Menunggu Jemputan

Jarak hanya pemisah dari raga, bukan jiwa yang saling mendamba cinta. Biarkan kita pupuk dulu Rindu, agar kelak bisa bertemu dengan hati yang menggebu-gebu.

_Arif Saputra Wijaya_

***

Pagi yang cerah untuk jiwa yang resah, tersirat rasa bahagia sekaligus luka yang menyayat di relung hati seorang anak manusia. Khanza Arisha—gadis yang pelan-pelan mengubah penampilan tersebut masih saja menyandang predikat cupu di sekolah. Mondar-mandir bagai setrikaan, berulang kali ia lirik jam di pergelangan tangan.

Gelisah. Khanza menunggu sang kekasih yang berjanji akan menjemputnya ke sekolah. Namun sampai jam enam kurang lima belas menit, Arif masih belum menampakkan batang hidungnya juga.

"Ke mana dia? Tidak biasanya terlambat seperti ini? Apa dia menemui cewek dulu?"

Luka yang Khanza buat sendiri kini menganga lagi. Pikiran buruk yang kemarin tersirat, berbisik menyakiti naluri. "Awas saja kalau hari ini ada cewek yang berani ganggu dia, aku tidak akan tinggal diam membiarkannya."