webnovel

Rencana Penjebakan Denish

Dony menyuruh Zio—anak buah terbaiknya untuk mencari tahu siapa dalang dari pembegalan Arya. Dia curiga kalau begal yang mengambil dokumen itu dengan begal yang membegalnya kemarin adalah orang yang sama.

"Siap, Pak. Saya akan langsung kerahkan anak buah saya untuk menyusuri tempat pembegalannya. Dari sana pasti saya bisa melacak di mana begal itu bersembunyi." Zio sangat yakin kalau dia bisa mengatasi masalah ini dengan cepat.

"Semakin cepat kamu mendapatkan begal itu, akan semakin baik. Aku tunggu kabar dari kamu secepatnya." Dony tak ingin masalah begal ini berlarut-larut.

Nut

Dony menutup sambungan telpon dan Zio pun langsung beraksi. Dia mengerahkan semua anak buahnya setelah mengetahui di mana letak pembegalan Arya.

Zio dan anak buahnya menyebar ke seluruh kota untuk mencari begal itu. Kurang dari tiga jam, Zio bisa menemukan di mana begal itu bersembunyi.

Brak

Zio dan anak buahnya mendobrak paksa markas mereka. Mereka yang sedang pesta minuman keras tidak bisa berbuat banyak karena telah terpengaruh minuman haram tersebut. Mereka mabuk parah dan sempoyongan ketika melihat Zio dan anak buahnya datang.

"Hei ... ada tamu. Siapa kamu? Mau ikut minum? Ini? Aku masih punya banyak," kata pemimpin begal yang biasa disebut Bos Besar itu dengan suara lambat serta lemah. Matanya setengah terbuka dan berdiri tidak seimbang. Dia mabuk parah.

Zio langsung mengambil botol yang sedang dipegang Bos Besar itu dan meringkus mereka semua dengan mengikat kedua tangan ke belakang.

"Ikat mereka semua dan cari berkas yang sudah mereka curi," ucap Zio dengan berang. Dia menatap mereka semua dengan tatapan tajam.

"Hei ... apa yang kalian lakukan padaku? Jangan ikat aku seperti ini, aku gak nyuri. Jangan ambil berkas itu. Itu milik kami. Nanti Bos Denish marah sama kami kalo berkas itu kalian ambil," gumam Bos Besar seperti suara mengigau.

"Denish? Oh, jadi yang menyuruh kamu Denish. Kalian urus mereka. Saya akan menghubungi Bos Dony," suruh Zio pada anak buahnya.

Zio pun menelpon Dony. "Halo, Bos. Saya sudah berhasil menangkap begal itu dan begal itu bilang kalau Bos mereka namanya Denish. Apa Bos kenal dengan orang yang namanya Denish itu?" kata Zio gamblang.

"Denish? Ada satu orang rekan bisnis yang namanya Denish. Dia emang pernah berurusan dengan Pak Arais, tapi masa dia senekad itu menyewa begal untuk mengerjai Pak Arais?" seru Dony tidak percaya.

"Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, Bos. Moral orang-orang sekarang sudah sangat jahat. Apalagi untuk membegal musuh, untuk membunuh keluarga sendiri saja orang-orang sudah tidak takut, Bos hanya karena merasa tidak suka. Saya belum mengambil tindakan lain, saya tunggu perintah dari Bos saja. Apa yang harus kami lakukan lagi, Bos?" Zio siap menerima tugas selanjutnya.

"Kamu cari tahu dulu siapa Denish yang dimaksud begal itu. Kalau Denish yang dia maksud adalah anak pemilik Armour Estetik. Lakukan sesuai rencana awal. Ingat, cari bukti dan saksi dulu agar kita kuat dan bisa memenjarakan siapa pun yang bersalah." Dony hanya ingin menegakkan keadilan. Siapa yang salah, dia harus dihukum. Apalagi jika mereka melakukan sebuah kejahatan disengaja, mereka harus merasa kapok dan tidak mengulangi lagi perbuatannya.

"Siap, Bos." Zio pun kembali mengurus begal-begal itu.

"Ini berkas-berkas yang mereka curi, Bos. Ini HP mereka semua. Semuanya sudah kami ambil," lapor anak buah Zio.

"Bagus. Kalian beli susu agar mereka bisa sadar. Setelah mereka sadar, kita akan jebak Bos mereka. Kalian siapkan rencana kita selanjutnya yang biasa kita lakukan."

"Siap, bos. Ke mana kita akan menjebak Bos mereka, Bos?" tanya tangan kanan Zio.

"Di tempat biasa saja. Yang lain kumpulkan bukti dan saksi agar mereka semua bisa dijebloskan ke penjara. Bos Dony mau urusan kita dengan polisi tidak berbelit-belit." Zio mengatur semuanya dengan teliti.

"Siap, Bos." Mereka pun berpencar dan sudah tahu tugas mereka masing-masing. Mereka memang sudah profesional, tidak heran kalau mereka menjadi langganan Dony dalam mengurusi semua masalah-masalahnya yang berhubungan dengan preman.

Zio mengambil salah satu ponsel milik begal itu. Dia pun sudah siap dengan perannya dalam menjebak Denish untuk keluar dari kandangnya yang nyaman.

"Saya sudah mendapatkan berkas-berkasnya, Bos. Bos mau ambil sendiri atau saya yang antarkan ke kantor Bos?" ucap Zio sambil mengetik sebuah pesan yang akan dikirim pada Denish.

Terkirim. Zio tinggal menunggu balasan. Dia yakin kalau Denish yang akan datang sendiri untuk mengambil berkas-berkas itu karena tidak mungkin dia menunjukkan pada orang luar kalau dia berurusan dengan preman seperti mereka.

"Kamu jangan coba-coba datang ke kantorku, Bodoh. Ini urusan kita di luar kantor. Aku yang akan datang ambil berkas itu sendiri," baca Zio. Dia menerima sebuah balasan dari Denish. Terlihat sekali kalau Denish bukan orang yang ramah. Zio menyeringai licik.

"Maaf, Bos. Kalau begitu aku tunggu Bos di markas kita yang baru. Markas kita yang lama sudah ketahuan polisi makanya kami pindah tempat. Nanti saya kirim alamatnya," balas Zio.

"Di manapun alamatnya, aku gak peduli. Yang penting Arais gagal dalam proyek ini. Jam makan siang aku akan temui kamu. Ingat! Aku gak mau berurusan dengan polisi. Jangan sampai kalian ketahuan polisi dan kalau kalian ketangkep polisi, jangan bawa-bawa aku dalam hal ini. Mengerti kalian!"

Egois sekali Denish. Dia hanya ingin enaknya sendiri. Enak saja. Zio tidak akan membiarkan itu terjadi. Yang jahat harus dihukum setimpal.

"Baik, Bos. Saya tunggu kabar dari Bos selanjutnya. Bos akan ke sini jam berapa?" jawab Zio lagi masih dalam bentuk pesan tertulis.

"Gak usah nanya-nanya. Nanti aku juga sampai. Pokoknya urusan uang, beres. Sisa dua puluh juta lagi 'kan?" Denish marah. Dia merasa tersinggung karena perkataan Zio yang dia kira anak buahnya.

Iya, Denish memang begitu. Dia paling tidak suka diatur, apalagi yang mengatur adalah orang yang dia anggap lebih rendah darinya.

"Iya,Bos. Saya minta maaf." Zio tak mau ambi resiko. Daripada nanti Denish tidak datang, dia turuti saja kemauan Denish.

***

Denish dalam perjalanan menuju lokasi yang dikirimkan Zio padanya. Dia juga baru saja mengambil uang kantor senilai tiga puluh juta untuk diberikan pada Bos Besar preman yang sudah membegal karyawan Arais.

Selama dia dihukum keluar dari rumah, kondisi keuangan Denish tidak stabil. Dia harus menggunakan tabungannya untuk biaya hidup karena semua fasilitas dari ayahnya sudah dia cabut. Hasilnya, uang tabungan Denish habis padahal dia punya tabungan yang cukup besar.

Bagaimana tidak habis, gaya hidup Denish sangat royal. Dia sering foya-foya. Akhirnya dia memilih untuk menggelapkan uang kantor untuk menutupi biaya hidupnya selama satu minggu terakhir dan itu belum diketahui oleh ayahnya.

"Sialan. Gara-gara nyewa preman buat habisin nasib Arais, aku sendiri yang susah. Uang tabunganku habis cuma buat preman itu doang. Tenang Denish. Setelah masalah ini selesai, uang kamu akan aman dan kamu bisa kembali ke rumah karena masa hukuman kamu sudah selesai. Gak perlu lagi kamu diam-diam ambil uang kantor," gumam Denish kesal selama perjalanan menuju lokasi penjebakan.

Sisa beberapa meter lagi Denish sampai di lokasi penjebakan. Namun, di saat dia hampir sampai dia melihat salah satu polisi yang sedang sembunyi.

"Polisi? Tunggu. Kenapa ada polisi di sini? Jangan-jangan anak buahku udah ketangkep lagi dan mereka menjebak aku agar aku bisa mereka tangkap juga. Gak. Aku gak mau ditangkap. Aku harus kabur."