***
Malam hari telah tiba, taburan bintang-bintang menghiasi langit
Di sini kau bisa melihat sebuah pemandangan yang mengagumkan.
Ratusan mawar merah tumbuh di atas tanah yang terhampar begitu luas.
Hembusan angin menggoyang-goyangkan kelopak bunga-bunga itu dengan anggun hingga melepaskan aroma manis yang menenangkan, sementara cahaya sang bulan yang berwarna kemasan menyinari sang bunga dengan lembut hingga membuat kecantikan sang bunga semakin bersinar.
Jika kau melihat ini, kau akan merasa bahwa mawar-mawar tersebut tidak berasal dari bumi melainkan dari taman surga.
Di antara bunga-bunga tersebut, Rion nampak berdiri menatap salah satu kelopak mawar yang ada di sana. Sebuah kelopak yang masih kuncup dan belum terbuka. Mungkin saat matahari terbit besok maka kuncup itu akan terbuka.
Tangan Rion bergerak perlahan dan menyentuh kelopak bunga tersebut dengan lembut dan hati-hati. Rion tersenyum tetapi kedua matanya menatap sendu, di dalam mata hazelnya terdapat kabut kesedihan.
Dari kejauhan, dua orang pelayan dan seorang prajurit nampak memperhatikan raja mereka yang berdiri di tengah taman mawar.
Sebut saja mereka pelayan A, pelayan B dan si prajurit.
"Padahal sudah enam tahun tetapi raja sama sekali belum bisa melupakan ratu. Aku sangat kasihan melihat raja. Dia sangat mencintai ratu dan dia sangat menyesali perbuatannya," kata pelayan A sambil memandang rajanya dengan sedih.
"Aku pikir cinta sejati seperti itu hanya ada di dalam dongeng. Aku tidak menyangka kalau cinta seperti itu benar-benar ada di dunia ini," timpal pelayan B yang juga memandang raja.
"Tapi jika raja benar-benar mencintai ratu seharusnya dia mempercayai ratu sepenuhnya, kan?" komentar si prajurit, dia terlihat masih muda. Mungkin berusia dua puluh tahun.
Kedua pelayan yang berdiri di sampingnya langsung melirik tajam.
"Mana bisa begitu. Walau bagaimanapun Raja Rion adalah seorang raja yang harus menegakkan hukum dan keadilan. Mereka yang bersalah harus dia beri hukuman. Sayang sekali waktu itu semua bukti mengarah pada Ratu Rose dan Kesatria Lucas. Menurutmu apa yang akan terjadi jika semua bukti sudah mengarah kepada Ratu Rose dan Kesatria Lucas tetapi raja tidak menghukum mereka?" ucap pelayan A.
"Raja akan dinilai tidak adil dalam menegakkan hukum," kata si prajurit.
"Seandainya kau melihat betapa menderitanya raja waktu itu. Walau dia sangat marah kepada Ratu Rose dan Kesatria Lucas tetapi sangat jelas kalau sangat sulit baginya untuk menjatuhkan hukuman mati kepada Ratu Rose dan Kesatria Lucas." Pelayan A berucap sambil melihat ke langit. Dia mengingat saat raja berdiri di atas altar eksekusi. "Saat itu ... mata sang raja terlihat sangat kosong. Dia sangat menderita tetapi dia berusaha menutupinya."
Sekarang dia terbayang akan mata sang raja yang menyorot rakyatnya yang berada di bawah. Mata hazel sang raja terlihat sangat kosong.
"Hah. Semua ini karena Ratu Helen yang busuk itu. Aku harap jiwanya selalu sengsara," ucap pelayan B mengungkapkan kekesalannya saat mengingat Ratu Helen.
"Heeeh, jaga ucapanmu, jangan sampai Tuan Putri Anwen mendengarnya." Pelayan A mengingatkan.
"Ah, aku lupa."
Dari balik tembok, Putri Anwen nampak mendengarkan obrolan ketiga orang tersebut. Mata ungu Anwen terpejam dan air mengalir di kedua pipinya.
Setelah beberapa saat terdiam di sana, Anwen meninggalkan tempat tersebut.
Obrolan antara ketiga orang sebelumnya masih berlanjut.
"Kita beruntung memiliki raja yang sangat adil. Aku harap raja akan segera mendapat kebahagiaan seperti dulu," kata pelayan A.
"Ngomong-ngomong, wanita yang dibawa raja tadi sore itu, apakah dia sudah sadar?" tanya si prajurit.
"Belum."
"Menurut kalian siapa wanita itu? Menurutku, penampilan wanita itu sedikit aneh."
"Hey kalian berdua, apa yang kalian lakukan di sini? Masuk dan cepat bantu aku! Pekerjaan masih banyak!"
Sebelum kedua pelayan itu menjawab, kepala pelayan datang dan mengomel dan meminta kedua bawahannya tersebut untuk segera menyelesaikan pekerjaan.
***
Setelah beberapa detik berlalu, Rion melepaskan kelopak bunga tersebut dan melangkah menuju bangunan terbuka yang berada di tengah taman mawar tersebut.
Sebelum benar-benar mencapai bangunan itu, Rion melewati pinggiran sebuah kolam. Air di kolam tersebut sangat jernih sehingga mampu merefleksikan bayangan Rion yang sedang berjalan serta langit berbintang di atas dengan sangat jelas.
Sekarang Rion telah berdiri di depan bangunan. Sesaat ia melihat keseluruhan bangunan tersebut sebelum ia mendekati dan berjongkok di dekat sebuah nisan. Itu adalah nisan dari sang ratu yang mati karena dipenggal.
Kesedihan di mata Rion yang sejak tadi terlihat samar kini terlihat sangat jelas.
"Aku datang, Rose," ucapnya lalu menyentuh nisan sang ratu.
"Rose, apa kau masih marah padaku? Apa kau belum bisa memaafkanku?" Rion tersenyum getir. Awan berat di dalam dadanya akan segera menurunkan hujan. "Tidak apa-apa, Rose. Jangan memaafkanku karena aku memang tidak pantas untuk dimaafkan."
Kedua mata hazel itu terpejam. Air matanya keluar dan terjatuh membasahi rumput dari makam sang ratu.
Setelah ibunya meninggal karena terbunuh oleh musuh kerajaan, Rion diasuh oleh kakeknya karena ayahnya disibukkan oleh berbagai urusan pemerintahan dan selalu pergi berperang. N Namun tidak lama kemudian ayah Rion jatuh sakit.
Di masa itu kejayaan Panthera perlahan-lahan meredup, para musuh mengambil kesempatan tersebut, begitupun dengan para pemberontak dan tidak sedikit dari para koalisi berpindah ke pihak musuh.
Walau begitu sang raja dengan segala upaya yang ia lakukan bersama beberapa koalisi yang masih setia berhasil mempertahankan Kerajaan Panthera dari musuh yang ingin menggulingkannya beserta kerajaannya.
Untuk menambah kekuatan, sang raja menikah dengan Helen yang merupakan putri dari raja Arawn. Meski kerajaan Arawn termasuk kerajaan kecil namun prajurit di sana adalah yang terbaik.
Sang raja berjuang keras melawan sakitnya. Dia harus bertahan hidup untuk mempertahankan kerajaan setidaknya sampai Rion siap untuk mengambil alih takhta kerajaan dan menggantikannya dalam memimpin.
Karena Rion merupakan satu-satunya pewaris, sang kakek mendidik Rion dengan sangat keras. Rion tidak diberi waktu bermain sama sekali. Setiap hari Rion kecil menghabiskan waktunya dengan latihan pedang, memanah, bertarung dan belajar segala hal yang diperlukan untuk menjadi seorang raja sejati.
Karena didikan kakeknya yang begitu keras, Rion kecil lupa cara untuk bermain dan bersenang-senang.
Sejak kematian ibunya, Rion tidak pernah lagi merasakan cinta, kehangatan dan kasih sayang .
Sejak sang ibu meninggalkan Rion untuk selama-lamanya, Rion adalah vas yang pecah hingga setelah bertahun-tahun Rose datang ke dalam hidup Rion dan memperbaiki semuanya. Wanita itu menyatukan kembali pecahan-pecahan vas tersebut.
Rose membuat Rion kembali merasakan perasaan-perasaan hangat yang pernah dia lupakan seperti cinta dan kebahagiaan. Saat bersama Rose, Rion merasa bahwa dirinya adalah seorang manusia bukan seorang petarung.
Rasa haus Rion akan cinta dan kasih sayang pun hilang karena kehadiran Rose.
Namun karena kebodohannya, dia kehilangan Rose. Namun kali ini bukan musuh yang menghilangkan nyawa wanita yang dia cintai tetapi dirinya sendiri.
Vas yang sebelumnya pernah pecah kembali pecah dan hancur hingga keping terakhir.
Sekarang, vas itu terlalu rusak untuk diperbaiki.
Air mata Rion berjatuhan diiringi dengan isak pelan.