webnovel

Donni Si Pecinta

Donni. Pria berumur 25 tahun. Wajahnya cukup menarik. Memiliki tubuh sembada juga atletis.

Dada bidangnya mampu membuat gadis yang melihatnya klepek klepek.

Setiap wanita yang ia rayu. Luluh di hadapannya. Bukan itu saja, rayuan mautnya mampu melelehkan jiwa kaum hawa meronta-ronta lalu tergila- gila, dan dengan pasrah menyerahkan kesuciannya tanpa ada perlawanan.

Wulan. Nama seorang gadis belia cantik manis dan juga imut.

Baru satu Minggu Donni berkenalan dengan gadis itu lalu tidak lama Donni mengencaninya.

Soal memikat gadis perawan. Donni memang jagonya.

Cukup mengajaknya kenalan lalu memperlihatkan senyum manisnya. Korbannya akan jatuh begitu saja di pelukannya.

Kharisma Donni memang luar biasa.

Seperti biasa malam itu.Donni datang berkunjung ke rumah Wulan. Gadis belia yang baru saja duduk di kelas tiga SMP itu. kesohor paling menawan di kampungnya. Tidak sedikit pemuda yang berusaha merebut sang gadis rupawan itu. Tapi seperti biasa, Donni lah orang pertama yang berhasil menaklukannya.

Anna Ibu kandung dari Wulan tak kalah cantiknya. Suami Anna selalu berpergian ke luar kota untuk tugas, hanya sebulan dua kali suaminya pulang karena memang tugasnya jauh di luar kota.

Malam itu Donni mulai melancarkan aksinya. Rayuan mautnya, membuat Wulan malam itu menyerahkan kesuciannya tanpa diketahui Anna ibunya.

Bagi Donni, sebelum ia menghisap madu dari kuncup bunga itu. Donni tidak akan menyerah dan akan terus berusaha sampai si wanita pasrah menyerah dalam dekapan cintanya.

Malam itu. Mahkota yang selama tujuh belas tahun Wulan jaga. Akhirnya mahkota itu ia serahkan begitu saja pada Donni.

Isak tangis Wulan mengiringi penyesalannya, karena kesuciannya telah ia berikan pada Donni sang pujaan. Begitu besar cintanya terhadap pria yang baru seminggu di kenalnya. Hingga ia merelakan sesuatu yang sangat berharga menyerahkan tubuh mungilnya pada Donni.

"Aa ... bagaimana ini ... " ucap Wulan sambil menangis terisak. Wulan kemudian menyembunyikan sehelai kain putih bernoda bercak darah merah di bawah tempat tidurnya.

Bercak darah di kain putih itu. Saksi dari perbuatan bejad Donni.

Ya. Malam itu, Donni memaksa Wulan melakukan hubungan Suami Istri. Meski awalnya Wulan menolak. Tapi karena terbujuk rayuan maut Donni. Akhirnya malam itu, Wulan pasrah saat lelaki berkharisma itu mulai menyentuh bagian- bagian sensitifnya.

Rasa sakit saat Donni berhasil merenggut mahkotanya yang sangat berharga. Sebisa mungkin Wulan tahan rasa sakit itu dengan menggigit bibir bawahnya menahannya agar tidak menimbulkan suara gaduh. Takut ibunya bangun dan mengetahui perbuatan mereka berdua.

Berbeda dengan Donni. Bunga yang masih mekar dan berkembang itu. Sangat manis dan nikmat saat ia hisap madunya.

Ini keenam kalinya. Donni berhasil merenggut kesucian seorang gadis. Setelah ia hisap madunya. Donni perlahan akan menjauh lalu meninggalkan gadis itu secara teratur.

Tapi beruntung. Gadis yang kesuciannya di ambil Donni, tidak ada satupun yang hamil. Dan anehnya lagi. Korban- korban dari cinta palsu Donni. Tidak ada satupun yang menuntut Donni atau meminta pertanggung jawaban Donni.

Itulah mengapa Donni dijuluki Pecinta Wanita atau lebih tepatnya Buaya darat.

Kembali pada Wulan.

"Tenang sayang ... kalau ada apa-apa. Aa tanggung jawab kok," bujuk Donni seraya beranjak dari tempat tidur lalu mengambil pakaiannya yang tercecer di lantai. Selepas itu Deni mendekati Wulan yang masih polos tak berbusana di tutupi selimut.

"Ayo pakai bajumu. Nanti ibumu bangun ... " bisik Donni seraya menyerahkan piyama milik gadis yang baru saja ia rampas kehormatannya.

Wulan mengangguk perlahan. Lalu dengan cepat ia mengenakan piyama yang biasa ia pakai tidur.

"Aa. Sebaiknya Aa nginap saja malam ini. Biar Mamah tidak curiga ... " ucap Wulan berbisik di telinga Donni.

"Baiklah. Kamu bobo ya ... biar Aa tidur di sofa."

"Iya Aa, Wulan ngantuk. Besok pagi kan Wulan harus pergi sekolah," bisik Wulan lalu gadis itu berbaring di tempat tidur menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Baiklah. Aa akan tidur di sofa, ya ... " bisik Donni kemudian.

"Iya ... ayo cepat sana keluar, nanti Mamah bangun ...."

Donni pun dengan hati- hati membuka pintu kamar lalu melangkah keluar setelah menutup rapat pintu kamar Wulan.

Jantungnya berdetak kencang. Takut Ibu Wulan bangun.

Perlahan Donni berbaring di sofa lalu dengan cepat ia tidur.

Setelah puas melampiaskan hasratnya pada Wulan. Donni malam itu memutuskan untuk menginap di rumah Wulan. Meski rumah Donni sebenarnya tidak begitu jauh dari rumah Wulan.

Sekitar pukul dua dini hari Donni terbangun lalu menyalakan layar tv untuk menonton acara sepak bola kegemarannya.

Meskipun matanya setengah kantuk, Donni masih bisa menahannya, maklumlah malam itu kejuaraan liga Inggris yang memang sudah ditunggunya sejak kemarin.

"Mm....nonton apa Don ...." guman Tante Anna tiba-tiba sudah berada duduk disamping Donni.

"Eh, ini Tante, lagi nonton bola, Tante kok belum tidur?" Donni terhentak kaget melihat kehadiran Ibu Wulan yang tiba- tiba muncul.

Donni biasa memanggil Tante Anna pada ibunda Wulan.

"Iya nih. Tante gak bisa tidur."

Donni mulai risih dengan sikap Tante Anna. Tiba-tiba muncul di depannya lalu duduk di sampingnya.

Jantung Donni berdetak kencang, ketika Tante Anna mulai mendekatinya. Tentu saja Donni jadi kikuk dan salah tingkah.

"Donni, bisa tolong Tante, gak?"

"Eh, iya Tante, mau."

"Ini lho, pundak Tante kok ngilu, ya? Bisa tolong pijitin ...."

Donni menelan ludahnya mendengar permintaan Tante Anna yang membuatnya gugup. Apalagi Tante Anna malam itu mengenakan gaun malam tembus pandang, memperlihatkan buah dadanya yang montok.

Sepertinya Tante Anna sengaja mendekatinya.

Dahi Donni mulai berkeringat, saat Tante Anna memperlihatkan pundaknya pada Deni. nafasnya mulai memburu mendekati Donni. tentu saja Donni semakin tegang.

Sebenarnya apa yang diinginkan tante Anna?

Donni tidak mengerti.

Saat Donni berusaha menjauh. Tiba-tiba Tante Anna menyambar tubuh Donni lalu tanpa di duga wanita itu melumat bibir Donni, membuat Donni kaget setengah mati.

Donni sebisa mungkin meronta mendapati ulah Tante Anna yang memaksa nya dan melumat bibirnya dengan penuh gairah. Membuat dada Donni berdetak kencang tak beraturan.

Tante Anna terus menggerayangi tubuh kekar Donni.

Hingga Donni tidak berdaya dan pasrah.

"Kamu jangan khawatir Don ... Wulan sudah tidur ... " gumannya. Kilat gairah sudah menyelimuti Tante Anna. Membuat Donni tak berkutik sama sekali.

"Tante jangan ... " Untuk kedua kalinya Donni berusaha memberontak dari gairah yang kian menggelora mengurung Tante Anna.

Rasa khawatir mulai menyelimuti Donni. Bagaimana bisa, Tante Anna melakukan semua itu pada dirinya. Padahal ia mengetahui bahwa Donni sudah mengencani Wulan Putri si mata wayangnya.

Tapi sepertinya Tante Anna tidak perduli. Hasratnya telah membuat dirinya lupa. Rasa kesepian sekian lama di tinggal suami bertugas. Membuat Tante Anna haus akan belai hangat seorang lelaki.

Donni terus dipaksa hingga Tante Anna berhasil membawa Donni masuk ke dalam kamarnya.

"Jangan Tante ....nanti Wulan bangun," keluh Donni berusaha memohon lagi pada Tante Anna, tapi Tante Anna tidak menggubrisnya. Hasratnya kian memuncak saat melihat dada kekar milik Deni.

"Sebentar saja Don ...." bujuk Tante Anna dengan gairah yang kian membendung birahinya. Dan dengan satu kakinya. Tante Anna menutup pintu kamar. Bibir mereka masih bartautan hingga akhirnya keduanya jatuh di atas ranjang.

Tentu saja Donni sebagai pria normal tidak bisa menahannya. Donni pun pasrah dalam dekapan wanita itu.

Suara erangan dan desahan Tante Anna membahana memenuhi ruangan kamarnya. Menggigit bibir bawahnya. Tante Anna merasakan nikmat nya sentuhan pria perkasa yang bergerilya menyentuh setiap lekuk tubuhnya.

Hingga di akhir puncak. Desahan Tante Anna semakin kuat. Donni berhasil membuat wanita itu mengerang karena puncak kenikmatan yang di berikan Donni. Tapi Donni belum selesai. Peluh keringat sudah membasahi tubuh Donni. Untuk kedua kalinya Tante Anna merasakan nikmat itu lagi.

"Luar biasa kamu Don ... " racau Tante Anna dengan nafas terengah-engah.

Edan si Donni! Ibu dan anak malam itu ia lahap keduanya.

Setelah melayani birahi Tante Anna. Donni berjalan perlahan menuju kamar Wulan. Pintu kamar tampak tidak terkunci. Lantas Donni melangkah masuk ke dalam. Tampak Wulan tertidur dengan lelap.

Dengan hati-hati Donni menutup pintu kamar Wulan.

Lalu kembali melangkah menuju kamar Tante Anna. Rupanya wanita itu sudah tidur terlentang karena lelah dengan pertarungannya yang baru saja mereka lakukan.

Donni pun kembali ke ruang tengah. Lantas merubuhkan tubuhnya di atas sofa. Rasa lelah kian terasa karena baru saja memenuhi hasrat tinggi Tante Anna.

Donni tidur menelungkup di atas sofa.

Layar tv pun masih menyala. Lantas Donni mengambil perlahan remote nya kemudian mematikan layarnya lalu tidur.

* * *

Keesokan paginya Donni bergegas bangun. Semalaman Donni tidur di sofa.

Tampak Wulan tengah bersiap-siap pergi sekolah. Pagi itu Wulan menyempatkan waktunya menyuguhkan kopi panas untuk sang pujaan.

"Yang, diminum dulu kopinya ...." ucap Wulan sambil menyimpan segelas kopi di atas meja.

Donni beranjak dan langsung menuju kamar mandi. di kamar mandi Tante Anna menyalip langkahnya.

"Ehh, Tante ...."

"Nanti pulang kerja, nginep lagi, ya? Di rumah Tante ...." bisik Anna. Satu matanya mengedip sambil memainkan bibirnya yang merah dengan polesan lipstik yang tebal.

Donni di buat tak percaya dengan tingkah Tante Anna. Sepertinya perbuatannya semalam pada Donni tidak membuatnya puas.

Ia tidak habis pikir. Bagaimana mungkin seorang Ibu tega merayu kekasih anaknya.

Donni dengan cepat masuk ke kamar mandi dan menguncinya menghindari Tante Anna yang berusaha merayunya lagi.

Sementara Wulan sudah bersiap dan menunggu Donni yang selalu mengantarnya sekolah sekalian Donni pergi bekerja.

Setelah meneguk segelas kopi. Donni buru-buru menghampiri Wulan yang telah menunggu di teras depan rumahnya.

Mereka berdua pun pergi dengan menaiki motor.

Sekalian mengantar Wulan sekolah. Donni langsung bekerja.

Di tengah perjalanan Donni masih mengingat kejadian semalam yang dialaminya. Tak tega rasanya Donni melihat wajah polos kekasihnya yang telah ia khianati.

Donni adalah karyawan swasta di perusahaan pesawat terbang yang terbesar di Bandung.

Sepulang bekerja. Donni jadi enggan pergi ke rumah Tante Anna.

Perlakuan Tante Anna membuatnya takut untuk menemui kekasihnya, Wulan.

Tapi menjelang malam Donni mulai dilanda rindu pada Wulan.

Akhirnya Donni kembali menemui gadis manis itu lagi.

Tidak perduli dengan Tante Anna, yang jelas. Donni sangat merindukan gadis imut itu.

Tiba di rumah Wulan. Gadis manis itu tengah nonton layar TV ditemani ibunya, Anna. Kedatangan Donni disambut hangat oleh Wulan. Mereka berdua pun duduk saling berbincang dan tertawa.

Sementara Tante Anna masuk ke dalam kamar memberi kebebasan pada Donni agar bisa leluasa mengobrol dengan putrinya.

"Lan, kapan ayahmu pulang?"

" Memangnya kenapa A, kok nanyain Papa."

"Ah, gak kenapa-napa, cuma nanya aja."

Wulan merasa aneh dengan pertanyaan Donni.

Tiba-tiba Donni menanyakan kabar ayahnya.

Setelah melepas rindu pada Wulan, Donni pamit pulang pada Tante Anna guna menghindari Tante Anna yang selalu menggodanya.

Ketakutannya pada Tante Anna membuat Donni sedikit canggung untuk berlama-lama tinggal di rumah Wulan.

"Aa pulang dulu, ya? Nanti malam Minggu. Aa datang lagi. Ok," ucap Donni seraya mengelus pipi mulus Wulan.

Wulan mengganguk samar tersipu malu.

"Dah sana bobo. Udah malam," ucap Donni seraya mengecup kening Wulan.

Wulan pun masuk ke dalam lalu menutup rapat pintu rumahnya.

Malam itu hati Donni berbunga- bunga. Gadis cantik yang ia kencani begitu polos.

Rasanya di kampung tempat Donni tinggal. Tidak ada gadis semenawan Wulan. Meski mantan Donni yang terdahulu juga tidak kalah cantiknya. Hanya saja usia Wulan masih sangat muda.

Donni berjalan tergesa menuju halaman rumah Wulan lalu menaiki motor kesayangannya.

Tapi baru saja Donni menyalakan motornya.

Tiba-tiba Tante Anna memanggilnya.

"Tunggu Don!"

Donni menoleh kaget.

"Eh, iya, Tante ada apa?" tanya Donni sambil beranjak turun dari motor.

"Tante mau minta tolong, nih ...."

"Minta tolong apa Tante?"

Donni mulai curiga. Apalagi yang diinginkan wanita genit itu.

"Itu Don. Lampu di kamar Tante mati. Tolong dong ganti sama yang baru, Tante takut jatuh," ucap Tante Anna beralasan.

Sepertinya Tante Anna berusaha mencari alasan untuk bisa selalu dekat dengannya.

Terpaksa Donni memenuhi permintaannya.

Malam itu Tante Anna meminta Donni untuk mengganti bohlam lampu kamar Tante Anna.

Raut wajah Donni datar tanpa bereaksi saat Tante Anna memintanya masuk. Bahkan Donni mendengus nafas kasar. Ada- ada saja ulah wanita kesepian itu. Donni menggerutu kesal.

"Ehh ... Aa kok balik lagi?" tanya Wulan. Baru saja Wulan melangkah masuk ke kamarnya untuk tidur. Tapi tiba-tiba, Donni balik lagi ke rumahnya.

"Iya Lan. Lampu di kamar ibumu mati!" tegas Donni seraya menuju kamar Tante Anna untuk memeriksa lampu.

Tanpa banyak pertanyaan ataupun curiga, Wulan kemudian masuk ke kamar, matanya sudah terlihat sembab karena memang malam itu Wulan sudah ngantuk berat.

Sementara Tante Anna yang sejak tadi mengawasi Wulan.

Malam itu niat bejatnya terulang kembali pada Donni.

"Ehhh-tante, jangan Tante."

Tante Anna kembali mengurung Donni di kamarnya. Rupanya lampu di kamar Tante Anna tidak mati, hanya alasan saja agar Tante Anna bisa melampiaskan birahinya lagi pada Donni.

Untuk kedua kalinya Donni kembali terbuai rayuan Tante Anna. Bagaimana bisa Donni menolak ajakan Tante Anna yang selalu menggodanya.

Donni mulai ketagihan dengan pesona Tante Anna yang memang selain cantik. Tubuh Wanita itu begitu aduhai.

Hubungan terlarang mereka pun berlanjut. Donni mengencani Tante Anna dan Wulan sekaligus. Tapi di waktu yang berbeda.

Untuk mengatur strategi agar perselingkuhannya tidak diketahui Wulan.

Donni mengatur jam kantornya, siang hari saat Wulan di sekolah. Donni diam-diam berkunjung ke rumah Tante Anna untuk beberapa saat.

Sore hari, Donni kembali ke rumah Tante Anna untuk menemui Wulan. Tentu saja agar Wulan tidak menaruh curiga terhadap dirinya.

Ayah Wulan datang dua kali dalam sebulan membuat Donni dan Tante Anna bebas berbuat maksiat. Donni melupakan Wulan yang sangat mencintainya.

Dua bulan sudah Donni menjalin cinta segitiga di belakang Wulan.

Dan sejak Donni mengencani Tante Anna. Sejak itu pula, Donni tidak pernah meniduri Wulan. Hanya satu kali Donni melakukannya.

Wulan yang polos sama sekali tidak mengetahui pengkhianatan besar yang dilakukan Donni dengan Ibu kandungnya.

Tapi sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya akan jatuh juga.

Penghianatan besar itupun akhirnya terbongkar.

Berawal saat Wulan hendak pergi ke sekolah

Pagi itu Wulan pergi pagi-pagi ke sekolah, tapi jam sekolah hari itu tak seperti biasanya, mungkin karena Wulan baru masuk SMA kelas satu, jadi tidak ada pelajaran. Hanya perkenalan biasa antara murid dan pengajar.

Dengan menaiki kendaraan umum, Wulan pulang ke rumahnya. Sampai di jalan setapak yang kendaraan umum tak bisa melewati jalan itu, Wulan harus berjalan lagi menuju rumahnya yang cukup jauh.

Biasanya Donni selalu mengantarnya, tapi entah beberapa Minggu ini Donni jarang mengantarnya pergi ke sekolah. Katanya sibuk di kantor.

Terik matahari begitu menyengat siang itu. Membuat Wulan gerah.

Wulanpun mampir ke rumah sahabatnya yang sekian lama jarang ditemuinya.

"Hai Lan, kemana saja kamu, sombong ya ... mentang-mentang sudah punya gebetan," sindir Lia yang sudah berdiri di teras rumahnya. Melihat kedatangan Wulan. Lia begitu senang dan langsung menghambur keluar menghampirinya.

Mereka berdua pun saling peluk berteriak kegirangan.

"Ayo masuk," ajak Lia.

"Iya ni, kok hari ini panas banget sih? Gak apa-apa, ya? Saya ikut duduk disini," ucap Wulan.

"Iyalah, gak apa-apa, tapi kamu kok sudah pulang jam segini, kan Donni biasanya jemput kamu?"

"Gak tau tuh, akhir-akhir ini si Aa sibuk terus dikantornya,"

"Sibuk! Tapi saya liat motornya parkir di rumah kamu."

Wulan begitu kaget mendengar perkataan Lia, bagaimana mungkin Donni berada di rumahnya, sedang dia di sekolah. Dan untuk apa Donni datang ke rumahnya. Hanya ada ibunya saja kalau ia di sekolah.

Rumah Lia memang tak begitu jauh dari rumah Wulan, hanya berjarak seratus meter dari rumah Wulan.

"Yang benar Li," tanya Wulan sambil bangkit dari duduknya lalu berjalan tergesa menuju ke rumahnya.

"Hei Kan! Kamu mau kemana? Ini air minumnya!" panggil Lia.

"Terima kasih Li! Saya pulang dulu!"