webnovel

One Piece: Pemanggil Servant

"Hei, sobat, tahukah kamu? Judul pendekar pedang terhebat di dunia telah diambil oleh orang lain?" "Apa? Apakah benar begitu? Siapa pendekar pedang terhebat di dunia itu?" "Oh, orang yang menggantikan pemilik judul sebelumnya bernama Miyamoto Musashi. Tidak hanya itu saja, aku memiliki berita lain yang lebih menarik loh." "Judul 'Makhluk terkuat di dunia' juga telah diambil oleh orang lain, dan orang itu adalah ratu bernama Scathach." "..." "Garp, lelaki tua dari angkatan lain juga telah dikalahkan oleh seorang lelaki tua bernama Li Shuwen." "Banyak sekali orang-orang kuat yang bermunculan!? Dari mana semua orang itu berasal?" "Mereka semua datang dari group bernama 'Blueplanet,' omong-omong, Miyamoto Musashi dan Scathach adalah partnerku." "Benarkah... tidak, tunggu! Siapa kamu sebenarnya?!" "Saya adalah pemimpin group Blueplanet!" Kata sang protagonis sambil tersenyum. Cerita ini merupakan kisah seorang protagonis dengan System Summoner, men-summon karakter dua dimensi kuat sambil berlayar di lautan luas yang indah. *** Advanced chapters available on; patréon.com/Mizuki77

Mizuki77 · Komik
Peringkat tidak cukup
141 Chs

Bab 17

Setelah mendengar pernyataan Zoro, Kuina merasa jauh lebih percaya diri. Benar, sebagai wanita, dia akan membuktikan bahwa dirinya memang mampu dan tidak lemah!

Meskipun dia masih tidak tahu bagaimana masa depannya, tapi setidaknya sekarang dia merasa jauh lebih baikan.

Berjalan dengan langkah lelah, Kuina menaiki tangga rumahnya. Berniat mengambil batu asahan untuk mempertajam Katana-nya.

Apa yang tidak dia sadari saat ini adalah, bahwa ada sosok misterius yang sedang bersembunyi.

*Slip!*

Kuina yang lelah tidak memperhatikan tangga di yang dia langkai dengan hati-hati. Begitu kakinya terselip, dia langsung jatuh dari tangga!

Meskipun orang-orang di dunia One Piece relatif kuat, tapi untuk anak kecil, jatuh dari tangga dengan kepala duluan adalah hal yang sangat fatal!

Tepat ketika kepala Kuina hendak membentur lantai, Vermillion buru-buru keluar dan memeluk tubuh Kuina.

"Gadis kecil, apakah kamu baik-baik saja?" Menurunkan Kuina dari pelukannya, Vermillion bertanya.

"Lain kali berhati-hatilah, orang-orang tidak akan selalu menyelamatkanmu, kau tahu?" Vermillion menepuk kepala gadis itu sambil tersenyum hangat.

"Terima kasih, terima kasih banyak, kakak!" Kuina yang panik buru-buru berterima kasih kepada Vermillion.

"Haha, sama-sama. Tapi jika kamu benar-benar ingin berterima kasih kepadaku, maka perkenalkan aku dengan Koushirou."

"Kami datang ke sini untuk bertemu dengannya."

"Baiklah, kakak. Tolong ikuti aku." Kuina mencoba menenangkan detak jantungnya saat menuntun Vermillion ke tempat Ayahnya.

"Kakak, sebenarnya apa yang ingin anda lakukan dengan ayah saya?"

"Untuk bertanding saja, tidak lebih."

"Bertanding?!" Kuina kaget, lalu dia menatap Kakak gagah itu. "Apakah kakak juga seorang pendekar pedang? Perlu aku ingatkan, Ayah saya dalah pendekar yang kuat!"

"Aku cukup ahli dalam ilmu pedang, tapi orang yang ingin bertanding dengannya bukanlah aku, tapi teman berlayarku."

"Oh..." Kuina menarik kembali antusiasnya.

"Kakak, anda pasti tahu banyak hal selama anda berlayar di laut. Apakah anda pikir seorang wanita dapat menjadi pendekar hebat di dunia?"

Meskipun dia telah berjanji kepada Zoro, Kuina masih ingin mendengar jawaban positif dari orang lain, orang yang tentunya kuat.

"Oh, aku masih belum memberitahumu, kan? Teman yang akan menantang Ayahmu tak lain adalah pendekar pedang wanita."

"Kamu bertanya padaku apakah seorang wanita dapat menjadi pendekar hebat di dunia? Jawabannya adalah ya!"

"Benarkah?!" Mata Kuina berkilat dengan cahaya harapan.

"Hmm? Mengapa kamu berhenti, ayo pimpin jalan."

"Ah? Iya!"

***

"Ayah, itulah yang terjadi." Kuina menundukkan kepalanya ketika menceritakan apa yang baru saja terjadi padanya.

"Apakah benar begitu?!" Tatapan ketakutan berkilat di mata Koushirou.

Menatap ke arah dermawannya, Koushirou menunduk sambil mengucapkan rasa terima kasihnya. "Terima kasih, terima kasih banyak, pak. Karena anda, Kuina selamat!"

"Paman, terima kasih banyak!" Zoro yang kebetulan datang merasa kaget dan juga ketakutan ketika mendengar kabar tadi.

Bersama Koushirou, Zoro ikut mengucapkan rasa terima kasihnya.

"Sama-sama, bukan hal yang besar. Aku yakin Kuina telah mengatakan tujuan saya kepada anda, jadi... apa jawaban anda?" Tanya Vermillion.

"Tentu saja." Koushirou memandang ke arah Musashi, lalu memegang gagang pedangnya.

"Pasti pendekar pedang wanita itu yang akan menantangku, kan?"

"Luar biasa..." Koushirou meluruskan kacamatanya ketika merasakan aura Musashi.

"Tidak pantas untuk bertanding di dalam Dojo, mari, ikut dengan saya."

"Kuina, kamu dan Zoro perlu datang untuk melihat pertandingan ini. Pendekar itu tidaklah biasa." Kata Koushirou.

Koushirou merasa terkejut ketika merasakan aura yang terpancar dari tubuh Musashi, wanita itu sangat berbahaya.

Dia tidak pernah menyangka bahwa ada pendekar pedang wanita yang mampu mengeluarkan aura seperti itu. Dia merasa bahwa Dojonya tidak akan bertahan, jadi dia memutuskan untuk bertanding di luar ruangan.

"Apakah Master akan bertanding? Bagus, saya sangat ingin melihatnya." Zoro berkata gembira.

"Pendekar pedang wanita yang mampu membuat ayah serius?" Kuina menatap ke arah Musashi dengan penasaran.

"Musashi, jangan terlalu berlebihan." Vermillion percaya pada kemampuan Musashi, dan dia tahu bahwa dia akan menang.

Dia hanya berharap Musashi tidak merusak lingkungan terlalu banyak.

***

Semua orang mengikuti Koushirou menuju ke bagian belakang gunung. Selain mereka, tidak ada penduduk desa lain di area itu.

"Di sini seharusnya cukup." Koushirou berhenti lalu berbalik. "Dengan ini tidak akan ada warga yang ikut terpengaruh."

"Nama, Koushirou, pedang, Wado Ichimonji, salah satu dari dua puluh satu pedang Great Grade. Mohon bimbingannya." Setelah mengeluarkan Wado Ichimonji dari sarung pedangnya, senyum Kenshiro tidak lagi terlihat.

Dalam hatinya dia tahu bahwa pertandingan ini mungkin adalah pertandingan terhebat setelah pengasingannya ke desa ini.

"Pendekar Pedang, Miyamoto Musashi. Mohon bimbingannya..." Saat Miyamoto Musashi memegang gagang kedua pedangnya, auranya tak lagi tenang.

-----

read chapter 47 on;

patréon.com/mizuki77

ko-fi.com/mizuki77