webnovel

OUR JOURNEY

Judul sebelumnya: Rumitnya Persahabatan [REVISI] Entah berapa lama lagi kita dapat bersama. Intinya, waktu yang aku habiskan bersama kalian sangat berharga bagiku. Selalu ada canda dan tawa serta duka di setiap perjalanan kita

Enjizoo44 · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
134 Chs

Bab 79

"Hujan lagi hujan lagi. Mana akhir-akhir ini sering jamkos lagi," kata Tiara.

"Bagus dong jamkos, jadi free," Rendi.

"Enak mata Lu! Gue harus persiapan tengah semester tahu gak sih?!" Teriak Tiara.

Reihan hanya tersenyum gemas menatap kekasihnya yang sedang mengomeli Rendi.

"Ngapain kamu senyum-senyum? Mikirin siapa, ha?!" Bentak Tiara kepada Reihan.

"Gemes deh sama kamu. Pacar siapa sih?" Kata Reihan sambil mengacak gemas rambut Tiara.

"Ih kamu bisa aja," ucap Tiara yang tersipu.

"Astrid Lo mau ikut ke kafe gak bareng kita?" Tanya Tiara kepada Astrid yang sedang membaca bukunya.

"E-emang boleh?"

"Ngapain nggak? Ikut yah? William bilang mau traktir kita," kata Rendi.

"Emang iya? Kok Gue gak tahu?" Tanya Reihan.

"Gak tahu Gue kan ngarang hehe," jawab Rendi dengan watados.

"Dih! Nay, William beneran mau traktir kita nih?" Tanya Reihan.

"Ha? Gak tahu tanya aja langsung sama orangnya," jawab Nayara lalu kembali fokus ke layar handphonenya.

"Lo ikut kan Nay ke kafe? Jangan bilang Lo gak ikut!"

"Gue ikut kok tenang aja," kata Nayara.

"Gisel!" Panggil Wulan.

"Kenapa Lan? Tumben," jawab Bastian.

"Minggir! Orang manggil Gisel kok!" Kata Wulan sinis.

"Kenapa?" Jawab Gisel.

"Lo mau ikut ke kafe gak? Yang lain semua pada ikut," tanya Wulan.

"Hmm, gimana ya? Andre sama Indah gimana?"

"Kita gak ikut Sel, abis ini mau ke tempat les," jawab Indah.

"Yaudah kalo gitu kita duluan ya Sel," kata Andre, lalu pergi dari sana bersama Indah.

"Iya hati-hati," kata Gisel sambil melambai ke arah mereka.

"Jadi?"

"Oke kita ikut!"

"Di mobil Gue ada Gue, Tiara, Rendi, sama Wulan. Terus di mobil Bastian, ada Sandrina, Bastian, Gisel. Di mobil William, Nayara, Astrid, sama William. Yuk buru," kata Reihan.

"Rame bat dah kafenya, gapapa nih?" Tanya Bastian yang bingung mencari parkir mobil.

"Penuh bat, gak yakin Gue kita bakal dapet," kata Bastian.

Ddrrttt....Drrrtttt.....Ddrrrttt....

"Sayang tolong angkatin," pinta Bastian kepada Gisel.

"Halo?"

"Lo dimana? Kita udah dapet tempat parkir. Buruan sini masih kosong satu," kata Reihan.

"Oke Gue kasih tahu Bastian," kata Gisel lalu menutup ponselnya.

"Sayang, kata Reihan ada satu tempat parkir kosong disana," kata Gisel. Dengan cepat Bastian segera menyusul teman-temannya.

"Kemana aja sih Lo? Nyari parkiran aja kaya mendaki gunung everest Lo!" Kata Wulan.

"Gue bingung abisnya penuh semua sih. Siapa suruh yang punya toko gak memperluas lahan parkir?" Omel Bastian.

"Udah kita coba mas, tapi kafenya malah kelihatan sepi," kata seorang satpam.

"Owh gitu ya pak? Makasih ya infonya. Padahal Gue gak nanya," kata Rendi julid.

"Lah? Sepi anjir!" Teriak Wulan heboh.

"Bener kata pak satpamnya, parkirannya dikecilin biar kelihatan rame," lanjut Tiara.

"Yaudah kan bagusan sepi," kata Nayara lalu segera mencari tempat duduk yang cukup untuk ke sebelas remaja itu.

Tempat duduk kafe itu sangat unik. Memiliki private room seperti restoran jepang, namun tempat duduknya lesehan.

"Tulis pesenan kalian sendiri," kata Reihan lalu menyerahkan selembar kertas untuk menulis menu yang akan mereka pilih.

"Gimana Will tadi pertandingan?" Tanya Rendi.

"Capek banget Gue asli. Sampe remuk rasanya semua badan Gue," jawab William sambil memegang bahunya.

"Ya abisnya, Lo dari semenjak sebulan lalu ngeyel sih disuruh istirahat. Gak kambuh emang demam Lo?" Tanya Tiara.

"Gak papa santai," kata William enteng.

"Ssshhh," William mengerang dan memegang kepalanya. Buru-buru Ia menyenderkan kepalanya ke bahu Nayara yang duduk tepat disebelahnya.

"Will, Lo kenapa?" Tanya Nayara.

"Bentar aja Nay, kepala Gue berasa berat banget. Shhh," bisik William.

"Ini pesanannya, selamat menikmati," kata beberapa pelayan sambil menyajikan camilan, makanan, serta minuman untuk sekumpulan remaja itu.

"Will, Lo mesen kopi? Gila sih ni anak, mana americano lagi," teriak Reihan.

"Gak tahu Gue bakal pusing gini. Lagian biasanya juga minum kopi, 'kan?" Kata William lemah.

"Ya kondisi Lo kan gak kaya biasanya. Gue pesenin yang baru yah? Jangan minum kopi ini pahit loh," kata Gisel dan diangguki William.

Sandrina melihat ke arah Nayara dengan tatapan sinis. Ia berniat menumpahkan minuman panas ke rok Nayara.

"Astaga Nay! Sorry sorry Gue gak sengaja," kata Sandrina sambil berpura-pura membantu mengelap rok Nayara.

"Ssshhh, Will senderan ke Bastian dulu," kata Nayara sambil menahan perih di pahanya.

"San hati-hati dong!" Pekik Jesse dan langsung membantu Nayara.

"Lepas! Gue mau ke kamar mandi dulu. Nitip William ya," kata Nayara lalu segera menuju kamar mandi.

"Emang William barang dititipin?" Julid Rendi.

"Kamu apa-apaan sih?! Bisa hati-hati dikit gak?!" Teriak Jesse sangat keras kepada Sandrina.

"Maaf aku beneran gak sengaja," jawab Sandrina. Ia tidak mengira jika kekasihnya akan memarahinya.

"Loh loh, Sandrina kan punya dendam kesumat sama Nayara. Belum hilang ternyata," sindir Tiara.

"Kalo Lo gak tahu apa-apa diem!" Teriak Sandrina.

"Iya deh yang tahu apa-apa," balas Wulan sambil menahan tawanya.

"Udah guys jangan ribut, dilihatin orang tuh. Lagian Gue juga gak papa kok. Mana siniin William," kata Nayara lalu kembali ke posisi semula. Dengan William yang kembali bertumpu pada bahu Nayara.

"Kalian pacaran?" Tanya Bastian.

"Nggak, Gue cuma jagain dia aja. Hitung-hitung buat balas budi," jawab Nayara.

"Yaudah lanjutin ngobrolnya. Sandrina gakpapa santai aja," kata Nayara sambil sedikit meremas paha Sandrina.

****

"Hati-hati ya Ray," kata Freya sambil memeluk sahabatnya yang akan pergi ke Jepang itu.

Hari ini, jadwal Raya untuk berangkat ke Jepang untuk kuliah. Sedangkan Nicholas baru akan pergi dua hari lagi.

"Jaga diri baik-baik selama dua hari disana. Aku bakal cepet nyusul kamu yah," kata Nicholas.

"Iya, aku pamit yah. Dada ponakan aunty. Gue duluan ya Nath, Fey," kata Raya lalu perlahan menghilang dari pandangan mereka.

"Maaf ya, kamu pasti pingin kuliah ke luar juga," kata Nathan sambil menggenggam tangan Freya.

"Dulu aku iri ngelihat Raya, tapi sekarang aku ngerasa jadi wanita paling bahagia di dunia. Aku punya dua putri kembar, yang orang lain belum tentu punya. Aku punya kamu, incaran banyak perempuan," kata Freya tersenyum.

"Makasih ya," kata Nathan lalu hendak mencium bibir Freya. Namun Nicholas segera berdehem untuk menghentikan keduanya.

"Gue baru aja ditinggal pacar Gue, jangan bikin galau lah," protes Nicholas.

"Makanya cari lagi," kata Nathan dan membuat Freya melotot.

"Capek bat Gue serius Nik punya suami kaya kembaran Lo. Mulutnya gak bisa di rem serius," kata Freya pasrah.

"Yang sabar aja ya Fey emang gitu dia," kata Nicholas sambil menggelengkan kepalanya.

"Rame bat yah rumah," celetuk Nathan tiba-tiba.

"Kan sekarang ada banyak pembantu sama satpam," jawab Nicholas.

"Emang dulu gak ada ya?" Tanya Freya.

"Kita bertiga bilang ke Mama supaya gak naruhin pembantu di rumah, kecuali pas salah satu dari kita sakit atau perlu sesuatu dan kita sibuk masing-masing baru mereka ke rumah," jelas Nathan.

"Kenapa gak mau ada pembantu? Kan enak tinggal nyuruh-nyuruh," tanya Freya lagi.

"Kita bertiga gak nyaman ada banyak orang di rumah. Kita gak suka kalau ada orang lain yang masuk kerumah ini kecuali kita sekeluarga. Terutama Nayara, badmood mulu tuh bawaannya kalo Mama pulang terus para pelayan wara-wiri," jawab Nicholas.

"Owh, terus sekarang kenapa banyak pembantu gini?" Tanya Freya lagi.

"Buat bantuin Lo lah Fey. Emang bisa sendirian ngurus rumah? Belum kuliah, masak, bersih-bersih, jaga anak. Apalagi anak Lo dua tuh," tanya Nicholas.

"Kan berusaha," kata Freya lemah.

"Sebenernya tuh gini Fey, Gue gak bermaksud nyinggung atau gimana, tapi Lo bisa kan gak overthinking? Kayak barusan Gue bilang gitu Lo langsung down, inget Lo punya suami dua anak, gak boleh mental lemah gitu. Lo perempuan loh Fey. Gue bilang gini karena kebiasaan jagain Nayara, dan Lo sekarang adik Gue juga kan?" Kata Nicholas.

"Kita semua sebenernya seneng banget punya kamu sayang, punya Tania sama Sania. Walau kadang, Nicholas sama Nayara suka uring-uringan. Ya wajar lah, orang mereka berdua kebiasaan di kamar di tempat sunyi terus sekarang tiba-tiba ada orang lain yang masuk ke rumah. Kamu gak usah khawatir karena kalau kamu sampe di anak tirikan sama Mama atau Papa aku, aku gak bakal ninggalin kamu," kata Nathan sambil mengecup pucuk kepala Freya.

"Nathan bener sih, Gue juga minta maaf karena sering jutekin Lo. Jujur Gue belum bisa terbiasa, tapi mungkin lama-lama bakalan terbiasa. Sabar ya Fey, dunia kemertuaan emang gini," kata Nicholas lalu diiringi gelak tawa ketiganya.

"Makasih ya Nik udah ngasih Gue pengertian. Gue agak sakit hati sih pas ngelihat sikap Nayara kaya gitu ke Gue. Tapi mulai sekarang Gue akan berusaha cuek sama sikap Nayara, toh Gue gak bisa ubah sikap dia itu kan?" Kata Nathan.

"Bagus Fey, jangan sampe Lo yang diinjak harga dirinya," kata Nicholas tersenyum bangga.

****

"Ehh ada apa nih rame-rame?" Teriak Hao yang kebetulan datang ke kafe bersama Reiga, Alex, dan Putra.

"Eh kak Hao. Gak ada apa-apa sih cuma pingin kumpul aja. Duduk sini kak," kata Rendi. Lalu mereka ber empat duduk di tempat kosong di sebelah Rendi.

"Mau pesen apa kak? William yang nraktir," kata Reihan.

"Mata Lu!" Protes William.

"Kita bisa bayar sendiri tenang aelah," kata Alex.

"Lo ngapa dah Will? Nyender gitu?" Tanya Reiga.

"Gak tahu tiba-tiba pusing," jawab William.

"Makanya bandel sih, siapa suruh main basket mulu," kata Reiga.

"Nay, Raya sekarang berangkat ke Jepang Lo gak ikut nganter?" Tanya Alex.

"Kata Kak Niko gak usah ikut, biar gak repot," jawab Nayara.

"Hah? Seriusan kak Raya udah berangkat?! Kok Gue gak tahu?" Teriak Wulan dan Tiara yang langsung mengecek akun instagram Raya.

"Lah iya udah terbang dia hiks."

"Cewek ini kan yang waktu ini di nangisin sama Alex kan?" Kata Reiga sambil menunjuk ke arah Astrid.

"Apaan sih Lo! Kagak ya!" Bantah Alex.

"Iya Lo yang bentak dia. Minta maaf sono Lu!" Kompor Hao.

"Paan sih? Diem gak!"

"Will Justin ajak sini gih," kata Putra.

"Ngapain?" Tanya William lesu.

"Nggak suruh aja biar rame," jawab Putra.

"Lima belas orang disini kurang Put?" Tanya Hao.

"Biar makin rame aja," jawab Putra.

"Itu tuh pengunjung lain apakah masih kurang rame? Gila sih Lu," kata Alex.

"Iya deh iya gak jadi!" Kata Putra pasrah.

"Ada ada aja Lo put, Put. Pacar Lo udah selesai masalahnya?" Tanya Alex.

"Belum anjir, udah lah ngapain Lo ngingetin lagi si ah? Padahal udah hampir lupa," kata Putra lalu meneguk es jeruk nya.

"Emang pacar kak Putra kenapa?" Tanya Tiara.

"Tahu tuh tadi ribut-ribut di kelas," jawab Hao.

"Nay Lo disuruh pulang sama Nathan," kata Reiga sambil menunjukkan isi pesan Nathan.

"Ngapain sih?" Kata Nayara lalu merebut ponsel Reiga dan membalas chat kakaknya. Setelah lama akhirnya Nathan pun menjawab.

"Disuruh nemenin Freya," kata Reiga.

"Gue ikut ya Nay?" Tanya William.

"Yaudah, semuanya Gue duluan yah," kata Nayara lalu bangun dari tempat duduknya.

"Kita juga pamit duluan ya, dipanggil sama Niko," kata Alex. Lalu Alex dan temannya juga meninggalkan kafe itu.

"Gue harap Nayara bisa buru-buru jadian sama William," celetuk Tiara.

"Kuat banget yah William nunggu Nayara. Belum tentu juga sekarang Nayara bisa buka hati buat William," jawab Wulan.

"Mungkin takut kali?" Kata Gisel.

"Takut kenapa?"

"Ya dulu kan pernah buka hati buat cowok malah disakitin," kata Gisel sambil menatap ke arah Jesse.

Jesse tahu harusnya dia tak ikut ke kafe saat ini. Harga diri Jesse sudah hampir tidak ada di mata teman-temannya. Lagi pula dia sendiri juga salah, hanya karena peraturan bodoh gengnya Ia harus melepas wanita yang benar-benar mencintainya.

"Hmm, Gue pulang duluan yah, ada urusan dirumah," kata Jesse berniat melarikan diri.

"Ya, Lo sebenernya mau lari kan dari kita?" Kata Gisel.

"Dasar pengecut! Yaudah sana buruan," kata Tiara julid.

"Sayang gak boleh gitu," kata Reihan sambil menenangkan kekasihnya.

"Kalau gitu Gue duluan ya," kata Jesse.

"Yoi hati-hati ya," kata Rendi.

"Bye!" Kata Sandrina.

"Ihhh mak lampir! Ngeselin amat dah tuh orang!" Teriak Wulan.

"Hei hei hei udah udah gak usah di respon," kata Rendi sambil menahan kekasihnya.

"Ini ngapa jadi tiba-tiba naik darah gini kalian?" Tanya Bastian sambil terkekeh.

"Kesel banget Gue tuh setiap kita kumpul mereka berdua pasti ikut juga! Ganggu tahu, yakan?" Kata Tiara.

"Bener banget, mana si mak lampir gak ada rasa bersalah sedikit pun lagi! Dia kan cuma anak pembantu, ppfftt!" Kata Wulan.

"Sayang tunggu bentar ya, lipstik aku ketinggalan," kata Sandrina lalu kembali ke dalam kafe.

"Mamanya pelakor sih, pantes anaknya juga ikutan. Hahahaha," terdengar suara Tiara dan suara tertawa dari ketiga wanita yang ada di dalam. Sandrina menahan dirinya terlebih dahulu.

"Sayang jangan kaya gitu ga boleh," kata Reihan.

"Fakta tapi kan? Kalo dia itu anak pelak- aakkkhhh!!! Sandrina lepas!!" Teriak Tiara saat rambutnya ditarik oleh Sandrina.

"Apa-apaan sih Lo!" Teriak Wulan lalu membantu Tiara melepaskan rambutnya dari genggaman tangan Sandrina.

"Sayang lepas tenang," kata Jesse yang langsung memegang tangan Sandrina.

"Lo boleh hina Gue tapi jangan ibu Gue! Ibu Gue gak salah!" Teriak Sandrina lalu menampar Astrid yang sebenarnya tak tahu apa-apa.

"Aakkhh!"

"Kak Astrid!" Entah dari mana datangnya, Justin langsung memeluk dan menenangkan Astrid.

"Ngapain Lo nampar dia, ha?!" Teriak Justin dihadapan Sandrina.

"Tanya sama dia! Apa yang udah dia bilang tentang Mama Gue!" Teriak Sandrina.

"Dia gak mungkin ngomongin Lo! Dia gak tahu apa-apa tentang Lo! Sialan! Kak Astrid gak papa kan? Ayo ikut Gue, Gue anter Lo pulang," kata Justin lalu membantu Astrid dan membawanya pulang.

"Permisi anak-anak! Mohon jika ingin bertengkar tinggalkan kafe kami! Karena kami tidak ingin bertanggung jawab atas hal yang terjadi kepada kalian," kata satpam yang bertugas.

Akhirnya semua remaja itu memutuskan untuk keluar dari kafe dan pulang ke rumah masing-masing.

"Rei, Gue nebeng Lo ya?" Tanya Rendi.

"Naik," kata Reihan.

Sebelum itu Reihan dan Rendi sama-sama membukakan pintu mobil untuk kekasih mereka.

"Udah dong jangan nangis lagi. Cantiknya entar hilang loh," kata Reihan sambil mengusap kepala Tiara.

"Sakit," kata Tiara lirih.

"Sssttt makanya kamu jaga omongan kamu. Gak papa jangan nangis," kata Reiga.

"Tiara maafin Gue ya? Harusnya Gue cegah Lo tadi," kata Wulan sambil menundukkan kepalanya.

"Nggak Lan, ini emang kesalahan kita semua. Harusnya kita gak bawa-bawa ibu Sandrina," kata Tiara.

"Udah dong jangan nangis Tir, cengeng amat Lo!"

"Diem gak Ren?!" Bentak Tiara. Rendi yang tadinya mengganggu Tiara akhirnya menyandarkan bahunya ke kursi mobil dan berpura-pura terlelap.

"Nah gitu dong, aku jalan ya?" Kata Reihan dan diangguki Tiara. Reihan pun melajukan mobilnya.

"Kak Astrid kenapa tadi bisa ditampar?" Tanya Justin sambil mengobati ujung bibir Astrid yang sedikit terluka. Mereka kini ada di pinggir jalan, tepatnya di depan warung kecil.

"Gak tahu tiba-tiba di tampar," jawab Astrid.

"Kalau ada apa-apa telpon Gue, biar gimana pun keadaan Gue, Gue bakal ada buat Lo kak," kata Justin dan Astrid hanya menanggapi dengan anggukan.

"Yaudah sekarang Gue anter pulang ya?" Kata Justin dan mereka pun menuju rumah Astrid.

"Sejak kapan Lo pindah kesini?" Tanya Justin.

"Sejak sebulan yang lalu karena pak de udah gak bisa ngurus Gue lagi," jawab Astrid.

Astrid merupakan anak yatim piatu. Dari kecil Ia sudah diasuh oleh paman dan bibinya. Paman dan bibinya setuju mengasuh Astrid karena pada saat itu mereka belum dikaruniai seorang anak setelah lima tahun menikah. Namun suatu hari bibi Astrid mengandung dan melahirkan seorang putri. Dan sejak saat itu juga Astrid dianak tirikan oleh paman dan bibinya.

"Btw, temennya William ada yang tinggal deket sini juga dan Gue sering main kerumahnya. Kapan-kapan Gue boleh mampir kan?" Tanya Justin.

"Iya boleh, sampe sini aja gak papa," kata Astrid.

"Hati-hati ya Lo pulangnya," kata Justin.

"Iya makasih ya Justin," kata Astrid sambil melambaikan tangannya.

"Astrid pulang," kata Astrid lalu menaruh sepatunya di rak kecil yang ada di sebelah pintunya.

"Hah, Gue lupa kalo Gue tinggal sendiri," kata Astrid lalu merebahkan diri di kasur usangnya.

Rumah Astrid terletak di salah satu lingkungan kumuh di perumahan Nayara. Astrid memilki mental sickness, yang dimana menyebabkan dia terkadang berhalusinasi tentang kedua orang tuanya. Dan tentu saja Astrid tidak menyadari hal itu.

Astrid berjalan menuju rak buku yang menyatu dengan rak makanan. Ia membuka lemari dan hanya menemukan dua bungkus roti yang sudah berjamur. Dengan terpaksa Astrid memakan roti itu, Ia sudah tidak peduli lagi.

"30 menit lagi kerja di perpustakaan, terus abis ini ke kafe bang Jay," guman Astrid sambil memakan roti.

Karena Bang Jay dan Mbak Andra tidak tega saat mengantar Astrid ke rumah barunya. Mereka memutuskan untuk mengajak Astrid bekerja di tempat mereka.

"Mau mandi dulu deh baru abis itu istirahat," Astrid lalu segera masuk ke dalam kamar mandinya.

Akhirnya setelah beberapa lama, aku kembali dengan cerita aku. Gak terasa Rumitnya Persahabatn akhirnya rilis vol.2. Selamat membaca...

Enjizoo44creators' thoughts