webnovel

[00]. PROLOG

Hari ini entah kenapa menjadi hari sial Aria. Sudah 3 kali kena marah guru terus dijemur di lapangan. Ya salahnya sih karena tak mengerjakan tugas dan tertidur dikelas. Pokoknya mood-nya benar-benar tak bagus hari ini

"Ugh kesal-kesal-kesal."

Gadis itu berjalan sambil menghentakkan kakinya keras. Ketika sampai di kelas, dia langsung menenggelamkan wajahnya

"Ar lo kenapa?." Tanya Luna, teman sebangkunya

"Gak tahu dah. Hari ini sial banget gw. Pengen pulang aja." Jawab Aria lesu seraya mengemasi barang-barangnya

"Beneran nih?. Habis ni gurunya cogan lho."

"Ck itu mah lo yang tergila-gila. Nathan gw pulang yak!." Teriak Aria ke ketua kelas, Nathan Julianto

"Lah napa?."

"Mood-nya lagi gak bagus." Jawab Luna

"Yodah, ntar gw ijinin." Ujar Nathan

"Thanks, ntar suratnya nyusul. Bye jamet!."

Sebenarnya Aria tak pulang ke rumah karena pasti akan kena omelan ibunya. Tak lupa ia mengganti pakaiannya lalu menuju apartemennya yang hanya ia kunjungi sesekali

Tapi ketika sampai di lantai dua, Aria mengerutkan keningnya ketika melihat 2 laki-laki yang berdiri di depan apartemennya, seperti menunggu sesuatu. Yang satu berambut biru dan satunya hitam kecoklatan

"Siapa kalian?." Tanya Aria datar

"Akhirnya kau datang. Benar kan?. Nona Ariana Rose."

Aria menatap julid

"Bukan, kalian salah orang." Aria dengan acuhnya beranjak ke pintu apartemennya

"Aku Daniel, dan ini Steve. Kami datang untuk menemuimu Aria."

Aria menengok malas

"Datanglah lain hari, hari ini aku benar-benar tak berniat bertemu siapapun." Aria memasukkan kode lalu membuka pintu

"Ini mengenai Darkmon."

Aria berhenti lalu berbalik dan menatap aneh dua orang itu

"Darkmon?. Itu hanya cerita fiksi. Dasar." Tutur Aria

"Lalu apa kau bisa menjelaskan apa yang terjadi beberapa hari ini?." Ujar Daniel

"Apa maksudmu?."

Kringg...

Aria melirik dua laki-laki itu lalu mengangkat telpon dari mamanya, Nella

"Halo ma."

"Sayang kamu segera ke rumah sakit sekarang ya."

"Ha?. Ngapain?."

"Kakakmu, Rihana. Dia masuk rumah sakit!."

"Apa?!. Oke Aria kesana." Gadis itu menutup panggilan dan juga apartemennya

"Biar kami mengantarmu, ayo!." Ajak Steve. Aria dengan terpaksa pun ikut dengan mereka

25 menit kemudian, mereka sampai di RS langganan keluarga Aria. Gadis itu segera berlari ke ruang UGD. Disana ia melihat seluruh keluarga besarnya yang datang

"Ma!."

"Hiks Aria, kakakmu-."

"Udah, mama tenang ya. Gak lucu kalau mama ikutan sakit. Pada belum makan kan?." Tanya Aria kekeluarganya dan mereka mengangguk

"Semuanya ke kantin rumah sakit. Biar Aria dan kak Dhea yang disini, oke?." Ujar Aria

Akhirnya Nella bersama tante-tante Aria pergi, beserta anak-anak yang masih kecil. Aria mendekati papanya, Rendra, dan kakak keduanya, Dhea

"Kak Rihana kenapa?."

"Gak tau. Tadi pas di kampus, kita ke kantin bareng. Tapi dia kebelet ke toilet dan gak mau ditemenin. Setengah jam gw nunggu dia, tapi dia gak balik-balik. Terus pas gw cek ke toilet ... tubuhnya jadi biru!. Kayak kehilangan darah." Seru Dhea. Aria tersentak

"Untungnya masih banyak stok darah disini dan kakakmu bisa selamat. Ah papa mau ngurus administrasi dulu terus ke kantin. Kalian juga jangan lupa makan." Ujar Rendra lalu pergi bersama om-om mereka

Aria diam di tempat sambil menggigit jarinya

"Kak." Panggil Edy, adik sepupunya

"Ya?."

"Mau jenguk kak Rihana?. Tapi cuman boleh 10 menit." Ujar Edy

Aria mengangguk lalu menaruh tasnya. Ia menatap dua laki-laki itu sebentar lalu masuk

"Lo mikir sama kan?." Ucap Daniel yang diangguki Steve

"Gak salah lagi."

Aria masuk ke ruang UGD. Di dalam sana tentunya sangat ramai. Aria diantar oleh seorang suster menuju ranjang kakaknya. Aria segera menarik gorden untuk menutupi mereka berdua

Dia menatap ngeri tubuh kurus kakaknya dan ya, kakaknya belum siuman

"Lo kenapa sih kak?. Suka banget bikin adek lo ini khawatir. Kemarin jatuh dari motor, terus matanya jadi bengkak cuman gara-gara diputusin kak Andre. Sekarang apa?." Aria menghela nafas, ia memang merasa jika kakaknya ini terlalu bebas dan dia adalah gadis polos

Karena berada di dekat jendela yang terbuka, angin masuk lalu menerbangkan gorden dan juga selimut Rihana. Aria mengerutkan keningnya ketika melihat sesuatu. Ia segera bangkit dan menyibakkan selimut serta melepas kancing baju kakaknya

"Ha!." Aria terkejut sampai menutup mulutnya ketika menemukan ... dua lubang mengering yang berada dileher Rihana

"Ini mengenai Darkmon."

"G-gak mungkin." Aria mencari cara untuk menutup lubang itu, setelah merasa aman ia berlari keluar

"Kak, Aria mau ke taman bentar ya." Setelah mendapat persetujuan dari Dhea, tanpa sepengetahuan siapapun Aria menarik dua laki-laki itu menuju taman

"Jadi-." Aria diam menatap senyum dua laki-laki itu

"Masih gak percaya?." Ujar Daniel

"Ya iyalah!. Mana ada vampir di dunia ini!." Sentak Aria

"Aria dengar. Di jaman anak sekarang, cuman kau yang masih membaca tentang hal kuno dan fiksi tersebut." Kata Steve

"Jadi untuk itu kalian menemuiku?. Untung melawan mereka?!."

Daniel dan Steve mengangguk

"Astaga kenapa harus aku?!. Dari beribu-ribu orang mengapa harus aku?!. Aku hanya gadis pemalas dan ceroboh!."

"Tapi rasa melindungimu sangatlah kuat. Hanya kau yang bisa kami harap Aria. Kami mohon." Ujar Daniel

Aria diam

"Dan biarkan kami memperkenalkan diri sekali lagi. Kami adalah Malaikat Sihir, Staker."