Terik panas matahari beradu dengan panasnya gelora cinta sepasang anak remaja. Selesai makan, Arif pamit ke kemar untuk mengambil ponsel yang ketinggalan. Sementara Khanza, ia memilih menunggu di ruang tamu. Namun karena merasa sang kekasih lama sekali, gadis itu pun tertarik untuk berjalan-jalan di sekitaran rumah Arif.
"Wah! Luas sekali kolam renangnya."
Kaki Khanza sampai pada tempat di mana debit air ditampung dalam sebuah kontruksi buatan manusia. Mengitari setengahnya, ia duduk pada salah satu kursi santai yang terbuat dari kayu jati. Lengkap dengan fasilitas payung besar di atasnya, al hasil kulit putih mulus Khanza masih terlindung dari sapaan terik matahari sepenuhnya.
***
Sementara di dalam rumah. Arif panik kala tak menemukan kekasihnya di mana-mana.
"Bi!"
"Bibi!"
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com