webnovel

Pasti Ada Cinta Untukmu

Aku dan Rannu adalah saudara sepupu yang sangat dekat. Usia kami sebaya. Ibuku dan ibu Rannu bersaudara. Aku adalah tempat Rannu berbagi keluh kesah. Ia merasa berbeda dengan saudaranya dan berpikir mungkin ia hanya anak angkat. Apa yang dikerjakannya selalu salah, mulai dari cara berbusana juga pergaulannya. Keluarga meminta Rannu untuk tinggal di rumah kakaknya menemani istri kakaknya sambil kursus. Sayangnya Rannu malah dijadikan seperti asisten rumah tangga. Tidak tahan dengan perlakuan itu, Rannu minggat. Yang membuat aku terkejut, aku malah menemukannya sudah di Rumah Sakit Jiwa. Karena Rannu-lah, membawaku bertemu dengan dua orang bersaudara Arion dan Ferdy. Ferdy adalah kekasih dari masa lalu Rannu. Sementara Arion, adalah kakak Ferdy yang punya masa lalu kelam yang berusaha menarik perhatianku secara paksa. Started August 2020 - Finished May 2021

Sandfah · perkotaan
Peringkat tidak cukup
79 Chs

PACU #16 Keraguan

Beberapa hari setelah kejadian saat aku bertemu Ferdy di mall, selalu muncul keraguan jika aku menerima telepon darinya. Aku juga meragukan diriku apakah mampu bertahan dengan kondisi seperti ini atau tidak. Jika boleh jujur, aku ketakutan. Wajah Rannu selalu membayangiku. Jika aku bertemu Ferdy, aku merasa sudah berkhianat pada Rannu. Padahal sampai saat ini tidak ada yang terjadi pada hubungan kami. Aku hanya merasa hubungan kami sudah melebihi dari hubungan kerja.

Aku menghalau pikiran aneh yang mulai menyergapku dengan berkonsentrasi pada desainku. Selain menyiapkan tiga alternatif konsep desain booth milik Ferdy, aku juga mempelajari gambar eksisting ruangan yang diberikan Ferdy padaku. Hari Jumat, seperti yang kujanjikan pada Ferdy, aku akan menemuinya untuk menyerahkan desain yang telah kubuatkan untuknya. Jika boleh memilih, aku mau kirim saja via media pengiriman yang saat ini sudah banyak sekali tersedia, ada juga via online yang dalam hitungan jam sudah bisa diterima yang bersangkutan. Tetapi Ferdy sudah meminta untuk menemuinya secara langsung di kantor. Juga masih ada beberapa hal yang harus aku jelaskan mengenai desain.

Aku sudah bersiap menuju kantor Ferdy. Dokumen telah aku simpan dengan rapi. Dan seperti biasa, aku menggunakan ojek online agar aku bisa datang tepat waktu. Aku tidak memberitahunya lagi jika aku sedang menuju ke kantornya karena kupastikan ia telah menungguku. Jam sebelas tepat aku sudah tiba di mall dan langsung menuju ke ruangan Ferdy. Baru saja hendak mengetuk pintu, pintu itu sudah terbuka dan Ferdy tersenyum menyambutku. Sepertinya ia melihat kedatanganku melalui monitor cctv yang ada di samping meja kerjanya. Aku pertimbangkan untuk menghindari berbelanja di tempat ini karena akan terpantau cctv, padahal ini salah satu tempat berbelanja favoritku. Tidak apa, daripada harus bertemu Ferdy.

"Siang Mas," sapaku saat ia membuka pintu.

"Siang Sandri. Masuk yuk." Dia mempersilahkanku masuk lebih dulu, kemudian Ferdy menutup pintu di belakang punggungnya lalu duduk di sofa yang berada tepat di depanku. Sudah ada minuman dingin di atas meja dan makanan ringan. Sepertinya ia sudah mempersiapkannya.

"Ini tiga alternatif konsep desainnya ya Mas," kataku sambil menyerahkan binder berwarna biru. Ia mengambilnya kemudian memperhatikan lembar demi lembar konsep desain yang kubuat. Aku menunggu dengan cemas. Tetapi melihat ekspresinya melihat lembaran tersebut, aku yakin jika Ferdy cukup puas dengan hasilnya.

"Wahhh… saya sampai bingung milihnya. Bagus semuanya. Kamu hebat Sandri. Makasih ya," ujar Ferdy dengan senyum lebar. Aduh…, aku sampai tahan napas melihat senyumnya yang begitu menawan. Pikiranku mulai ke mana-mana. Untuk sementara aku hilang arah. Fokus Sandri!

"Sandri?"

"Ehh…, ya Mas?" Astaga kenapa aku sampai begini? Aku merutuk dalam hati. Bisa-bisanya aku terpaku melihatnya.

"Kamu kenapa? Minum dulu deh." Ferdy seperti heran juga melihatku. Semoga tidak ada hal-hal aneh dalam kepalanya, harapku. Aku langsung menandaskan minumanku. Ini untuk menghilangkan kegugupanku saja.

"Mas pilih alternatif yang mana?"

"Saya lihat-lihat dulu ya Sandri. Untuk saat ini saya belum bisa putuskan, habis desain kamu bagus-bagus sih. Beri waktu saya beberapa hari ya?"

"Baik mas. Mas wa ke saya aja jika sudah ada desain yang mas pilih. Setelah itu akan saya buatkan detailnya." Tadinya aku berharap dia bisa langsung memilih agar aku bisa langsung diskusi untuk prosedur berikutnya.

"Jangan pulang dulu, kita makan siang ya. Saya sudah pesan tadi."

Akan sulit aku mengelak untuk tawaran ini, karena Ferdy akan memaksa seperti yang sudah-sudah. Jadi baiklah, aku terima ajakannya.

"Kalau desain untuk ruangan ini, apa sudah ada juga ya?"

"Baru aku pelajari gambar eksisting yang kemarin Mas berikan. Ntar aku info kalau sudah mulai buat konsepnya."

"Oke, nggak usaha buru-buru. Santai aja Sandri, biar kita punya banyak waktu untuk ngobrol." Aku sekilas meliriknya. Ini maksudnya apa? Jadi Ferdy senang mengobrol denganku? Lalu bagaimana aku menghindarinya? Kemarin saja ia memintaku untuk berjanji tidak menghindarinya lagi. Aku harus bagaimana? Baiknya aku minta bantuan Dita, walaupun aku ragu karena pasti Dita akan menyerahkan desainnya kepadaku jika itu project dari Ferdy.

Pesanan makan siang Ferdy datang. Gila, yang membawa seorang Chef dengan asistennya. Aku sampai terbelalak saking tidak percayanya. Chef itu tersenyum, memberi hormat pada Ferdy dan juga menyapaku lalu mulai menata makanan di atas meja meeting yang berada di bagian tengah ruangan. Kami hanya berdua, tetapi mengapa makanan yang Ferdy pesan sebanyak itu? Aku menduga ia akan mengundang orang lain untuk makanan siang. Selesai menata makanan, Chef itu pun pamit.

"Silahkan Sandri."

"Makanannya kok sebanyak ini Mas?" Di meja sudah terhidang makanan seafood, chicken soup, nasi kebuli juga salad. Aku malah bingung mau makan yang mana.

"Ada kakak saya yang akan makan siang dengan kita bentar lagi. Dia masih di jalan." Benar dugaanku, ada yang lain yang akan ikut makan siang dengan kami.

"Kalau begitu kita tunggu kakak Mas aja dulu."

"Nggak usah, dia sudah pesan tadi kita makan siang duluan aja."

Kami pun mulai menyantapkan makan siang yang telah tersedia. Kami makan dalam diam hingga terdengar pintu dibuka. Seorang pria dengan penampilan yang tak kalah menawannya dari Ferdy berjalan mendekati kami. Aku melihatnya tanpa kedip. Tubuhnya lebih tinggi dari Ferdy dengan rambut-rambut halus yang ia biarkan di area dagu, pipi dan di atas bibirnya. Penampilan yang begitu memesona. Pakaian yang ia kenakan agak formal walaupun ia sudah melepas satu kancing bagian atas kemeja dengan lengan yang sudah digulung hingga siku. Ia lalu duduk di samping Ferdy.

"Kenalin Sandri, ini kakak saya." Pria itu hanya melihatku dengan tajam. Duh, auranya sangat mengintimidasi. Aku lalu mengulurkan tangan.

"Sandri, Mas." Bersyukur, ia membalas uluran tanganku.

"Arion." Suaranya terdengar berat.

"Oh, ini ya Sandri yang kamu sering ceritain itu?" tanyanya ke Ferdy.

"Iya, yang desain booth dan ruang kerja aku juga nantinya," jawab Ferdy sambil melihatku dengan tersenyum. Aku mendadak gugup. Entah apa maksud senyumnya itu. Semenjak kedatangan Arion, suasana sedikit berbeda, agak canggung. Tipe kakak Ferdy itu rada pendiam. Aku memutuskan diam saja jika ia tidak mengajakku berbicara, daripada nantinya terjebak suasana awkward. Aku lalu fokus ke makananku yang tadi sempat terhenti karena kedatangan Arion.

"Silahkan deh kalau mau nanya-nanya Sandri mengenai desain," suara Ferdy terdengar kemudian. Jadi kedatangan kakaknya khusus ingin bertemu denganku obrolin masalah desain ternyata.

"Boleh kan Sandri?" Aku mendengar suara berat lagi. Suara itu kenapa jadi terdengar sangat seksi di gendang dengarku? Sepertinya perasaanku mulai kacau. Saat keraguan pada Ferdy mendera, mengapa ada keraguan lain terbit dengan kedatangan Arion? Ada apa dengan hatiku? Aku tak pernah merasakan hal ini sebelumnya.

"Sandri?" Astaga, suara itu mengapa malah semakin seksi terdengar. Sebelum kesadaranku lenyap, bayangan Rannu melintas dan itu menarikku ke dunia nyata.

"Ehh… kenapa Mas?" Aku sampai gugup menjawabnya.

"Masih siang kok sudah melamun," ucapnya dengan nada datar. Ini guyon atau dia menyindirku? Aku mendadak kesal. Sok banget sih. Kekagumanku langsung merosot. Sementara Ferdy hanya tertawa mendengar ucapan Arion.

"Saya mau ajak kamu ke tempatku. Bisa kapan ya?" Langsung main ajak ke tempat dia saja, padahal aku baru saja berkenalan dengannya. Walaupun dia kakak Ferdy, tetapi setidaknya aku harus mengenalnya lebih dekat dulu dong. Aku sudah bisa menebak dia tipe Owner penuntut. Bakalan revisi melulu nih.

"Memang mau bangun apa sih Mas?" tanyaku dengan nada datar juga, seolah tidak tertarik dengan permintaannya.

"Saya mau buat booth seperti desain kamu untuk Ferdy."

Sepertinya Ferdy telah memperlihatkan konsep desainku yang pernah ia foto saat datang ke rumah.

"Sudah lama sih dia minta saya ajak kamu ketemu, tapi kamunya kan belum punya waktu."

"Akan saya infokan ya Mas."

"Kapan?" Arion terus mendesakku agar aku bisa memberinya waktu untuk bertemu. Duh, pemaksa banget sih. Aku merutuk dalam hati.

"Minggu depan ya Mas. Akan saya infokan ke Mas Ferdy."

"Ngapain ke Ferdy, langsung ke saya aja. Sebutkan nomor hp kamu deh." Aku sampai melongo saking terkejut dengan ucapannya. Ferdy hanya senyum-senyum saja melihat tingkah Arion. Ketika aku menyebutkan nomor ponselku, tak lama ponselku berdering.

"Itu nomorku. Save ya," ucapnya dengan penuh tekanan.

Kembali keraguan menyerangku. Apakah pekerjaan ini akan aku ambil atau tidak? Belum juga bekerja sama, tetapi bagi Arion, seakan kami sudah deal dengan project ini.

"Ya udah, makan dulu deh baru lanjutin diskusinya." Ferdy terpaksa jadi penengah melihat Arion yang masih berusaha menanyakan waktu untuk bertemu. Tetapi setelah makan, aku buru-buru pamit dengan alasan akan mengantar Mama ke tempat Tante Elis.

*****

Haiiii....

Aduh kanget banget deh dengan kalian yang masih setia membaca cerita ini.

Maafkan, karena kegiatan di dunia nyata yang sulit banget ditinggalkan jadi ini rada mengendap.

Tapi semoga setiap minggu saya sudah rajin menyapa kembali.

Ada tokoh baru ya. Akan menarik lho ke depannya.

So tetap pantengin aja.

Terima kasih.

Sandfahcreators' thoughts