"Khanza marah?" Dea masih tidak mengira kalau becandaan mereka berakhir seperti ini. Semarah-marahnya dia tadi, gadis itu masih tahu kalau Arif hanya becanda tentang kekasihnya. Namun Khanza? Kenapa gadis cupu itu langsung marah tanpa bertanya?
"Sepertinya mereka memang berantem sebelum datang ke sini, Bi." Tanpa sengaja Randra sempat memerhatikan sahabatnya yang datang dalam keadaan diam saja, wajah datar Arif pun sempat membuat pemuda kadal itu ingin bertanya. Namun urung saat ia dan Dea keburu tertebak sudah pacaran.
"Gara-gara apa ya, Bi? Apa Khanza cemburu sama Arif?"
"Itu sudah pasti, karena mereka juga saling cinta," jawab Randra. "Kayak kamu, tadi juga cemburu 'kan ya? Apalagi pas aku nelpon jauh-jauh," ejeknya. "Aku tuh nelpon Arif tahu, kita mau kasih kejutan mempertemukan kalian," terang Randra.
Dea pun tersenyum malu, dia tidak menyangka kalau kekasihnya merencanakan sesuatu tadi. Dan setelah kedatangan Arif dan Khanza barulah ia menyadari. "Kamu tuh, ya," ujarnya.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com