Terjebak.
Aku terperangkap pada jeratan kotak-kotak yang sendirinya aku buat. Kesal tiada guna, karena kutahu ia sengaja membalas semua. Berulang kali kucoba hubungi, berulang kali juga sengaja dia akhiri.
_Khanza Arisha_
***
"Ish, awas saja," omel Khanza pada benda mati di tangannya. "Berani sekali dia nggak angkat telpon aku," gerutu gadis cupu itu.
"Kamu, kenapa?" Pertanyaan Dea membuat gadis cupu itu sadar ada orang lain yang masih menyaksikan dirinya.
"Eh, De. Nggak apa-apa. Ini ...."
"Arif?" tebak Dea.
Khanza menghela napas. Dia tidak bisa mengelak dengan sahabatnya. "Iya."
"Kalian kenapa? Berantem lagi?" selidik Dea.
"Bukan hanya berantem, tapi kami sudah putus."
Duar!
Bukan hanya Randra dan yang lainnya ternganga. Dea juga.
"Nggak mungkin," elak gadis bar-bar itu.
"Apa yang nggak mungkin, De? Semuanya serba mungkin."
"Nggak. Aku tetap nggak percaya. Kamu sama Arif saling mencintai, jadi nggak mungkin putus gitu saja." Dea tetap menolak percaya.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com