Terdengar hembusan napas lega dari berbagai arah, dan suara senjata dijatuhkan ke tanah. Para prajurit tampak sangat lega. Walaupun hanya lima menit, tetapi istirahat itu akan sangat berarti bagi mereka.
Diam-diam mereka juga berharap bahwa sang pangeran akan mengambil waktu bicara dengan wanitanya lebih dari lima menit, supaya mereka bisa beristirahat lebih lama.
Mars membalikkan badannya dan menghampiri Emmelyn yang berdiri di belakangnya, ia lalu menarik tangan gadis itu untuk masuk ke dalam kastil.
[Apa dia tidak punya mantel yang lebih tebal? Tangannya dingin sekali.]
[Aku akan menyuruh Roshan memesankan mantel baru untuknya.]
"Apa yang mau kau bicarakan?" tanya Mars begitu mereka tiba di dalam kastil dan ia menutupkan pintu di belakang mereka sehingga angin yang dingin dari luar tidak masuk.
"Aku ingin tahu apa yang membuatmu marah kepadaku," kata Emmelyn tegas. "Sikapmu aneh dari semalam. Apakah aku melakukan kesalahan?"
Mars menatap wajah cantik gadis mungil di depannya itu dengan dada bergolak.
Kesalahan?
Emmelyn tidak melakukan kesalahan. Gadis itu hanya menjadi dirinya sendiri. Mars-lah yang melakukan kesalahan dengan jatuh cinta kepadanya.
"Kau tidak melakukan kesalahan," jawab pria itu singkat. "Itu saja yang ingin kau tanyakan?"
Emmelyn mengerutkan keningnya melihat sikap Mars begitu dingin kepadanya.
"Kau bilang aku tidak melakukan kesalahan, tetapi kau memperlakukanku seperti musuh," kata gadis itu kesal. "Aku tidak bisa membaca pikiran, ya.. aku ini bukan penyihir. Kurasa kau sedang menghukumku karena sesuatu, dan hal itu membuatku kesal."
"Aku tidak menghukummu," jawab Mars.
"Kau pikir aku ini bodoh? Aku bisa melihat perlakuanmu kepadaku dari semalam sangat dingin. Seolah aku melakukan kesalahan yang sangat besar," tukas Emmelyn. "Kau biasanya tidak seperti ini."
"Aku. Tidak. Menghukummu," kata Mars lagi, menekankan setiap katanya.
Bagaimana mungkin ia menghukum Emmelyn. Ia adalah seorang pangeran dan terbiasa berlaku adil. Ia tidak akan menghukum orang yang tidak bersalah. Dalam situasi ini, Emmelyn tidak bersalah karena gadis itu hanya bersikap sebagai dirinya sendiri.
Yang bersalah adalah Mars karena telah jatuh cinta kepada musuh. Kini, sebelum perasaannya menjadi jauh lebih dalam, ia harus menjauhkan diri dari Emmelyn.
Selain hubungan seks yang harus mereka lakukan setiap hari hingga Emmelyn hamil, ia tidak akan menemui gadis ini sama sekali. Ia juga sudah memerintahkan Roshan untuk menyiapkan kamar yang bagus untuk Emmelyn. Nanti setelah sarapan, gadis itu dapat pindah ke kamarnya sendiri.
"Sudah kubilang... aku ini bukan anak kecil dan bukan orang bodoh. Aku tahu kalau kau marah kepadaku karena sesuatu hal dan sekarang sedang menghukumku," Emmelyn terus mendesak. "Tolong jangan menghina kecerdasanku. Aku akan marah."
"Kalau kau tidak bodoh, tentu kau akan mengerti ucapanku ini, kan?" tanya Mars dengan ekspresi gusar. "Aku tidak menghukummu. Jangan berasumsi seenaknya. Aku tidak pernah menghukum orang sembarangan. Kalau aku mau menghukummu, sekarang kau sudah kehilangan kepalamu karena mencoba membunuhku!"
Emmelyn tertegun mendengarnya. Ia ingat ancaman Mars waktu itu, kalau ia tidak bersedia mengandung anaknya, maka ia akan menghukum penggal gadis itu di alun-alun.
Bulu kuduknya meremang, saat membayangkan adegan mengerikan itu. Uff...
Ia sekarang ada di sarang musuh. Ia dapat kehilangan kebebasannya kapan saja.
"Kau... kau benar," kata gadis itu dengan suara bergetar. "Nyawaku ada di tanganmu... karena itulah kau merasa dapat memperlakukanku seenaknya."
"Em..." Mars menatap wajah gadis itu yang tiba-tiba tampak tertekan. Dadanya terasa sesak, dan rasa sakit hatinya kembali menyeruak ke permukaan. Emmelyn menggeleng-geleng dengan ekspresi kecewa.
"Kupikir kita bisa bersikap baik terhadap satu sama lain sampai aku melahirkan anak-anakmu.. ternyata aku yang bodoh dan menganggap diriku terlalu tinggi," kata gadis itu dengan suara yang masih bergetar. "Bagimu aku ini hanya tahanan yang bisa kau bunuh kapan saja, sehingga kau bisa memperlakukanku seenaknya. Kalau kau sedang merasa gusar, maka kau akan mendiamkanku dan bersikap begitu dingin... karena menurutmu aku tidak membutuhkan penjelasan dan harus bisa menerima semua perlakuanmu kepadaku..."
"Kau salah, aku tidak berpikir seperti itu," kata Mars.
Emmelyn menggigit bibirnya dan menggeleng kecewa. "Aku ini menganggap diriku terlalu tinggi sampai menuntut penjelasan dari pangeran putra mahkota... lancang sekali. Baiklah.. aku tidak akan bertanya lagi."
Gadis itu berbalik dan berjalan dengan langkah-langkah cepat menuju ke arah tangga untuk naik ke lantai tiga.
"Emmelyn, kau salah menduga. Bukan itu yang membuatku mendiamkanmu..." kata Mars tiba-tiba. Suaranya juga terdengar bergetar dan membuat Emmelyn tertegun keheranan.
Gadis itu menghentikan langkahnya dan kemudian berbalik menghadap Mars.
"Lalu kenapa kau mendiamkanku?" tanya gadis itu dengan bibir mengerucut. "Aku salah apa?"
Mars menatap Emmelyn lekat-lekat.
"Aku tidak menghukummu. Aku hanya.."
"Hanya apa? Kau ini bisa tidak sih kalau bicara jangan sepotong-sepotong? Sudah kubilang aku ini tidak bisa membaca pikiran.." omel Emmelyn.
Mars menelan ludah.
"Aku hanya ingin menjauhimu karena.... " Mars menarik napas panjang dan akhirnya menjawab dengan suara sedih. "Karena aku tidak ingin jatuh cinta kepadamu."