webnovel

Kembalinya Pangeran Arsana

Basah, lembab dan berair. Dengan lemas dan badan yang terasa sakit disetiap bagiannya, Pangeran Arsana coba buka kedua matanya. Diliriknya seekor kuda yang sedari tadi menjilati wajahnya, remang-remang dilihatnya pula silau cahaya yang menebus sela-sela dedaunan. Hari telah beranjak siang, ia coba bangun dan berdiri. Menelusur sekeliling dengan mata yang masih sedikit buram, setelah beberapa menit memantau. Pangeran Arsana kemudian bergegas menuju sebuah tempat yang sangat familiar untuknya, dibukanya pintu dengan sangat hati-hati hingga dirinya dapat menerobos masuk kedalam istana, tak lupa pula dengan kaos panjang sebahu dan celemek yang ia bawa dari perkebunan. Lengkah demi langkah diam-diam ia masuk ke dalam ruangannya, namun betapa kaget dirinya saat bertatap-tatapan dengan adik bungsu yang selama ini ia cari.

"Kakak?" tanya Pangeran Aksara kaget.

Pangeran Arsana segera membekap mulut adiknya, ia takut suara Pangeran Aksara akan terdengar dari luar dan sangat berbahaya bagi dia yang sedang berpakaian aneh dilihat oleh pelayan istana. Dan benar saja, seorang pelayan mengetuk lirih dan menanyai keadaan Pangeran Aksara yang sedang berada diruangan Pangeran Ansara.

"Sssttt. Gimana kamu bisa sampai istana, dek?" tanya Pangeran Arsana berbisik.

Pangeran Aksara menjawab pertanyaan kakaknya dengan menceritakan kejadian yang sebenarnya bahwa bukan dia yang hilang dan dicari penjaga istana, justru malah Pangeran Arsana lah yang telah hilang hampi 2 bulan lamanya. Pangeran Aksara juga menceritakan keadaan orang tua mereka yang sama-sama jatuh sakit karena memikirkan Pangeran Arsana, Pangeran Arsana yang khawatir mencoba keluar dari ruangan dan berencana menjenguk kedua orang tuanya. Namun, usahanya gagal saat kedua adik perempuannya masuk ke ruangan dan mendapati Pangeran Arsana dengan pakaian yang aneh bagi mereka. Seperti halnya Pangeran Aksara, Putri Avana dan Putri Amarily pun dibekap mulutnya agar tidak menaruh kecurigaan pada pelayan dan penjaga istana yang tiba-tiba saja berjaga di depan ruangan.

"Kakak dari mana aja?" tanya Putri Avana menanyai kakak sulung mereka.

"Ceritanya panjang dan susah buat diceritain. Yang jelas kalian haru sembunyiin aku dari semua orang kerajaan" jelas Pangeran Arsana.

"Tunggu, sebentar" ucap Pangeran Arsana melihat embos megamendung emas disalah satu perhiasan yang dipakai adiknya, tepatnya sebuah hiasan rambut yang dipakai Putri Amarily. Gambar yang terasa familiar olehnya, dirinya merasa bingung mengenai kapan dan dimana dirinya pernah melihat itu. Namun hal itu tak membuatnya berpikir keras karena mungkin saja perhiasan itu sudah biasa dipakai oleh Putri Amarily dan membuat Pangeran Arsana merasa familiar.

Selang beberapa detik berpikir, Pangeran Arsana meminta tolong adik-adiknya untuk mengalihkan semua pelayan dan penjaga agar dirinya bisa melihat keadaan kedua orang tuanya. Dilihatnya seorang raja dan ratu yang tertidur pulas dikamar mereka, dielusnya tangan keduanya dengan sedikit tersenyum menatap kedua orang tuanya. Rasa ridnu yang teramat dalam dan rasa bersalah membuat kedua orang tuanya jatuh sakit membuat Pangeran Arsana membeku tak berdaya. Dirinya ingin sekali memeluk ibu dan ayahnya, namun teka-teki yang harus ia pecahkan membuat ia sedikit menjaga jarak dari kedua orang tuanya. Puas menatap kedua orang tuanya sedikit mengibati rasa rindu, Pangeran Arsana bergegas meninggalkan kamar kedua orang tuanya dan kembali ke ruangannya dengan ketiga adik yang setia menunggu dirinya.

"Tadi kata kakak, kakak mau certain yang sebenarnya ke kita. Kapan?" tanya Putri Avana yang tengah sibuk mengelus kepala kedua adiknya yang mengantuk.

"Kayaknya mereka nggak perlu tau, karna mungkin bakal bikin mereka bingung".

"Mereka nggak bakal denger" jawab Putri Avana melirik kedua adiknya yang tertidur pulas diatas ranjang.

"Kamu tau waktu aku cari Pangeran Aksara? Aku masuk ke sebuah gua ditengah hutan terlarang. Kamu inget mahkota yang kamu buang ke hutan, mahkota itu ada di gua itu. Dan waktu aku masuk ke gua, tiba-tiba aja aku masuk ke dunia lain yang beda banget sama dunia kita. Trus kamu inget pakaian yang aku pakai ini? Ini pakaian dari dunia itu. Ah, iya. Kamu liat gelang yang dipakai Putri Amarily? Embos gitu, embos itu sama kaya kantong emang perhiasan punya Gendhis" ingat Pangeran Arsana akan embos yang sedari tadi memusingkan dirinya.

Putri Avana yang awalnya hanya mengangguk-angguk mejawab cerita Pangeran, kini beralih menanyakan sesuatu yang selama ini membuatnya bertanya-tanya tanpa mendapat jawaban yang pasti.

"Jadi, kakak masuk ke dunia lain waktu cari Pangeran Aksara? Trus pakaian, makanan dan kakak tinggal dimana selama tinggal didunia itu? Trus, Gendhis. Siapa dia?" tanya Putri Avana mengintrogasi.

"Gendhis, dia yang bantu kakak selama disana. Dia yang menyediakan makanan buat kakak, dia yang bantu kakak menjual kepingan uang dan mengembalikan semua yang kakak ambil dari penduduk desa. Ah, sebelum kamu tanya. Disana bukan kerajaan seperti kita, disana kita perlu membeli segala sesuatu dengan uang dan harus pergi keluar desa, jauh sekali. Sampai harus pake tandu dengan roda dan semuanya berbeda dengan dunia kita. Sangat sangat berbeda" jelas Pangeran yang kini berjalan kesana kemari.

"Baiklah, aku paham maksud kakak. Lalu, embos yang kakak maksud?".

"Iya, embos itu ada disebuah kantong perhiasan milik Gendhis dan kantong itu diberikan oleh kakeknya".

"Sepertinya ada yang aneh dan pasti ada hubungannya antara dunia kita sama dunia yag ditempati Gendhis. Tapi apa?" tanya Putri Avana yang sibuk menduga-duga.

Pangeran Arsana yang kebingungan pun mencoba berpikir dengan duduk diujung ranjang menatap pemandangan luar yang nampak dari jendela kamarnya.