Aku tidak pernah masuk salon, apalagi dapat rekomendasi dokter kulit dan kecantikan. Sebab aku sangsi dan menurutku lelaki ya harus "jantan".
Aku tidak pernah malu dengan kulitku yang gelap. Toh makin kencang ototku semakin percaya diri. Saat bercermin aku seolah merasakan kebanggaan. Hanya saja—ck ... daripada begini aku memang memilih sembuh. Aku tak sanggup kalau luka-lukaku membekas, maka akhirnya aku mengangguk mau saat Mike mengulurkan kertasnya.
"Simpan dulu, besok kutemani ke klinik RS bagian kecantikan."
Aku pun memandangi tulisan-tulisan Mike. "Bukannya ke kulit dulu ya?"
Sumpah, Demi Tuhan ... ini pembahasan macam apa diantara kami?
"Mm, hm. Maksudku dua-duanya sekalian."
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com