Mike pun kesulitan berkata-kata. Pria itu memandang kami kesal. Tapi saat kuintip tangannya mengepal tanpa pukulan karena sisi gemasnya lebih besar daripada amarah.
Ha ha ha ha ha!
Mampus kau, Mike!
Tidak bisa ngomel, kan?
Kau harus tahu betapa kesalnya aku setiap disuruh makan, kerjaanmu itu selalu marah-marah 24/7!
"Atau mau masakanku?" tawar Mike tiba-tiba. Aku yang kaget pun membuka mata. Dan lihatlah kedua iris tajam yang ingin menangis itu. Sungguh kombinasi yang bagus. Khe ... khe ... khe ... khe ....
"Hah? Anda bisa?" tanyaku seolah tidak percaya.
"Bisa, bisa. Walau Cuma mie instan, tapi aku akan bikin buat kamu ...." katanya, lalu berjalan memutar agar kami makin dekat. "Ya, Sayang, ya?" bujuknya, dengan jemari membelai rambutku. "Aku tidak bisa fokus kerja kalau meninggalkan kalian seperti ini ...."
Aku pun mengalihkan pandangan daripada semakin luluh.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com