Sang Pangeran Iblis suasana hatinya sangat cerah sepanjang hari itu. Hal tersebut tidak luput dari perhatian ibunya. Wanita cantik itu sangat mengenal putranya dan ia menebak bahwa telah terjadi sesuatu yang sangat baik pada diri Pangeran Mars.
Setelah Pangeran Mars mengenai sasaran panah sepuluh kali berturut-turut dengan ketepatan tinggi, semua orang bertepuk tangan memujinya. Sang ibu datang menghampirinya dan memberinya air minum untuk menyegarkan diri.
"Kau melakukannya dengan sangat baik hari ini," sang ratu memuji putranya dengan senyum lebar. "Tidak ada yang bisa menembakkan panah lebih baik darimu di seluruh kerajaan kita. Ibu sangat bangga kepadamu."
"Terima kasih, Ibunda Ratu. Aku memiliki guru yang hebat," jawab Mars dengan senyuman yang identik dengan senyum ibunya.
Ratu Elara adalah wanita yang sangat cantik di usia pertengahan 40-an. Ia melahirkan Mars ketika ia berusia 20 tahun, dan Mars adalah satu-satunya anak yang ia lahirkan yang berhasil tumbuh dewasa.
Mars adalah jantung hatinya, anak terkasihnya, dan ia sangat memanjakan anak satu-satunya ini.
Mars sangat mengagumi ibunya dan diam-diam ia ingin mendapatkan istri seperti sang ibu. Sayangnya ... hal itu tidak akan pernah terjadi karena kutukannya. Sejak kecil, ia harus menjauh dari perempuan mana pun untuk menghindari membunuh korban yang tidak bersalah.
"Gurumu juga mengajari sepupu-sepupumu, tetapi tidak ada yang sebaik engkau dalam memanah. Anakku adalah yang terbaik!"
Pangeran Mars hanya tersenyum lebih lebar ketika mendengar pujian ibunya. Ia tahu orang tua biasanya sangat bias terhadap anak-anak mereka. Orang tua mana yang tidak akan membangga-banggakan anaknya?
"Itu karena aku dibesarkan oleh ibu terbaik di dunia," jawabnya. Mars memeluk pinggang ibunya dan berjalan bersama wanita itu ke panggung tempat raja sedang duduk dan menyaksikan para pemanah menembakkan panah mereka untuk mencapai sasaran. "Aku punya kabar baik yang ingin aku bagikan dengan ayah dan ibu setelah perayaan ulang tahun Ayah."
"Benarkah? Itukah alasan mengapa kau begitu banyak tersenyum hari ini?" Ibunya menyipitkan matanya dengan pandangan menyelidiki, menatap Mars dengan saksama.
Pemuda itu tertawa kecil dan mengangguk. "Benar."
"Oh, aku tidak sabar ingin mendengarnya!" Ratu Elara berseri-seri dengan kebahagiaan. Ia tak sabar menunggu acara dan pesta berakhir sehingga ia dapat segera mendengar apa yang putranya ingin bagikan kepada mereka.
Sang raja kini berusia 50 tahun. Ia adalah laki-laki yang memiliki penampilan biasa, tetapi dia adalah prajurit yang sangat tangguh ketika dia masih muda dan telah menaklukkan kerajaan demi kerajaan di benua Terra.
Selama masa pemerintahannya, sang raja telah membangun Kerajaan Draec menjadi kerajaan terbesar dan paling ditakuti di seluruh benua. Hari ini, banyak perwakilan dari koloni mereka yang datang untuk menghadiri perayaan ulang tahunnya.
Para pangeran dan ksatria dari koloni mereka bergabung dalam kompetisi adu pedang dan panahan untuk menunjukkan keahlian mereka, tetapi tidak ada dari mereka yang dapat menandingi keterampilan putra satu-satunya. Mars memenangkan setiap turnamen yang ada.
Raja sangat bangga dengan putranya. Ia mengira hari ini adalah waktu yang tepat untuk mulai menunjukkan kepad koloni mereka betapa hebatnya sang putra mahkota dan perlahan memperkenalkannya kepada mereka sebagai calon raja.
"Kau memenangkan semua kompetisi," kata Raja Jared Strongmoor kepada putranya ketika ia melihat Mars dan Ratu Elara mendekatinya. "Dan sepertinya kau sedang dalam suasana hati yang sangat baik."
"Ayah dan Ibu sangat mirip. Tidak ada yang bisa lepas dari perhatian kalian berdua," Mars tertawa kecil dan mengangguk. "Aku tidur sangat nyenyak tadi malam."
"Begitukah? Apakah dokter istana meresepkan ramuan obat tidur yang baru?" Raja bertanya dengan penuh minat.
Mars menggelengkan kepalanya. "Tidak. Tapi aku punya sesuatu yang lebih baik untuk membantuku tidur di malam hari."
Orangtuanya saling memandang dengan alis berkerut.
"Apa maksudmu sesuatu yang lebih baik?" Ratu penasaran ingin tahu. "Apa itu?"
Mars tersenyum tipis saat menjawab pertanyaan ibunya. "Ketenangan pikiran."