Yoo Ki oppa sampai di depan sebuah cafe kecil, setelah memarkir mobilnya, ia masuk dengan langkah ringan. Yoo Ki oppa duduk di hadapan wanita berambut pendek, yang tak lain adalah Moon Hyo Ra, dan tersenyum kecil padanya
"maaf aku terlambat, apa kau sudah menunggu lama?" bukanya santai,
Hyo Ra tersenyum kecil dan menggeleng "tidak, aku juga baru datang" tepisnya cepat.
Yoo Ki oppa berdiri dari kursinya lagi "aku akan memesan sesuatu, apa yang ingin kau pesan?" tanyanya santai. Hyo Ra menaikkan alisnya berfikir sejenak "sama dengan oppa saja" jawabnya santai. Tak lama, Yoo Ki oppa kembali dengan dua gelas americano, ia meletakkan satu di hadapan Hyo Ra, dan kembali duduk di kursinya. Yoo Ki oppa menyesap americanonya, lalu menyandarkan tubuhnya santai
"ada apa tiba - tiba kau mencariku?" tanyanya langsung,
Hyo Ra tampak bingung mendengar pertanyaan Yoo Ki oppa, ia menggigit bibir bawahnya "apa aku mengganggu jadwalmu?" tanyanya canggung.
Yoo Ki oppa memutar matanya canggung, ia membuka mulutnya "tidak, jam kerjaku sudah selesai" jawabnya.
Hyo Ra mengangguk kecil, kembali membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu lagi, namun suaranya terhenti mendengar dering singkat ponsel dari arah Yoo Ki oppa. Dengan gerakan cepat, Yoo Ki oppa mengeluarkan ponselnya "sembentar" sahutnya cepat sambil membuka pesan yang masuk. Senyum kecil Yoo Ki oppa mengembang di ujung bibirnya, ia terlihat seperti seseorang yang menerima pesan dari orang dinantinya sejak tadi. Hal itu membuat Hyo Ra langsung merasa cemas. Merasakan wanita di hadapannya itu sedang mengamatinya, Yoo Ki oppa pun mengalihkan pandangannya dari ponsel ke arah Hyo Ra canggung. Melihat tatapan Yoo Ki oppa, Hyo Ra memgalihkan pandangannya cepat, seolah - oleh ia tidak mengamati Yoo Ki oppa sejak tadi. Yoo Ki oppa menghembuskan nafas kecil sambil meletakkan ponselnya di atas meja, ia menatap Hyo Ra lurus - lurus
"apa ada yang ingin kau sampaikan padaku?" tanyanya lagi,
Hyo Ra menggeleng "tidak ada.. aku hanya ingin bertemu dengan oppa.." jawabnya canggung.
Mendengar jawaban Hyo Ra barusan, Yoo Ki oppa merasa sedikit kesal, namun ia berusaha mengendalikan suasana hatinya. Mereka hanya duduk diam, sambil sesekali menyesap kopi mereka masing - masing. Yoo Ki oppa yang tidak tahan dengan suasana itu, akhirnya berdiri dari kursinya cepat "kalau begitu aku pergi dulu" pamitnya, ia membalikkan badannya, hendak mengambil langkah menjauh. Melihat itu, Hyo Ra pun ikut berdiri menahan Yoo Ki oppa cepat
"tunggu.."
Yoo Ki oppa menoleh kecil "ada apa?" sahutnya datar
"apa kau menyukai seseorang?" tanya Hyo Ra ragu,
Yoo Ki oppa menundukkan kepalanya berfikir sejenak "mungkin.." jawabnya singkat.
Hyo Ra membuka mulutnya "aah.." sahutnya paham. Mereka terdiam saling menatap satu sama lain sejenak, sampai Yoo Ki oppa kembali membalikkan badannya, pergi meninggalkan Hyo Ra.
000
Aku menghembuskan nafas panjang sambil mengganti - ganti saluran televisi, rasa bosan yang semakin mengangguku, tidak dapat ku tahan lagi. Aku melempar remote di tanganku santai, menoleh ke arah Hyun Soo yang tertidur pulas di sampingku. Aku mendekatkan wajahku ke arahnya sambil mengulurkan tanganku menusuk kecil pipinya, melihatnya tidak bergerak sama sekali membuatku tertawa kecil. Aku menusuk pipinya sekali lagi jahil, kali ini ia mengibaskan tangannya, menggerakkan kepalanya memalingkan wajah dariku. Aku menggeser posisi dudukku semakin dekat pada Hyun Soo, lalu kembali mengulurkan tanganku menusuk pipinya sekali lagi. Melihat tidak ada reaksi yang di tunjukkan Hyun Soo, aku tersenyum geli, dan menggerakkan tanganku lagi. Tiba - tiba Hyun Soo mencengkram tanganku cepat, membuatku terkejut
"mwoya.." omelnya sambil membuka matanya melirik sinis ke arahku
"he.. hey.. kau tidak tidur" sahutku gugup tertangkap basah.
Hyun Soo menarik lenganku cepat membuat jarah antara wajah kami semakin dekat, aku memutar mataku semakin gugup melihat jarak kami. Senyum miring Hyun Soo tersungging perlahan, kini ia menatapku dengan eksrpesi yang tidak bisa ku tebak
"kau gugup?" godanya.
Aku langsung menarik tubuhku memjauh darinya, sambil berdeham mengendalikan rasa gugupku. Tawa lepas Hyun Soo terdengar setelah melihat sikapku barusan, ia menggeleng kecil lalu berdiri menuju dapur. Ia membuka lemari di atas kepalanya santai, lalu menoleh ke arahku dengan senyum licik
"hey, kau mau bermain?"
aku hanya mengerutkan alisku bingung mendengar pertanyaannya itu. Melihat ekspresi bingungku, Hyun Soo menggerakkan tangannya ke dalam lemari, mengeluarkan sebotol soju. Senyumku mengembang melihat botol soju di tangan Hyun Soo
"CALL!! CALL!!!" teriakku semangat,
Hyun Soo mengambil beberapa botol dari lemari itu, meletakkannya di meja depanku, lalu kembali ke dapur mengambil dua gelas kecil. Kami duduk santai di lantai dengan senyum lebar, Hyun Soo membuka tutup soju pertama kami, lalu menuangkannya di gelasku terlebih dahulu. Kami langsung menghabiskan soju kami dalam sekali minum, mulai mengobrol ringan
"kau ingin bermain?" tawarnya lagi.
Aku memiringkan kepalaku curiga "permainan apa yang ada di otakmu kali ini?" tanyaku
"entahlah.. aku tidak tahu, apa kau ingin bermain sesuatu?" balasnya bertanya,
aku menepuk tanganku teringat satu permainan, dan tersenyum licik "ayo kita saling membuka rahasia" sahutku.
Hyun Soo mengerutkan alisnya, matanya mulai menyipit curiga "apa maksudmu jinsil game?" tanyanya menebak. Aku menunjuknya takjub sambil mengangguk yakin, Hyun Soo menghembuskan nafas kecil
"tidak.. aku tidak mau.." tolaknya cepat.
Aku mencibirkan bibirku mendengar penolakannya, aku meliriknya sinis sambil menegak sojuku cepat. Aku membanting kecil gelasku
"apa yang kau sembunyikan? Apa kau menyogok Do Hwan -ssi untuk menjadikanmu model?" tanyaku memancing
"HEY!" sahutnya tidak terima
"ah.. lalu kenapa kau tidak mau main?" desakku.
Hyun Soo menegak sojunya, ikut membanting kecil gelasnya "baiklah, ayo main, aku akan membongkar rahasiamu" timpalnya menantang. Mendengar tantangan Hyun Soo senyum licikku kembali mengembang sambil menepuk tanganku puas, aku mengambil salah satu botol kosong, dan meletakkannya di tengah - tengah kami. Sebelum aku memutar botol itu, Hyun Soo menahan tanganku
"jika tidak menjawab, apa hukumannya?" tanyanya
aku memutar mataku bingung "minum?" jawabku begitu saja sambil memiringkan kepalaku.
Hyun Soo mengangguk kecil melepaskan tanganku, ia mengibaskan tangannya memberi tanda padaku untuk memulai permainannya. Aku memutar cepat botol di hadapan kami, lalu menunggu kemana arah botol itu berhenti. Tawa Hyun Soo pecah melihat botol itu berhenti ke arahku, sedangkan aku menundukkan kepalaku pasrah
"baiklah.. baiklah, apa yang ingin kau tahu?" tanyaku pasrah.
Hyun Soo tampak berfikir sejenak dan membuka mulutnya hampa teringat sesuatu. Ia menatapku lurus "saat kita bertemu pertama kali di taman, kenapa kau memanggilku 5X lipat?" tanyanya ingin tahu. Aku langsung menahan tawaku mendengar pertanyaan itu, aku menghembsukan nafas panjang dari mulutku, dan mulai bercerita
"sebenarnya aku sudah mengetahui tentangmu sebelum kita bertemu, Seo Rin yang memberi tahuku tentangmu dan.. perusahaanmu menawarkan 5X lipat gajiku agar aku mau jadi bodyguardmu" jelasku.
Hyun Soo mengangguk paham "aa.. makanya kau kaget dan memanggilku.." jawabnya dengan tawa yang pecah setelah itu, aku tersenyum kecil "begitulah.." sahutku santai. Hyun Soo tersenyum miring
"giliranmu, tanyakan apa yang ingin kau ketahui" katanya sambil mengubah posisi duduknya.
Aku berfikir sejenak, sebenarnya banyak pertanyaan bermunculan di otakku, namun mempertimbangkannya dengan baik, dan menanyakan apa yang mneurutku penting. Aku kembali menatap Hyun Soo
"apa kau dan Moon Hyo Ra benar - benar akan..?" tanyaku hati - hati sambil menyilangkan tanganku bingung.
Hyun Soo tertawa geli mendengar pertanyaanku, ia menggeleng cepat "tidak, itu keinginan ayahnya, ya seperti biasa.. kepentingan perusahaan" jawabnya santai. Aku mengangguk paham dan ingin bertanya lebih dalam namun aku menahan diri, karena ini bukan giliranku untuk bertanya. Hyun Soo menegak sojunya santai, lalu kembali membuka mulutnya
"kau sendiri? Apa kau akan kembali dengan pria yang waktu itu?" tanyanya hati - hati.
Aku menaikkan alisku "nugu? Si Hwan oppa?" tanyaku bingung,
Hyun Soo mengangguk kecil membenarkan tebakkanku, aku tersenyum miring sambil menggeleng "entahlah.. aku tidak berniat kembali bersamanya lagi" jawabku yakin. Mendengar jawabanku Hyun Soo membuka matanya kaget "kau sudah tidak memyukainya?" tanyanya lagi. Tawa kecilku pecah mendengar pertanyaan itu, aku kembali melihat ke dalam hatiku, dan menghembsukan nafas besar "jika kau ingat, aku pernah mengatakannya padamu kan jika aku.." timpalku terhenti sambil menggeleng kecil "tidak pernah menyukainya sebesar dia menyukaiku, aku juga terus merasa dia bukan orangnya.." jawabku terbuka. Hyun Soo menatapku dengan tatapan yang tidak ku mengerti, aku tersenyum kaku lalu menegak sojuku cepat. Aku memutar mataku canggung sambil berdeham kecil, Hyun Soo menunduk dengan senyum kecil
"aku.. juga tahu perasaan itu, meskipun dia sudah meninggal, tapi setiap kali aku meyakinkan diriku, aku semakin merasa itu tidak nyata" timpalnya.
Aku memainkan jariku di atas gelasku canggung dan memberanikan diriku bertanya "apa.. kau tidak pernah mengunjunginya?" tanyaku hati - hati.
Hyun Soo menatapku dan menggeleng "sekalipun tidak.." akunya lalu menghembuskan nafas besar "aku belum siap menerima kenyataan" lanjutnya.
Aku mengangguk kecil sambil memalingkan wajahku dari Hyun Soo, ia mengisi gelasnya penuh, dan langsung menegak isinya sampai habis. Aku mengigit bibir bawahku sejenak dan memberanikan diriku bertanya
"apa kau ingat bagaimana wajahnya?" tanyaku hati - hati.
Hyun Soo tersenyum pahit mendengar pertanyaanku, ia menggeleng "aku tidak pernah sekalipun melihat wajahnya" jawabnya.
Aku melebarkan mataku mendengar pengakuannya itu, aku mulai bertanya - tanya curiga dalam hati 'bagaimana ia jatuh cinta pada seseorang tanpa melihat wajahnya sekalipun? Apa dia gila?' kataku dalam hati sedikit menghina. Melihat ekspresi di wajahku, Hyun Soo tertawa lepas
"aku tahu apa yang kau pikirkan tentangku" sahutnya seakan itu hal biasa
"tidak.. maksudku, itu tidak masuk akal, bagaimana kau menyukainya tanpa melihat wajahnya?" bantahku membela diri.
Hyun Soo memutar matanya lalu mengangkat kedua pundaknya santai "aku punya caraku sediri" jawabnya yakin. Aku menghembsukan nafas tidak percaya mendengar jawabannya itu, aku yang semakin penasaran, menantangnya agar ia mau menceritakan semuanya padaku. Aku mencondongkan diriku ke arahnya
"apa wanita itu hanya khayalanmu?" pancingku
"hey!" timpalnya langsung,
"hey, kau sendiri juga tidak masuk akal, bagaimana bisa kau menyukainya tanpa melihat wajahnya? Kau pikir aku akan percaya?" sahutku menekan.
Hyun Soo langsung mengulurkan kedua tangannya menyentuh pipiku, ia tersenyum miring "beginilah caranya" sahutnya singkat lalu memejamkan matanya.
Mataku melebar dan jantungku mulai berdetak lebih cepat. Hyun Soo menggerakkan jarinya mulai menyusuri wajahku, dari alisku lalu turun ke mataku, setelah itu menyusuri batang hidungku, dan terakhir ia mengusap halus bibirku. Setelah melakukan semua itu, Hyun Soo menghembuskan nafas kecil
"sejak aku kecil sampai usiaku 23 tahun, aku buta" akunya berat lalu membuka matanya perlahan.
Mataku melebar kaget mendengar pengakuannya barusan, aku kembali teringat akan pertengkaran kami kemarin dan aku menghinanya "apa kau buta?" begitu saja. Aku mengedipkan kedua mataku cepat, sambil menunduk kecil "Soo -yah" panggilku canggung. Hyun Soo menaikkan alisnya santai menungguku mengatakan sesuatu. Aku menatapnya lurus
"mianhae.." ungkapku tulus,
Hyun Soo tersenyum lebar dan menarik tangannya santai wajahku. Ia menuangkan soju ke gelasnya, lalu menegak sojunya cepat sampai habis. Ia menggeleng kecil
"lupakanlah, itu bukan masalah besar bagiku"
"tetap saja.." tepisku,
"kau sendiri? Apa kau tidak punya rahasia sebesarku?" sela Hyun Soo mengganti topik pembicaraan.
Aku mengigit bibir bawahku dan menghembuskan nafas kecil, mendengar hembusan nafasku, Hyun Soo menatapku curiga dan menunjukku dengan jarinya "kau punya kan?" tebaknya. Aku tertawa kecil mendengar tebakannya itu
"apa terlihat?" tanyaku
"hmm.. sangat" jawabnya dengan anggukan yakin,
"rahasiaku, ada disini" bukaku sambil mengetuk samping kepalaku dengan satu jari.
Ekspresi Hyun Soo berubah binggung, ia memiringkan kepalanya tidak mengerti maksud perkataanku barusan. Aku merubah posisi duduku cepat
"aku hanya punya ingatan 3 tahun terakhir" jelasku,
Hyun Soo menaikkan alisnya tertarik mendengar ceritaku "apa yang terjadi?" tanyanya.
Aku memeluk kakiku erat menyandarkan dahuku di atas lutut, mulai bercerita "tiga tahun lalu, seseorang menabrakku dan meninggalkanku begitu saja di jalanan, aku di bawa kerumah sakit dengan keadaan tidak ada harapan" ceritaku datar. Hyun Soo menatapku kasihan, lalu berdeham kecil "apa orang menabrakmu tertangkap?" tanyanya ingin tahu,
aku menggeleng kecil "tidak, tapi itu bukan hal yang terpenting bagi kelurgaku saat itu, yang paling penting saat itu adalah nyawaku.." jelasku.
Hyun Soo mengangguk paham "apa kau mengalami sakit pasca kecelakaan, atau trauma? Katakan semuanya, aku akan membantumu menyembuhkannya" tanyanya ingin tahu.
Aku tertawa kecil mendengar perkataannya barusan, aku mengingat - ingat kembali apa yang ku alami "aku sedikit trauma untuk pulang ke tempat asalku, terkadang saat aku berfikir terlalu keras atau memaksa otakku untuk mengingat, kepalaku sedikit sakit" jelasku. Aku menuang soju ke gelasku hendak meminumnya, melihatku ingin minum, Hyun Soo langsung merampas gelasku "apa kau baik - baik saja jika minum?" tanyanya cemas. Tawaku pecah mendnegar pertanyaan itu, "wahh.. jinjja.." keluhku takjub melihat perbubahan sikapnya yang drastis, aku meraih kembali gelasku
"jika aku tidak minum, kepalaku akan semakin sakit" gurauku lalu langsung menegak sojuku.
Hyun Soo tersenyum miring mendengar gurauanku, aku tahu sebenarnya ia ingin tahu lebih, tapi ia menahan dirinya. Aku menghembsukan nafas panajng, lalu meliriknya "tanyakanlah.. apapun yang ingin kau tahu" sahutku santai. Hyun Soo menghembuskan nafas panjangnya, ia terlihat tidak tenang untuk mengeluarkan rasa penasarannya. Aku yang memahami hal itu, menunduk dengan senyum lebar di bibirku. Aku menopang daguku di atas lutut
"baiklah, aku akan menceritakan semuanya padamu" sahutku.
Aku berdeham kecil dan memulai ceritaku "jujur saja, orang tuaku saat ini bukan orang tua kandungku, mereka paman dan bibiku yang ku panggil eomma dan appa, sama halnya dengan kakak laki - lakiku" bukaku. Hyun Soo mengangguk kecil tanpa mengatakan apapun, sambil terus menatapku. Aku sedikit memiringkan kepalaku mengingat "aku mulai tinggal bersama mereka sekitar.." lanjutku tidak yakin, aku menghitung dengan jariku "setelah kecelakaanku.. mungkin.. 1 bulan" sahutku memperkirakan. Hyun Soo berdeham kecil, dia menatapku dengan rasa penasaran yang tergambar jelas di wajahnya
"apa kau boleh tahu? Kenapa kecelakaan itu bisa menimpamu?" tanyanya hati - hati.
Aku mengerutkan dahiku "sebenarnya, aku juga tidak tahu alasannya" jawabku tidak mengerti, "saat itu eomma hanya bilang padaku kalau aku bertengkar dengan kedua orang tua kandungku, lalu aku keluar rumah dan aku berakhir di rumah sakit" jelasku. Kerutan dikeningku semakin dalam, aku pun lebih membuka perasaanku pada Hyun Soo "yang tidak aku mengerti, apa yang aku lakukan di tengah jalan malam itu?" tanyaku penasaran. Hyun Soo mengangguk paham "lupakanlah, orang tuamu pasti punya alasan untuk tidak menceritakan semuanya padamu, yang perlu kau lakukan adalah memahami mereka" tepisnya tenang. Mendengar perkataan bijaknya barusan, aku menyipitkan mataku meliriknya jahil
"ooooo.." godaku
Hyun Soo tertawa geli "mwoya.." sahutnya risih.
Kami sama - sama menegak soju kami masing - masing untuk kesekian kalinya, dan aku melirik Hyun Soo curiga
"apa aku boleh tahu, kenapa pacarmu meninggal? Apa dia sakit?" tanyaku hati - hati
Hyun Soo menggeleng cepat mendengar pertanyaanku "tidak dia baik- baik saja, saat itu keserakahan seseorang merenggutnya dariku" jawabnya putus asa.
Aku menutup mulutku rapat sambil menelan air liurku berat, Hyun Soo menuang soju di gelasnya, dan menghabiskannya langsung dalam hitungan detik. Ia melirikku dan tersenyum menghina "aku tahu kau penasaran" tebaknya seolah bisa membaca isi pikiranku. Ia memanjat ke sofa dan membaringkan tubuhnya nyaman dengan satu tangannya di bawah kepala. Ia memejamkan matanya dan mulai bercerita
"aku bertemu dengannya tiga tahun yang lalu, aku selalu berkunjung ke salah satu Gereja di Busan, dan seorang biarawati di sana memperkenalkanku dengannya" bukanya.
Mataku melebar mendengarnya sering berkunjung ke Busan "Busan katamu?" tanyaku tercengang,
Hyun Soo membuka matanya dan menoleh ke arahku "hmm.. sejak hari itu aku pergi ke Busan untuk menemuinya" gumamnya, ia melihat ekspresi kagetku "wae?" tanyanya bingung.
Aku menggeleng cepat sambil mengedipkan mataku beberapa kali, aku membuka mulutku sejenak dan memutar mataku "aku juga berasal dari Busan.." jawabku singkat. Mendengar pengakuanku, Hyun Soo langsung bangkit dari tidurnya dan menatapku lurus "benarkah?" tanyanya meyakinkan. Aku mengangguk cepat "kecelakaan yang aku ceritakan tadi juga terjadi di Busan, karena itu aku tidak mau pergi ke Busan lagi.." jawabku terhenti, dan melemparkan tawa garing "jika tidak terlalu penting.." tambahku terpaksa.
Ekspresi Hyun Soo berubah sangat aneh dan ia menghela nafas panjang. Ia kembali berbaring menghindari tatapanku. berusaha menyembunyikan sesuatu dariku. Ia berdeham kecil "aku terus bersamanya dan aku sangat bahagia saat itu, tapi apa yang di katakan orang banyak itu benar, jika kita terlalu bahagia, maka kebahagiaan itu akan berubah menjadi kesedihan yang mendalam dalam sekali kedipan mata" lanjutnya. Aku memutar mataku terus diam menunggu Hyun Soo melanjutkan ceritanya, ia membalik badannya memunggungiku
"kau pasti sudah melihat berita perceraian kedua orang tuaku" tebaknya
aku meliriknya ragu "hmm.." gumamku
"ibuku menikah dengan ayahnya dan pergi ke Amerika" ungkapnya begitu saja.
Mendengar itu aku tidak bisa berkata apa - apa, aku hanya menuang soju ke gelasku dan menegaknya cepat lalu meletakkan gelasku dengan tangan bergetar. Aku berdeham kecil dan hanya terdiam menatap punggung Hyun Soo, ia menghembsukan nafas berat
"sebenarnya yang membuatku marah bukanlah perceraian kedua orang tuaku" jelasnya "melainkan tindakan ibuku, keegoisannya telah membuatku kehilangganya selamanya" lanjutnya lalu menutup mulutnya rapat - rapat.
000
Aku membuka mataku perlahan terbangun dari tidurku, aku mengangkat kepalaku yang terasa berat dan berputar. Aku menoleh ke sekeliling bingung, menyadari aku berada di ruang tamu dengan botol soju berserakan di sekelilingku, aku menggaruk acak kepalaku sambil berusaha berdiri. Aku melemparkan pandanganku yang berputar kabur ke seliling ruangan, sesekali menggeleng kuat memfokuskan pandanganku, namun rasa mabuk masih menempel di dalam tubuhku. Mataku terhenti pada seseorang yang berdiri bersandar di balkon, aku kembali memejamkan mataku kuat dan menggelengkan kepalaku berusaha melihat sosok itu dengan jelas, meskipun usahaku itu sia - sia. Aku memiringkan kepalaku, memaksa otakku yang setengah sadar ini berfikir 'siapa orang itu?' tanyaku dalam hati. Aku masih tidak menyadari bahwa orang itu adalah Hyun Soo. Aku melangkahkan kakiku tidak seimbang mendekat ke arah pintu balkon yang tertutup, sampai di depan pintu balkon, aku kembali mengamati punggung seseorang itu dengan pandangan berputar karena kondisiku yang tidak sadar betul. Aku memiringkan kepalaku, mengangkat tanganku menyentuh pintu kaca di hadapnku. Mendengar suara pukulan keras di belakangnya, Hyun Soo menoleh kaget menatapku berdiri di balik pintu dalam keadaan mabuk. Tawa hina Hyun Soo pecah dan ia menggeleng kecil menatapku, aku membenturkan dahiku ke kaca pelan sambil memjamkan mataku. Hyun Soo mendekat ke arahku dan mengetuk pintu kaca itu mengejutkanku, aku mengangkat kepalaku dengan tersenyum lebar setengah tidak sadar
"mwohae?" tanyanya, aku hanya memiringkan kepalaku tersenyum lebar.
Aku memjamkan mataku sambil menundukkan kepalaku sejenak dan mengangakatnya cepat, sementara Hyun Soo merasa terus menatapku sambil tertawa geli. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, menungguku melanjutkan aksiku. Aku membuka mataku perlahan, menunjukkan wajah Hyun Soo yang mulai terlihat jelas di mataku
"Soo -yah.." panggilku ceria.
Hyun Soo hanya tertawa menghina, melangkah maju hendak membuka pintu kaca yang membatasi kami "minggirlah, kau mabuk" sahutnya santai
aku menahan pintu dihadapan kami cepat "tunggu.."
Hyun Soo menghembsukan nafas besarnya "wae.." keluhnya.
Aku menggelengkan kepalaku cepat dan keseimbanganku mulai terganggu, Hyun Soo bergerak cepat mendekat ke arah pintu kaca, menempelkan tangannya kaget "hey, kau baik - baik saja?" tanyanya cemas. Aku pun mengangkat kepalaku dengan tawa lepas, melihat tingkah anehku saat mabuk, Hyun Soo tertawa menghina sambil menggeleng heran. Aku menghembuskan nafas panjang dari mulutku
"Soo -yah, karena kita sedang bermain jinsil game, ada sesuatu yang harus aku katakan padamu" sahutku
"wae?" tanyanya santai
"joahae" ungkapku cepat begitu saja.
Hyun Soo melebarkan matanya terkejut mendengar pengakuanku barusan, ia maju selangkah "apa katamu barusan?" tanyanya tidak yakin akan apa yang di dengarnya. Aku tersenyum lebar lalu menggeleng "aku hanya akan menggatakannya sekali saja" sahutku jahil. Hyun Soo membungkuk kecil mendekatkan wajahnya ke depan kaca, dan mengetuk kaca pelan
"agassi, jika besok kau mengingat apa yang kau katakan barusan, kau tidak akan berani menunjukkan wajahmu padaku lagi" godanya santai, melihat wajahnya di depan wajahku, aku yang dalam kondisi mabuk, malah tersenyum kecil dan memejamkan mataku perlahan.
Aku mendekatkan bibirku ke arah kaca, menyentuh kaca lembut dengan ujung bibirku. Melihat semua itu, mata Hyun Soo melebar, jantungnya berdebar cepat, dan beban yang di tanggungnya seolah terangkat dari pundaknya. Ia merasa dunia lebih cerah dan untuk pertama kalinya ia bisa merasakan bahagia yang sesengguhnya. Hyun Soo memejamkan matanya perlahan dan menggerakkan kepalanya mendekat ke arahku, hingga ujung bibirnya menyentuh lembut kaca pintu yang membatasi kami.
***