webnovel

NYAI AMONG KAKI AMONG

Saat aku menulis cerpen ini di luar sedang mendung. Sejak pagi sudah mati lampu. Jadi siang ini aku pun dalam kamar agak kegelapan, hanya di soroti cahaya dari laptop yang berpendar. Kayaknya sebentar lagi hujan angin akan datang seperti kemarin. Awan gelap sudah menggantung berwarna hitam dan angin berputar membuat hati ini tersemat rasa takut kalau saja terpaannya membuat atap rumahku terangkat.

Kutulis saja apa yang pernah terjadi dalam hidupku. Sebuah rahasia keluarga turun temurun, yang mungkin baru saja kusadari kalau aku juga korban dari kebodohan nenek moyangku. Mungkin aku terlalu ekstrim mengatai mereka bodoh. Tapi, tidakkah kebodohan salah satu jalan masuknya setan untuk menyesatkan manusia agar hidupnya hancur atau bahkan kehilangan nyawa sekalipun. Itulah yang diinginkan oleh setan. Tipu dayanya halus bahkan orang pintar dan berilmu pun bisa digoda dan akhirnya tergelincir olehnya. Apalah aku yang tak punya ilmu apa-apa dengan kondisi iman yang juga turun naik.

Berawal dari pagi itu aku baru saja datang di sekolah. Kuparkir sepeda motor revo milikku di bawah pohon mangga seperti biasa. Hari senin pagi itu aku terlambat lagi tidak ikut upacara. Sengaja, karena memang di rumah tadi perutku tiba-tiba mules dan membuatku keluar masuk WC. Anak-anak sudah bubaran berjalan menuju kelas masing-masing siap untuk mengawali aktifitas belajar. Kulihat di depan teras kantor sedang ribut beberapa siswa dan guru sedang membantu beberapa anak yang pingsan dan sakit ketika upacara berlangsung. Entah seperti sebuah insting, langsung saja kudatangi dan kulihat. Kupikir anak yang pingsan ini sedang tidak dalam kondisi pingsan yang biasa.

"Ada apa ini?" tanyaku pada anak-anak yang berkerumun

"Si Tika sakit bu, tadi pingsan pas upacara," jawab seorang murid yang menyangga tubuh si Tika.

Bukan maksud aku sok bisa. Aku bacakan Al Fatihah dan kutiupkan di telapak tanganku, lalu kuusapkan ke wajah Tika. Sontak tubuhnya mengejang lalu mengamuk. Aduuuh! Kesurupan lagi. Benar perkiraanku. Tangannya membentuk symbol satanic, wah agak berat ini. Bismillahi tawakaltu 'alallah semoga proses nyadarkannya mudah, tapi ternyata perlu ekstra tenaga buat memeganginya.

"Bu aku minta bawang," ucap Tika

Ah aku tahu itu bukan Tika.

"Gak mau, kalau mau ambil sendiri," balasku.

"Bu, carikan aku minyak Fanbo," mintanya lagi.

"Lhah ngapain aku mencarikan. Beli sendiri sana," balasku.

"Tebang bu pohon kenanga yang ada di sebelah kantor itu bu," mintanya lagi

"Bukan urusanku nebangi pohon sekolah. Cepet kowe nyingkrih, Tika...Tika...istighfar nak!" ucapku menyadarkan Tika. Proses meruqyah Tika agak lama, sampai dia sadar dan bisa sepenuhnya memegang kendali pikiran dan tubuhnya sendiri. Alhamdulillah. Barakallah.

Aku pun merasakan kecapekan, duduk diam di kursi kantor. Jam pertama seharusnya mengajar sudah berlalu. Kuminum teh hangatku. Sempat kuberpikir tentang masa laluku. Yang terjadi pada Tika sama seperti masa kecilku, walau tak seekstrim dia. Boleh dibilang aku telat menyadari ada yang tidak beres dengan diriku. Tika anak pemilik grup kesenian Jaran Kepang. Dia juga jadi penari jathilan dan sering juga kesurupan. Dari lisan ibu dan kakaknya pun terkisahkan mereka punya khodam dari nenek moyang. Keluarganya juga harus membuat sesaji setiap tahunnya untuk mereka. Klop! Sama dengan kultur keluargaku. Seandainya seak kecil aku tahu tentang pentingnya ruqyah mandiri setiap hari bagi seorang muslim mungkin "indigo" ku sudah sembuh dari dulu-dulu. Alhamdulillah sekarang sudah tak mengalami hal-hal yang aneh-aneh lagi.

Aku baru sadar kalau keluargaku punya jin penjaga sejak aku masuk kuliah. Pagi itu tiba-tiba saja aku ingin pakai baju hitam-hitam. Kupandangi wajahku di cermin, berdandan sebelum berangkat kuliah. Entah tiba-tiba datang perasaan tak enak menggangguku. Tapi perasaan itu kuabaikan. Rok hitamku tiba-tiba terasa menyempit ketika aku berjalan di tengah kampus, membuat aku perlahan berjalan menyeberangi jalan. Kulihat kanan-kiri kendaraan masih jauh, ya sudahlah aku menyeberang. Lalu tiba-tiba...

Braaak!

Sebuah sepeda motor menabrakku dari belakang. Membuatku terpental dan jatuh. Aku pingsan tak sadarkan diri, tapi aku bisa mendengar orang-orang ribut menolongku dan menyadarkanku. Aku pun dibawa ke klinik kampus sampai aku sadarkan diri, diobati dan dibawa pulang. Siang itu bapakku langsung pulang dari kantor begitu mendengar kabar kalau aku kecelakaan.

"Owalaaah Kaki Among Nyai Among kayaknya sudah gak mau menjagai lagi", ucap Ayah yang tertangkap telingaku sore itu pada ibu. Ya, tak lama kemudian, ibu masak-masak ,lalu membuat sesaji ditaruh di atas lemari pajang di ruang tamu. Dilengkapi dengan air kembang segelas, kopi hitam dan sebuah lilin yang menyala. Untuk apa itu semua? Siapa Kaki Among dan Nyai Among? Saat itu aku belum sadar diri karena belum tahu ilmu. Setelah bertahun-tahun aku menyadari itu sebuah ritual untuk penjaga keluarga kami.

Sehari sebelum kecelakaan, aku bermimpi buruk pada siang hari sepulang kuliah. Hari itu sedang timbul moodku untuk merubah suasana kamar. Aku merubah posisi tempat tidur menghadap pintu. Karena kelelahan, aku pun tertidur. Di tengah pulas tidur aku merasa tak bisa bernafas dan tak bisa bergerak, bahkan berteriak sekalipun aku tak bisa. Aku mendengar suara sebuah tabrakan lalu ada seorang di luar pintu menjengukkan kepalanya lewat jendela. Ya Allah, kulihat tengkorak berbaju hitam dan bayangannya transparan tertawa jahat mengatakan aku harus mati menggantikan bapakku dalam sebuah kecelakaan. Saat itu aku langsung merinding. Lalu terbangun. Tapi setelah itu aku mengabaikan begitu saja semua mimpi burukku seakan tak pernah terjadi apa pun juga.

Tak sekali dua kali, sejak aku mulai rajin sholat, membaca dan menghafal Al Qur'an. Saat aku mulai ingin berubah, sering sekali aku mengalami hal-hal yang tak terduga. Aku jadi sering bermimpi banyak makhluk-makhluk astral yang ingin mencelakaiku. Terutama saat aku tidur atau tiba-tiba saja aku mencium bau melati, kenanga, atau pun bau bangkai. Pernah sekali dua kali melihat penampakan seperti nyata dan mendengar suara, tapi semua tak pernah kuambiil pikir. Mungkin itu di sebut fase Healing Crisis, tapi life must go on!

Sejak kecil aku memang sudah terbiasa dengan dunia jaran kepang. Walau aku bukan pelaku aktif, hanya kakak laki-lakiku saja yang ikut. Bahkan gendang dan barongan yang dipakai oleh ayahku di simpan di kamarku. Jadi bahan buat menaku-nakuti sepupu dan teman-temanku yang main ke rumah. Mereka pasti tak mau masuk kamarku. Khawatir kubukakan kain penutup barongan, kalau saja nanti barongannya bergerak sendiri. Jadi tidak aneh kalau rumah kami pasti dihuni dengan berbagai makhluk yang aneh-aneh. Bahkan temanku sejak kecil kalau malam main ke rumah pasti akan lari terbirit-birit ketakutan ketika melewati tanah kosong yang ada di belakang rumah tetangga kami. Dan aku hanya berdiri di depan pintu sambil tertawa ngakak melihat dia.

Sejak kecil Kaki Among sering datang ke dalam mimpiku. Apakah dia seperti kakek-kakek baik atau mengerikan? Tidak, dia berwujud sosok dibungkus kain putih dengan ikatan di atas, di tengah dan di bawah kakinya. Kulitnya kuning seperti kulit ceker ayam. Bahkan kalau aku lihat ceker ayam jujur saja aku jadi ingat sosok yang pernah menyapaku saat itu dalam mimpi. Wajahnya kayak tengkorak, matanya agak cekung warna putih dengan pupil hitam yang hanya setitik. Jari-jarinya panjang dan memang mirip kayak cakar ayam, hanya saja jumlah jarinya ada lima. Sering dia hanya berdiri di jendela menatapku, dan aku hanya diam membisu. Takut juga tidak, tapi di sisi lain aku melihat ibuku berteriak-teriak memanggilku agar aku segera berlari ke ibu. Ibuku juga seorang indigo tulen. Pernah beliau berteriak memanggil ayah ketika waktu magrib aku duduk termenung di depan jendela yang terbuka. Saat itu aku tak pernah melihat apa-apa, tapi aku yakin melihat ibuku yang khawatir dan ketakutan, ibu sedang melihat sosok itu. Pernah juga Kaki Among datang lalu menyentuh pundakku dalam mimpi. Dia bilang tak ingin lagi ikut aku, dia memilih kakak perempuanku. Bahkan anak laki-lakinya juga bisa melihat sosok itu kadang berdiri di pojok kamarku. Baru kusadari saat ini efeknya luar biasa menakutkan. Saat aku memutuskan ingin hijrah dan tahu tentang dunia ruqyah syar'iyyah. Setan-setan itu akan selalu mengawasi kita dari arah mana saja. Bahkan bisa dengan mudah masuk ke dalam tubuh manusia, terutama yang kurang zikir dan lemah iman.

Angin mulai menderu, hujan deras mulai turun. Guntur sudah mulai menggelegar di kejauhan. Aku putuskan berhenti menulis dulu, khawatir kalau saja petir menyambar laptopku. Tiba-tiba tengkuk dan lenganku merinding. Rasa merinding itu karunia Allah sebagai bentuk respon pertahanan diri dari makhluk yang tak kasat mata. Percaya?

Braaak!

Tiba-tiba jendela kamarku terbuka membawa tempias hujan dan angin memporak porandakan meja.