webnovel

Oh My Gay

Menjadi teman tanpa menikah bukan sebuah impian Earth dan Sky. Namun keinginan keduanya untuk bersama, harus dikubur kareana adanya pertentangan dari ayah Earth. Jika itu cinta, tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Earth kembali dipertemukan dengan Sky, disaat ia telah bersama seorang wanita bernama Moon. Namun kakak Sky —Cloud- yang masih menyimpan benci kepada Earth dan keluarganya, ingin menghancurkan hubungan Earth dengan Moon. Apakah Earth dapat mempertahankan jati diri yang diminta oleh Ayahnya? Atau ia memilih untuk kembali bersama Sky dan menjadi teman tanpa menikah? . . . IG :@puspasariajeng

Ajengkelin · LGBT+
Peringkat tidak cukup
114 Chs

Kembali Bertemu

Bugh!

Sebuah kepalan tangan mendarat dengan sangat kuat di pipi kiri Earth.

"Earth!!!" pekik Moon, melihat Earth tersungkur karena pukulan dari Cloud.

Tidak mau dianggap lemah, Earth segera bangkit dan …

Bugh!

Ia membalas pukulan yang sama terhadap Cloud.

"Lemah!" cibir Earth. Ia bersiap untuk memukul Cloud kembali. Namun saat tangannya sudah mengepal dan hendak menerjang …

"Cukuuuup …!!!" seru seseorang menghadang dan melindungi Cloud dibalik punggungnya.

"Sky?" Earth terperangah melihat sosok pria tampan yang menjadi penengahnya bertengkar dengan Cloud. Bahkan pria itu berada di pihak Cloud untuk membelas serta melindunginya. "Sky?" tanya Earth lagi, memastikan kalau pria yang ia sebut 'Sky' itu, memang benar dugaannya.

"Iya, Earth. Aku Sky," balas Sky, kemudian membantu Cloud untuk kembali berdiri. "Kak, Kakak baik-baik saja?" tanya Sky pada Cloud, dengan segala kecemasannya.

Sementara itu, Earth masih diam seperti tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Tatapannya terus tertuju pada Sky, pria yang membela Cloud, bukan dirinya.

"Earth, kamu baik-baik saja?" tanya Moon, menarik pelan dagu Earth dan melihat luka yang menjadikan wajah Earth memar karena pukulan dari Cloud.

Earth menyentuh tangan Moon, kemudian memindahkan ke genggamannya. Ia menoleh Moon, memberikan senyuman. Menunjukkan kalau dirinya baik-baik saja.

"Aku baik-baik saja, sayang," jawab Earth, kemudian ia menoleh kembali pada Sky dan Cloud yang kini menatap Earth dengan tatapan tidak suka. Kini Earth kembali melihat Moon, ia menyeringai. "Kita pergi saja, yuk. Suasananya tidak mengenakkan, bukan?" ucap Earth mengajak Moon untuk segera berlalu dari kantin, dimana saat ini kantin dipenuhi oleh para mahasiswa yang menyaksikan pertengkaran Earth dengan Cloud.

Moon dan Earth berlalu, pergi menjauh dari kantin. Mereka kembali menuju ke area parkir dan masuk ke dalamnya. Moon meminta Earth untuk diam dan menurut saja, sementara ia sedang menyiapkan P3K yang selalu tersedia di mobilnya.

"Aku baik-baik saja, Moon," ujar Earth, tidak ingin Moon terlalu repot untuk mengkhawatirkannya.

"Aku tahu kamu baik-baik saja, tapi kamu tetap harus mendapatkan pengobatan untuk luka-luka ini," balas Moon menunjuk hidung Earth.

Mereka terkekeh dan pada akhrinya Earth menurut pada Moon.

"Terima kasih, Moon," ucap Earth, merasa lega dan bahagia karena pada akhirnya wanita yang kini ada di hadapannya bukan lagi sahabat baiknya, namun kekasihnya.

"Sama-sama … lain kali, kamu tidak perlu membalas perlakuan Cloud atau siapapun yang mengganggu seperti tadi—"

"Bagaimana aku tidak membalas, sementara ia menciummu di depan umum? Kau tahu, aku bukan hanya sekadar cemburu, tapi aku sangat ingin membunuhnya! Berani sekali ia mencium kekasih seorang Earth. Berapa tahun aku mengejarmu? Berapa lama aku bisa merasakan manisnya bibirmu? Ia baru saja mengenal dengan cara yang tidak baik, langsung menciummu dengan cara paksa seperti itu!"

Moon hanya bisa diam, ia tidak berani melawan ataupun memberikan pembelaan. Kali ini Earth memang benar.

"Kamu juga … mengapa tidak menolak, mengelaknya? Hanya diam saja menunggu aku datang, iya?!" tanya Earth, juga tidak habis pikir mengapa tidak ada penolakan dari Moon.

"A—aku tidak menolak? Kamu pikir aku bisa apa disaat syok seperti tadi? Aku benar-benar kaget dan terperanga saat ia tiba-tiba menciumku, saat melihat kedatanganmu, Earth," jawab Moon.

"Cloud benar-benar ingin membut emosiku meningkat. Ia sepertinya sengaja menciummu agar aku marah padanya," tutur Earth, sudah tahu niat buruk Cloud.

"Aku juga berpikir demikian. Entah mengapa aku sangat tidak menyukai Cloud sejak awal. Dan sekarang ia bagaikan boomerang bagi hubungan kita."

Sementara itu, Cloud sedang bersama dengan Sky, duduk di tepian koridor yang menghubungkan kantin dengan gedung utama yang ada di kampus mereka. Cloud menolak lukanya untuk diobati, namun Sky tetap membelikannya plester dan air mineral untuk membersihkan percikkan darah yang keluar dari mulutnya karena sebuah tinju dari Earth.

"Jadi … Kakak sudah tahu kalau Earth kuliah di sini?" tanya Sky, ia penasaran dengan adanya Earth di kampus yang sama dengannya.

"Bukankah aku pernah mengatakannya? Ia juga berada di jurusan yang sama denganmu. Tapi kau terlalu apatis untuk mendengarkan berita hebat ini," jawab Cloud, ia bukan hanya bersikap ketus pada Earth, namun sikap dan cara bicaranya kepada semua orang memang seperti itu.

"Ya … aku pikir Kakak hanya menggodaku saja," balas Sky, rautnya berubah seperti orang yang sedang cemas.

"Apa yang kau cemaskan?" tanya Cluod, menangkap perubahan raut Sky.

"Hm?! T—tidak … tidak ada …," jawab Sky, tidak ingin kakaknya menaruh curiga padanya.

Sky tersenyum, kemudian ia memalingkan pandangannya, menatap langit yang begitu cerah.

'Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Termasuk takdirku dan Earth, yang kembali bertemu di kampus ini. Kami kembali dipertemukan setelah sekian lama tidak bertemu secara langsung maupun melalui dunia maya,' batin Sky bergumam, masih memikirkan takdirnya bersama Earth yang kembali dipertemukan.

Cloud memperhatikan adiknya. Ia sudah bisa menebak kalau sedang ada yang Sky pikirkan. Sekalipun Sky mengelak, namun rautnya yang tiba-tiba berubah tidak dapat membohonginya.

"Wanita yang bersama Earth itu adalah kekasihnya. Meski wanita itu mengelak dan menolak dikatakan sebagai kekasih Earth, tetapi sikap Earth menunjukkan kalau ia sangat menyukai Moon," tutur Cloud, niatnya ingin memberitahu kepada Sky agar tidak menaruh harapan lagi kepada Earth.

"Nama wanita tadi … Moon?" tanya Sky.

"Ya. Moon Sabita. Ia sangat cantik dan terlalu cantik untuk pria seperti Earth," jawab Cloud, selalu merendahkan Earth.

"Bukankah mereka sangat serasi? Sebaiknya Kakak jangan terlalu menyudutkan mereka. Jangan ikut campur hubungan mereka," ujar Sky, terlihat matanya berkaca-kaca.

"Aku tidak menyudutkan mereka, hanya saja—"

"Kakak, aku harus menuju ke kelasku. Jangan lupa dengan makan siang kita. Kau bisa menungguku di kantin jika aku belum keluar kelas," sanggah Sky, kemudian ia beranjak dan pergi meninggalkan Cloud, tanpa menunggu balasan apapun darinya.

Langkah kaki Sky membawanya menuju ke sebuah kelas yang dijadwalkan menjadi kelas pertamanya. Siapa sangka, pria yang ia temui di kantin, pria yang bertengkar dengan kakaknya, kini kembali bertemu dengannya di depan ruang kelas, dimana mereka akan berada di kelas yang sama selama empat tahun ke depan.

***

Earth duduk paling belakang, ia berjauhan dengan Sky yang memilih untuk duduk di kursi paling depan. Merasa dirinya aman, Earth tidak pernah melepas pandangannya sama sekali dari Sky yang duduk memunggunginya. Bahkan ia tidak menghiraukan dosen yang sedang berbicara unuk memperkenalkan dirinya, juga mengenalkan tentang mata kuliah yang akan ia ajar.

"Hey, kamu! Sekarang giliranmu untuk memperkenalkan diri."

"…"

Earth masih melihat Sky, yang secara tiba-tiba membalikkan badannya, menoleh pada Earth.

Tiba-tiba Earth menjadi tersentak dan menyadari kalau seisi ruangan tengah memperhatikannya.

"Eu … a—ada apa, ya?"