuntun tangan Gadis itu menuju ke motornya.