webnovel

Don't Have A Home

Jadi itulah kenyataannya, Aiden hanyalah manusia biasa yang di bawa ke dunia lain dan di kutuk menjadi iblis. Hasil evolusi yang berawal dari apapun tetap tidak akan bisa di sebut sebagai Iblis murni, evolusi tetaplah evolusi, terkecuali dia terlahir dari seorang iblis sejak awal.

Yang bisa dilakukannya adalah, menerima kenyataan ini, walau perubahan fisik iblis dengan wujud ini mungkin meningkat drastis untuk pertempuran mereka, setidaknya Aiden akan mencoba belajar sendiri dengan kekuatan yang di milikinya sekarang.

Walau begitu, dia tidak akan menyerah begitu saja, ini adalah dunia lain sebagai kesempatan keduanya untuk membuktikan bahwa dia tidak akan menjadi orang payah yang akan selalu kalah lagi.

Di waktu terakhir adalah waktu pulang seluruh siswa, Aiden adalah yang keluar dari kelas sebagai orang ketiga setelah dua murid lainnya yang keluar dari kelas lebih dulu.

Dia berjalan di sepanjang koridor sekolah yang begitu besar dan panjang. Banyak lika-liku dan ruangan kelas yang lain.

Tapi beberapa saat kemudian semua itu terasa aneh, dia berbelok dan malah kembali ke jalan yang sama ketika di hadapannya adalah pintu kelasnya.

"Tunggu dulu, kenapa aku disini??"

Tanya nya dalam hati.

Karena merasa heran, dia dengan cepat berbalik kebelakang dan melihat ke jalan lain, dia baru saja berbelok pada tiga pembelokan tadinya, murid-murid dari kelas lain juga menghilangkan, kebisingan orang-orang yang senang karena pulang sekolah, kemana mereka?

Satu jalan dengan cara yang sama, dia tidak akan berbelok pada belokan yang sebelumnya, dia terus berjalan dengan jalan yang seharusnya menjadi jalan keluar lain dari tempat ini.

Begitu di pembelokan yang berbeda lagi, dia masih bertemu tempat yang sama, di mana dia tepat berdiri di perempatan dan berhadapan dengan pintu kelasnya yang terbuka sedikit.

Tanpa dia sadari, suasana menjadi bagaikan pemandangan bangunan ini di malam hari, seperti menyeramkan. Tidak ada satupun siapa-siapa disini, lampu nya menjadi benar-benar redup dan menjadi gelap perlahan.

Aiden mulai merasa tidak enak, pikirannya bercampur aduk, mencoba mencari pertolongan. Dia memanggil beberapa kali apakah ada orang atau siapapun yang bisa mendengarnya.

Yang ada hanyalah satu cahaya yang masih terlihat dari dalam kelasnya, ketika pintu itu terbuka sedikit. Dia mencoba masuk ke sana lagi dan memeriksa, mungkin saja ada orang di dalam yang bisa membantunya, tapi itu adalah pikiran bodoh. Karena tidak ada siapa-siapa disini sekarang.

Pintu itu perlahan di buka nya, ketika suasana kelas sudah kosong sepenuhnya tanpa ada satupun orang. Lampu segera mati total dan gelap gulita.

BUMP!

"Ah? Kenapa ini??"

Dengan nada terkejut disertai rasa ketakutan.

Sebelumnya dia masih penakut soal rasa kegelapan, bukan karena gelap atau apapun yang begitu tidak dapat dilihat, tetapi yang dia takutkan adalah sesuatu di balik kegelapan hitam itu yang mungkin bisa menyerangnya tiba-tiba dan membunuhnya.

Tidak masalah jika dia bisa menyaingi kekuatan sesuatu di balik kegelapan itu, tapi dia takut jika dia tidak bisa melawan karena kekuatan yang begitu lemah dan mati sia-sia.

"Tidak, aku adalah iblis sekarang, semua yang ada disini adalah iblis, aku tidak boleh takut sesama iblis!!"

"Kamu!! Keluarlah! Aku tidak akan takut! dasar mahluk bajingan!"

Kemudian suara langkah kaki secara perlahan terdengar dari kegelapan di dalam kelas itu. Aiden mencoba untuk melihat siapa itu, seperti tidak ada seseorang, apakah ini hantu.

Kemudian lampu segera menyala terang kembali dalam sekejap, menerangi semua are kelas ini. Yang terlihat adalah seorang perempuan berambut putih yang berdiri sangat dekat tepat di depannya.

"Ahh ... guru? Kamu?? Apa yang kamu lakukan disini???"

"Akulah yang harus bertanya, kenapa kamu berada disini??"

"Eh, bukan maksudku untuk berteriak tidak sopan seperti itu tadi, tapi aku tersesat di sepanjang jalan dan terus kembali kesini."

"Tersesat??"

Sambil mendekati wajahnya begitu dekat padanya dengan hawa seperti ingin membunuh.

"Kamu tidak perlu khawatir sekarang, cobalah lihat keluar."

Kemudian Aiden mengikuti kata-kata guru ini untuk melihat keadaan di luar kelas, sesuatu yang hening kembali memiliki suara-suara lain yang saling bertabrakan antara orang-orang.

Di luar di sepanjang jalan, ada banyak murid yang berada di lorong sekolah, keluar dari kelas mereka dan menuju pulang ke rumah mereka semua masing-masing, suasana kembali normal. Dia masuk kembali dan mencoba bertanya apa yang terjadi.

"I-I-Itu?? Apa yang terjadi??"

"Teknik ilusi iblis."

"Itu adalah teknik yang aku gunakan untuk membuatmu melihat ilusi seolah-olah kamu terus berjalan dan berbelok di jalan lain, lalu seolah-olah tidak ada siapapun yang akan kamu temui."

"Lalu? Lampu kelasnya? Apakah ini rusak? Saluran listrik nya di gigit tikus??"

"Akademi ini memiliki fasilitas yang terbaik dan akan sulit untuk merusakkannya bagi seekor tikus kecil yang kotor, aku hanya membuat lampu itu mati secara perlahan atau bagaimana pun aku menginginkan itu."

"Tapi, bisakah aku pulang sekarang??"

"Tidak bisa!!"

"Lihatlah teman sekelas mu ini, dia baru saja menceritakan hal yang membuatku cukup sedih untuk mendengarkan tentang dirinya."

Kemudian Aiden baru menyadari ada seseorang gadis yang duduk di lantai dan bersandar di tembok sambil membenamkan wajahnya di antara kedua lengannya yang tersilang, bagaikan gadis malang yang di usir dari rumahnya dan tidak makan selama empat hari.

"Rambut merah ini! Marie? Apa yang kamu lakukan??"

"Aiden, duduk dan dengarkan."

Kata Valerie.

Kemudian tubuhnya tergerak sendiri untuk duduk di salah satu kursi dengan tenang.

Valerie menjelaskan dengan cukup singkat dan menipu, bahwa sebelum dia keluar meninggalkan kelas, murid berambut merah ini tetap berada di dalam kelas dan hanya menempelkan wajah lesunya di atas meja

Dia mengatakan bahwa sebenarnya gadis berambut merah bernama Marie ini tidak memiliki rumah kenyataannya, dan dia harus tinggal di sekolah sendirian, tidur di dalam kelas, menunggu pagi tiba sebagai seorang murid yang masih terlihat baik-baik saja.

Valerie tidak bisa menerima orang lain bersamanya, tapi Marie mengusulkan salah satu teman yang dia miliki di kelas adalah lelaki bernama Aiden. Oleh sebab itu, Valerie langsung melacak titik Aiden dan membuat nya terkena ilusi untuk balik lagi ke tempat ini dan bertemu dengannya.

Singkatnya, Valerie ingin membuat jalan baru dan membuat kesepakatan antara dirinya dan Aiden yang mungkin bisa membantu Marie yang malang ini.

"Apa?? Dia tidak memiliki rumah?? Jadi selama ini kemana kamu menghilang masuk ke dalam lingkaran hitam itu? Bukannya kamu pulang kerumahnya yang tidak pernah dia katakan padaku?"

"Sebenarnya, dia begitu malu untuk mengatakan padamu bahwa dia tidak memiliki rumah, keluarga, dan siapa-siapa."

"Tidak mungkin!! Dia mengatakan padaku bahwa dia sudah hidup lebih dari ribuan tahun, lalu siapa yang dia miliki sekarang??"

Jika Aiden bertanya seperti itu pada mereka, maka jawabannya adalah "tidak ada" tidak ada siapapun yang dia miliki sekarang. Tidak memiliki rumah dan apapun, hanya kekuatannya yang membuatnya mampu bertahan hidup.

"Aiden, aku dengar bahwa Marie mengatakan kamu memiliki rumah yang cukup besar dan penghuni yang tidak terlalu banyak, apakah benar??"

"Itu memang benar, t-t-tapi."

"Kalau begitu, bagaimana jika sebagai teman yang baik, kamu akan membiarkan dia tinggal bersamamu? Bagaimana? Tolong bantu lah dia."

Aiden terjebak dalam pikiran nya yang tidak jelas, entah mana yang benar dari perkataan antara dua orang ini.

"Tinggal bersamaku?? Lalu apa yang akan kuberikan untuknya?"

"Kamu tidak harus memberikan apa-apa, hanya dengan mengizinkannya tinggal bersamamu saja, itu sudah sangat cukup untuk menyelamatkannya."

Kemudian Marie memperlihatkan sedikit wajahnya yang seperti berkaca-kaca dan ingin mengeluarkan air mata. Aiden merasa kasihan dan benar-benar terpengaruh oleh kata-kata ini. Tidak ... anak bodoh ini sulit menolak untuk membantu orang lain, dia selalu ingin membantu orang lain sebisanya.

"Jadi, bagaimana??"

"Emm, aku masih memikirkannya."

"Atau bagaimana dengan jaminan yang akan kuberikan? Kamu akan membiarkan dia tinggal bersamamu, dan aku, akan mengajarkan mu sihir terbaik yang bahkan belum di kuasai oleh para siswa kelas empat. Bagaimana?"

Dalam hatinya adalah ingin menjawab kata "Ya" sebagai tanda menerima, namun, masalah nya adalah hal canggung dan aneh ketika harus hidup dengan orang lain selain para pelayannya.

Hal yang sebenarnya ingin membuatnya menerima adalah kemampuan yang akan di ajarkan olehnya, kesempatan yang bahkan bisa menerima ilmu yang tidak di ajarkan di akademi, jika dia mampu mempelajari kemampuan yang akan melampaui banyak murid kelas, mungkin dia tidak akan di remehkan lagi selamanya.

"Mengajarkanku sihir yang tidak di pelajari yah? asalkan semuanya secara privat dan bukan publik selain diriku, aku akan menerimanya."

"Tentu saja, aku hanya menwarkan ini padamu tanpa kepada siapapun."

Beberapa detik kemudian setelah melihat kembali ke langit-langit kelas.

"Baiklah aku akan menerima kesepakatan ini."

"Baiklah! Di setujui!"

PTEK!

Dengan sangat cepat, Valerie menjentikkan jarinya dan memindahkan mereka semua langsung ke ruan tamu di rumah Aiden.

"Hah? Apa ini? Aku-aku berada disini secara tiba-tiba??"

"Aku memindahkan kita bertiga, tenanglah, jangan seperti orang bodoh begitu."

Hanya dalam sekejap, mereka bertiga terpindah ke ruang tamu dengan posisi duduk dengan baik di kursi yang ada.

Kedua pelayan ini, Eugene dan Wanda harusnya tidak merasa ada yang aneh jika yang datang begitu saja adalah Marie. Di pandangan Aiden, Marie sekarang adalah sorang gadis dengan kemampuan tak terduga yang ternyata tidak memiliki rumah, dan sifatnya yang sedikit terbuka dan aneh.

Tapi di pandangan ketiga orang ini, Valerie, Eugene dan Wanda, Marie adalah sosok orang yang harus mereka layani selama hidup mereka, sosok ratu iblis yang berpura-pura menjadi iblis biasa di Early Nature hanya untuk mendapatkan cinta nya.

Namun, sifatnya yang begitu blak-blakan sangat kurang efektif untuk mendapatkan keinginannya dengan mudah untuk orang lain, maka dari itu dia akan memerintah beberapa bawahan iblis terbaiknya untuk menciptakan rencana agar dia bisa mendekati Aiden dan mengambil hatinya.