webnovel

Sebiji Permata

"Apa ini? kenapa semua yang sudah kurencanakan, tidak ada satupun yang berjalan sesuai dengan jalannya?"

Berapa kali aku harus berjalan berangsur-angsur? Semua hal yang bisa kuselesaikan dalam waktu singkat tapi pada kenyataannya tidak demikian. Aku benar-benar dibuat tertatih. Semua hal itu berjalan selangkah demi selangkah dengan terseok-seok pula.

Jika sudah seperti ini, siapa yang harus kusalahkan?

Orang-orang itukah yang membuat segala sesuatunya berjalan begitu lama? atau aku harus menyalahkan diriku sendiri yang kurang gesit dan cekatan. Aku pun terlalu sering mengulur waktu hingga jauh.

Tidak. Tidak ada yang bisa aku salahkan saat ini. Tidak pula dengan diriku. Bagaimana bisa aku menyalahkan diriku yang sudah banyak berjuang dan bersabar menghadapi jalan yang seperti ini.

Tapi tidak dapat dipungkiri pula jika memang kesalahan ini sepenuhnya ada padaku. Kenapa aku tidak melakukannya jauh lebih cepat? kenapa pula aku harus mengulur-ulur waktu hingga begitu jauh. 

Rasanya tubuhku sudah lelah, begitu pula dengan hatiku. Sudah hampir hilang semangatku untuk menyelesaikan ini semua. Tapi bagaimana bisa aku menghilang begitu saja? aku yang sudah memulai semua ini, maka akulah yang harus mengakhirnya bukan orang lain.

Lagi pula tidak mungkin aku meninggalkan semua ini yang hanya tinggal beberapa langkah lagi untuk mencapai batas akhir. Jika aku lakukan hal itu maka sia-sia semua yang sudah kuperbuat selama ini.

Rasa lelah dan kecewa yang selama ini berhari-hari mendera hati dan tubuhku, hari ini sudah hampir mencapai puncaknya. Tapi percayalah, aku bahkan tidak tahu harus melakukan apa. Katakanlah aku memang lelah dengan semua ini, tapi apa yang bisa aku lakukan? tentu tidak ada selain aku harus menghadapi semua ini.

"Astaga, kenapa ketika tiba giliranku semuanya menjadi begitu sulit?"

Aku benar-benar ingin mengeluh tentang semua ini. Tapi kemana aku bisa mengeluh, menumpahkan seluruh perasaan sesak yang ada di hati. Tidak ada orang lagi yang mau mendengar keluhku setelah begitu banyak keluh yang kukatakan.

Aku hanya ingin semua ini berakhir dengan cepat. Agar apa yang sudah kurencakan jauh-jauh hari bisa segera kulaksanakan..

Tapi jika keadaannya seperti apa yang bisa kuperbuat? tidak ada, bukan? bahkan untuk meratap pun sama sekali tidak ada gunanya. Semua tidak akan selesai begitu saja. Cukup saja kunikmati semua rasa ini yang nikmat sakit dan lelahnya tiada tara.

Sudah barang tentu aku tidak akan bisa selalu menikmati. Harus ada sesuatu pula yang kulakukan untuk membunuh perasaan kesal ini. Apa? hanya menyibukkan diri dengan segudang aktivitas. Aktivitas yang entah apa manfaatnya untukku.

Mungkin saja nanti akan ada manfaat yang bisa kurasakan.

"Ah Tuhan, aku benar-benar ingin menyelesaikan urusan yang satu ini. Aku berjanji, jika pun sudah selesai aku akan tetap meluangkan waktuku selama beberapa saat untuk teman-temanku. Aku janji, Tuhan"

Aku tertunduk dengan sangat dalam. Sekali lagi aku bertanya-tanya, kenapa jalanku selalu dipersulit.

Bukan dipersulit, tapi bukan waktu yang tepat untuk kau menyelesaikan segala sesuatunya dengan begitu cepat.

Positif thinking adalah jalan ninjaku saat ini. Meskipun rasa kesal itu rasanya sudah hampir mencapai ubun-ubunku. Aku tetap berusaha mencari sisi positif dari masalah yang sedang kuhadapi saat ini. Untuk apa? Hanya untuk menghibur hatiku.

Hatiku akan semakin gusar jika aku terus memikirkan "mengapa semua tidak sesuai rencanaku". Akan semakin sakit kepalaku. 

Sudahlah nikmati saja jeda waktu hingga kau mendapat apa yang kau kejar saat ini. Mungkin di antara jeda waktu itu kau mendapat sebiji berlian yang berguna untuk kau gunakan kelak.

Ah, begitu mudah kata-kata itu keluar dari dalam kepalaku. Tapi realita saat ini benar-benar menyesakkan untukku.

"Berlian mana yang akan kudapat di tengah kekalutan hidupku? yang mana? dan apa gunanya untuk hidupku?"

Lagi dan lagi kukutuki hariku dan keberuntunganku. Walaupun ada begitu banyak hal positif yang bisa aku katakan saat ini untuk diriku seorang. Tapi tetap saja perasaan buruk itu selalu berhasil melingkupi kebaikan-kebaikan yang telah kupikirkan.

Lalu sampai kapan kau akan terus meratap?

Sampai aku merasa puas meratapi semua.

Kapan itu? lalu bagaimana dengan waktu yang kau habiskan untuk meratap?

Benar. Aku tidak mungkin pula membuang waktuku begitu saja. Sudah pasti akan ada penyesalan yang lebih besar dari ini, bukan?

"Lalu aku harus bagaimana? Rasanya belum puas untukku meratapi yang saat ini sedang aku alami. Selalu ada banyak kata kenapa yang muncul di dalam kepalaku?"

Karena kau belum ikhlas dan menikmati apa yang sedang kau alami. Itu alasannya, kata 'kenapa' selalu muncul di dalam kepalamu

Apa yang sudah kuucapkan sebelumnya tidak sepenuhnya salah. Entah itu tentang makian, kutukan, kemarahan, cercaan, ataupun tentang hal-hal positif yang kuucapkan. Semua itu benar-benar sedang bergulat di dalam diriku. Berusaha menunjukkan siapa gerangan akan akan merajai hati dan pikiranku.

Dua sisi yang berlainan itu benar-benar bertarung di dalam diriku. Kini hanya tinggal sisi terdalam diriku. Gabungan dari hati dan pikiranku yang masih belum terkontaminasi untuk mengambil keputusan. Memutuskan siapa gerangan yang akan menjadi pemenang.

Sekali lagi kupikirkan dengan baik, apa yang harus kulakukan selanjutnya karena tidak mungkin pula aku terus diam seperti ini. Sementara itu pikiranku terus berjalan tak tentu arah, pilihan mana yang harus kupilih untuk kedepannya.

Selama beberapa lama, aku benar-benar memikirkan hal ini sebaik mungkin. Benar-benar masak dalam memikirkannya. Sampai pada akhirnya, aku memilih untuk menikmati setiap jalan yang ada di hadapanku. Terlepas jalan itu terjal, terpotong-potong, atau bagaimanapun itu.

Menapaki jalan dengan sedikit tertatih-tatih bukanlah masalah yang besar jika dibandingkan harus berhenti atau meninggalkan jalan yang sudah jauh kutapaki.

Berjalan tertatih dengan sesekali berhenti untuk melakukan hal lain juga bukan masalah besar. Bukan sesuatu yang salah untuk dilakukan. Mungkin saja memang Tuhan menyiapkan jalan ini untukku. Tuhan tidak ingin memberikan jalan yang terlampau lancar hingga membuatku terlena tanpa menyadari hal buruk yang bisa saja terjadi di pertengahan jalan nanti.

Baiklah, kali ini aku benar-benar akan beranggapan jika Tuhan sedang menyiapkan sesuatu yang lebih baik untukku. Selain itu, Tuhan pun menginginkan agar aku menghabiskan lebih banyak waktuku di tempat ini sebelum aku kembali. Jika tidak demikian, aku hanya akan mendapat penyesalan lantaran tidak menghabiskan waktu lebih banyak dengan teman-temanku.

Jika aku terburu-buru untuk pulang seperti rencanaku sebelumnya, maka aku akan kehilangan banyak waktu bersama dengan teman-temanku yang entah kapan aku bisa menghabiskan waktu bersama dengan mereka. Selepas kutinggalkan tanah yang kupijak saat ini, maka kehidupan lain sudah menantiku. Aku akan memasuki babak baru dalam kehidupanku yang tidak lagi mengizinkanku untuk bersantai bersama dengan teman-temanku. 

Menghabiskan waktu bersama teman mungkin akan menjadi sesuatu yang akan sulit untuk kedapatkan, terutama dengan mereka yang saat ini ada bersamaku. Jarak dan kesibukan kami pasti akan menjadi pemisah yang tidak akan bisa dielakkan lagi.