"Aku tidak mau." Ucap Anna dengan tegas.
"Aku mohon padamu untuk satu kali ini saja, Anna." Ucap Laura dengan memohon.
Anna hanya menghela napasnya dengan panjang tanpa berminat ingin membalas perkataan temannya itu lagi. Dia sudah merasa sangat lelah dengan rutinitas sehari-harinya dan pekerjaannya yang banyak. Rasanya dia tidak punya waktu sedikit saja untuk beristirahat dan menikmati hidupnya dengan nyaman dan tenang. Sekarang dia harus memikirkan masalah hidup temanny juga.
"Kalau begitu aku akan memberimu tiket edisi terbatas pameran foto karya Mr. Lyod!" Ucap Laura dengan cepat.
Anna menghentikan gerakan tangannya yang sedang menyusun lembaran kertas novel miliknya yang baru saja ia cetak menggunakan printer. Tawaran yang menarik itu hampir saja membuat hatinya merasa goyah namun saat dia melihat wajah Laura yang sedang telihat cemas dan takut. Anna kembali tersadar kalau berurusan dengan Laura pasti akan menimbulkan masalah baru. Laura sama dengan segudang masalah.
"Tawaranmu sangat menggoda. Tapi maaf, aku masih sangat waras untuk terlibat dengan semua permasalahanmu itu." Ucap Anna sambil meletakkan tumpukan kertas yang dia pegang keatas meja.
"Oh ayolah Anna.. Hanya kali ini saja setelah itu aku tidak akan meminta hal yang aneh lagi padamu. Aku mohon banru aku." Ucap Laura dengan nada memohon.
"Apa kau tahu kalau semua permintaanmu itu selalu berakhir dengan masalah? Apa pernah rencanamu itu berhasil?" Tanya Anna dengan nada lelah.
"Aku tahu... Tapi kali ini tidak akan menimbulkan masalah apapun. Aku janji padamu." Jawab Laura dengan yakin dan sedikit memelas.
Anna hanya tertawa pelan sambil menggelengkan kepalanya. Dia sudah bosan mendengar janji-janji palsu Laura yang tidak pernah bisa dia tepati dan entah kenapa mereka masih berteman sampai saat ini. Kalau dihitung sudah sekitar 2 tahun mereka berteman, memang masih terbilang baru sih. Tapi mereka berteman dengan baik tanpa pertengkaran hebat selama ini. Sebenarnya Laura adalah gadis yang sangat baik dan menyenangkan. Dia juga berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Dan dia juga cantik dan pintar.
Kalau melihatnya secara keseluruhan wanita yang bernama Laura itu hampir mendekati kata sempurna. Memang tidak ada yang sempurna di dunia ini, tapi dia sungguh benar-benar definisa sempurna untuk ukuran seorang manusia. Namun satu hal yang membuat semua kelebihannya itu menjadi sia-sia. Sikapnya itu sangat kekanak kanakan dan terkadang dia juga suka membuat masalah. Anna tidak mengerti kenapa Laura bisa menjadi seperti itu.
Tapi kalau menurut analisa yang dia lakukan selama dua tahun ini. Laura menjadi seperti itu karena tekanan dari orang tuanya. Ya kalian semua pasti tahu bagaimana tuntutan pada semua anak orang kaya yang ada didunia ini. Jadilah sempurna agar kau tidak membuat nama keluarga rusak dan malu. Benar kan?
"Laura." Ucap Anna sambil tersenyum.
Wanita bernama Laura itu menatap Anna dengan tatapan sedih dan berharap. Dia sudah tahu kalau Anna pasti akan menolak permintaannya yang satu ini tapi demi apapun dia sangat membutuhkan pertolongan saat ini. Maaf, kalau dirinya terkesan egois tapi ini menyangkut kelanjutan hidupnya yang berharga. Persetan dengan semuanya. Demi apapun dia benar-benar tidak mau melakukan yang satu ini.
"Maafkan aku, Anna. Aku benar-benar teman yang buruk." Ucap Laura dengan raut wajah yang sedih.
"Tidak. Kamu bukanlah teman yang buruk, Laura. Aku mengerti keadaanmu tapi sayangnya aku tidak bisa membantu untuk masalah ini." Ucap Anna dengan rasa bersalah.
"Lagipula keluargamu akan marah jika mereka tahu kalau bukan kamu yang datang ke pertemuan itu." Ucap Anna lagi.
"Aku tahu itu. Tapi demi apapun aku tidak bisa datang kesana. Aku bisa gila kalau harus melakukan semua itu! Aku benar-benar tidak bisa!" Ucap Laura dengan penuh rasa frustasi.
Anna hanya menggelengkan kepalanya sambil kembali melanjutkan pekerjaannya. Editor sudah menelponnya terus dari tadi karena waktu batas pengerjaan novel baru kali ini sudah hampir mendekati tenggat waktu. Kalian benar, Anna adalah seorang penulis buku yang cukup terkenal. Semua hasil karyanya berhasil menjadi novel paling laris setiap kali dirilis di pasaran.
Meski dirinya tidak seterkenal buku yang dia buat tapi setidaknya orang lain merasa senang dengan kehadirannya didunia ini. Dia tidak punya orang tua ataupun keluarga yang ingin dia buat bangga. Dia hanyalah seorang anak yatim piatu yang selalu berjuang untuk meneruskan hidup ditengah pertempuran antara manusia serakah dan manusia berempati.
Ah ya, dia punya seorang adik laki-laki tapi mereka hidup terpisah. Adiknya sekarang berada di Inggris untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Anna lah yang menanggung seluruh biaya sekolah adiknya itu. Meskipun berat, namun dia tidak pernah mengeluh sedikitpun. Bisa hidup dan bertahan didunia ini saja sudah membuatnya sangat bersyukur, apalagi mencapai impian dirinya dan adiknya.
"Bagaimana kabar Sean?" Tanya Laura tiba-tiba.
"Dia baik." Jawab Anna sambil tersenyum tipis.
"Apa liburan musim panas nanti dia kesini?" Tanya Laura sambil membuka bungkus makanan ringan yang entah sejak kapan sudah berada ditangannya.
"Aku tidak tahu, dia tidak bilang apapun padaku." Jawab Anna sambil mengangkat kedua alisnya ke atas.
"Apa kau tidak merindukannya?" Tanya Laura sambil mengunyah chips kentang yang ada dalam mulutnya.
"Tentu saja aku merindukannya. Sudah dua tahun lamanya aku tidak melihatnya." Jawab Anna dengan tatapan sedih.
"Sayang sekali jika tahun ini dia tidak bisa menemuimu juga." Ucap Laura dengan prihatin.
"Kenapa begitu?" Tanya Anna curiga.
"Ya.. Sayang saja kalau kalian jarang menghabiskan waktu bersama. Kalau suatu saat dia atau kau menikah maka kalian akan semakin sulit untuk bertemu." Jawab Laura dengan serius.
"Itu masih sangat lama sekali. Dia masih sekolah dan aku sama sekali tidak punya rencana untuk menikah dalam sepuluh tahun ini. Setidaknya sampai Sean selesai kuliah dan menemukan pekerjaan yang stabil." Ucap Anna setelah tertawa dengan kencang.
"Kita tidak pernah tahu rencana Tuhan, Anna." Ucap Laura sambil memutar kedua bola matanya.
"Memang tidak ada yang tahu takdir Tuhan tapi semua keputusan ada di tangan kita manusia." Ucap Anna sambil tersenyum.
Laura menatap Anna sambil memasukkan beberapa chips kentang kedalam mulutnya. Otaknya yang sedikit tidak waras sedang memikirkan beberapa rencana gila yang belum pernah dia pikirkan selama hidupnya. Dia ingin melakukan sesuatu yang akan membuat temannya ini berterima kasih padanya nanti.
"Bagaimana kalau aku membelikan adikmu tiket pesawat pulang pergi untuk musim panas nanti?" Tanya Laura sambil tersenyum lebar.
"Tidak perlu, terima kasih atas tawaranmu." Jawab Anna dengan tegas.
"Anggap saja ini sebagai imbalan jika kau mau melakukan apa yang aku minta tadi." Ucap Laura dengan serius.
Anna menghentikan kembali pekerjaannya yang sebenarnya hampir selesai jika Laura tidak mengatakan sesuatu yang mengusik pikirannya. Jujur saja itu adalah penawaran paling menggiurkan untuk saat ini. Memang benar dia sedang tidak memiliki uang lebih untuk membiayai tiket pesawat adiknya, tapi terlibat dengan Laura adalah hal yang terburuk.
Selama dua tahun ini semua uang yang dia punya hanya cukup untuk biaya kehidupan dirinya, adiknya dan biaya sekolah adiknya. Sekeras apapun dia bekerja, nyatanya dia tetap tidak mampu untuk membiayai tiket pesawat setiap tahun adiknya dari Inggris ke Amerika begitu juga sebaliknya. Mungkin inilah yang dinamakan hukum alam. Hewan kecil tidak akan pernah bisa berada dipuncak rantai makanan.
Kau tidak bisa mendapatkan semua yang kau inginkan jika hal itu tidak ditakdirkan untukmu. Sekeras apapun kau bekerja keras jika dari awal hal itu mustahil untuk kau raih maka selamanya akan selalu mustahil. Berbeda cerita jika orang itu beruntung dan memiliki nasib yang baik. Hal mustahil saja dapat menjadi hal yang nyata untuk mereka.
"Bagaimana? Penawaran yang bagus kan?" Tanya Laura yang senang karena Anna mulai sedikit terpengaruh.
"Tapi tetap saja aku tidak bisa melakukan hal ini." Jawab Anna dengan ragu
"Apa yang tidak bisa kau lakukan? Kau itu sempurna, wanita cantik yang mandiri. Jangan memandang rendah dirimu. Kau itu istimewa." Ucap Laura dengan jujur.
"Aku tidak bisa menatap orang tuamu jika mereka tahu aku yang menggantikanmu." Ucap Anna dengan khawatir.
"Kau tidak perlu takut! Tenang saja aku akan mengurus semua itu. Yang perlu kau lakukan hanyalah datang dan membuat pria itu merasa kesal padamu." Ucap Laura dengan serius.
"Tapi bagaimana kalau pria itu mengenaliku?" Tanya Anna sambil mengerutkan dahinya.
"Tenang saja. Kau tidak perlu takut, aku akan membuatmu menjadi orang yang berbeda. Pokoknya ikuti saja arahanku dengan benar maka misi kita akan selamat sampai akhir." Jawab Laura bersemangat.
"Tapi tunggu dulu." Ucap Anna tiba-tiba.
"Ada apa lagi?" Tanya Laura dengan heran.
"Kapan orang tuamu mengatur pertemuan itu?" Tanya Anna sambil menatap Laura dengan serius.
"Sore ini." Jawab Laura dengan polos.
"HAH! Apa kau sudah gila?!" Ucap Anna dengan terkejut.
"Kau kan tahu kalau aku memang gila." Ucap Laura sambil tertawa dengan puas.
_________________
To be continued.