webnovel

Masih Tanda Tanya

"Sial, kenapa gue terus memikirkan orang itu," ucapnya setengah berbisik.

Sejak kejadian tempo hari Naya terlihat tidak fokus dan sering melamun. Apa lagi kalau bukan karena Andrean, yang telah berhasil membuat jantungnya berdebar kencang, tak ubahnya seperti pahlawan, ia kembali mengingat kejadian itu, di mana Andrean secepat kilat menangkap tubuhnya saat akan terjatuh, persis seperti yang ada di film-film. Sesekali ia tersenyum sendiri ketika mengingatnya.

Sang mama yang dari tadi hanya memperhatikan dari balik pintu, terlihat tak sabar ingin melabrak anak gadisnya itu, agar segera tersadar dari lamunannya.

"Gimana mau dapat jodoh, kalau kerjaannya bengong terus, kamu gak kasian sama mama, tiap kali ada arisan ibu-ibu, mama di ledekin terus karena kamu belum laku-laku,"

"Emangnya Naya barang, pakai laku segala," balasnya kesal.

"Makanya kalo lagi libur itu kamu jalan kemana kek, dandan yang cantik, di luar sana begitu banyak laki-laki yang berterbangan,".

Debu kali berterbangan.

"Buruan sana mandi, jangan cuma diem aja di rumah,!"

Teriakan sang mama seketika mengagetkan Naya.

"Sebentar lagi usia mu genap 28 tahun, kamu gak takut jadi perawan tua akut,?"

Terdengar pelan, namun menyesakkan, seakan mengutuk anak sendiri.

Naya hanya memasang muka malas, ia sudah bosan tiap kali mendengar mamanya mengoceh, jika di ladeni seharian nonstop rasanya tidak akan cukup bagi mamanya untuk mengomel.

"Nak, mama cuma ingin yang terbaik buat kamu," suara mama terdengar pelan, ia menarik nafas sebentar lalu melanjutkan kembali kalimatnya.

"Dulu, waktu mama masih seusia mu, mama udah punya 2 anak, mama dulu di jodohkan sama almarhum kakek mu, awalnya mama menolak, karena mama pikir belum saatnya mama menikah, masih banyak yang ingin mama kejar, untungnya mama tak menyesal dengan perjodohan itu, karena mama yakin kakek hanya ingin yang terbaik untuk mama, dan buktinya mama mendapatkan suami yang baik dan anak-anak yang cantik,"

Mama sedikit tersenyum, meski terlihat jelas kekhawatiran di wajahnya, khawatir akan anak gadisnya yang belum juga menikah.

Naya terlihat begitu serius mendengar cerita sang mama, ternyata mamanya dulu juga di jodohkan, persis sepertinya swab sekarang, cuma bedanya, sang mama berakhir dengan bahagia, sedangkan dirinya berakhir dengan kecewa.

"Ia ma, ntar Naya carikan deh, mama maunya yang tipe apa, jadul, moderen atau klasik,?"

Naya menjawab dengan sedikit candaan, untuk mencairkan suasana yang mulai serius.

"Mama itu cari menantu, bukannya handphone," jawab sang mama ketus.

"Abisnya mama serius amat ceritanya, pokoknya mama do'ain aja, semoga Naya cepat ketemu jodoh terus nikah,"

"Ia nak, mama selalu berdo'a yang terbaik untuk masa depan mu," pinta sang mama sambil mengulas senyum di wajahnya.

Naya mengenggam erat tangan wanita yang sudah menghadirkannya di dunia ini, tangan yang sudah merawatnya dari kecil hingga sampai sebesar ini. Mereka pun berpelukan satu sama lain, Naya berharap secepatnya akan memberikan menantu untuk sang mama, meski ia juga tidak tau kapan hari itu akan tiba.

"Ya udah, Naya mandi dulu ya ma, abis itu mau siap-siap cari suami ke mall hiks," ucapnya tertawa kecil, yang di sambut dengan senyuman di wajah sang mama. 'anak itu, semoga saja ia cepat menemukan jodohnya,' lirih sang mama dengan berdo'a.

Tak kurang dari 10 menit Naya pun selesai mandi, waktu yang terbilang singkat, tak seperti kebanyakan gadis pada umumnya, yang terbiasa betah berlama-lama di kamar mandi, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki semuanya harus di bersihkan, sangat berbeda dengan Naya, baginya mandi cukup dengan pakai sabun, sikat gigi, selesai. Kalau masalah keramas cukup 3 kali dalam seminggu, terkadang kalau lagi libur ia lebih memilih dengan mandi pasfhoto, yaitu mandi cukup dengan membasahi rambutnya saja, jorok memang.

"Saatnya berangkat, tapi kemana ya,?"

Naya malah terlihat bingung, 'akibat terlalu lama menjomblo,' lirihnya.

Tanpa memperdulikan arah dan tujuan Naya segera melaju dengan mobil kesanyangannya, seketika ia langsung mendapatkan ide.

"Ahaa, mendingan ke mall aja deh, refreshing otak, siapa tau lagi banyak diskonan," ucapnya bersemangat, Naya memang hobi berburu barang murah, selain ramah di kantong, barang yang di beli pun tergolong bagus.

Hanya menempuh waktu sekitar 20 menit, Naya telah tiba di salah satu mall ternama, tak lupa ia memarkirkan mobil terlebih dahulu, dengan pelan ia menyusuri setiap sudut area parkir yang ada di dalam basemant, terlihat deretan mobil yang sudah penuh merayap, ia sempat kebingungan akan memarkirkan mobilnya di mana.

"Duhh, gue parkir di mana lagi nih,?" Dengusnya sedikit kesal setelah melewati beberapa area parkir, sampai akhirnya ia menemukan satu tempat kosong tepat berada di pojokan, dengan sangat hati-hati naya memarkirkan mobilnya, takut jangan sampai ia menabrak mobil orang lagi, seperti waktu itu.

"Sip,.." Ucapnya riang setelah berhasil parkir dengan baik.

Dengan menenteng tas kecil miliknya, Naya mulai berjalan menyusuri mall.

Pilihan pertama yang akan ia kunjungi adalah toko tas dan sepatu wanita.

Naya berniat untuk membelikan sang mama sebuah tas, sedangkan sepatu untuk dirinya berangkat kerja. Naya mulai memilih satu persatu tas yang tengah terpajang di etalase toko, harganya pun bervariasi, dari yang murah, standar bahkan yang brended pun tersedia di toko ini.

"Kira-kira mama suka yang mana ya,?" Tanyanya saat melihat begitu banyak pilihan tas di sana, semuanya terlihat bagus dan elegan, hampir 15 menit Naya berkelana, dan pilihannya jatuh pada tas berwarna silver, Naya tak mempermasalahkan merk, asalkan terlihat bagus dan harganya terjangkau ia pasti membelinya.

Selesai mencari tas, Naya beralih ke toko sepatu yang letaknya bersebelahan dengan toko tas tadi, Naya mulai melihat-lihat, meraba, bahkan menerawang sepatu mana yang akan ia beli, cari sepatu apa lagi ngecek duit palsu, entah lah.

Cukup lama Naya berpetualang, namun belum juga ada yang cocok, bahkan hampir semua jenis sepatu sudah ia coba, sampai akhirnya ia menangkap salah satu objek yang sangat cantik di depan mata, netranya tak berhenti berkedip saat melirik salah sepatu yang terpajang di sudut etalase, 'ini pasti limited editon,' batinnya menerka.

Dan ternyata benar, Naya bahkan hampir jatuh pingsan saat melihat harga yang tertera, bahkan dengan gajinya selama 10 tahun saja belum cukup untuk membeli sepatu itu, 'harus punya suami kaya dulu baru bisa beli sepatu itu,' lirihnya frustasi.

"Yang penting udah beli tas buat mama,"

Ucapnya terlihat sumringah.

Sambil menenteng barang belanjaannya, dengan langkah semangat ia kembali berpetualang, matanya terus berkeliling melihat ke segala penjuru dalam mall, cukup banyak yang ia lihat, semua tersedia lengkap di sana, sampai pada akhirnya ia terkejut saat melihat seseorang yang sangat ia kenal, dua orang yang terlihat begitu akrab, mengobrol dengan jarak yang begitu dekat, persis seperti pasangan yang sedang berkencan.

Ternyata kedua orang itu adalah pak Andrean dan juga Riko, 'mereka benar-benar mencurigakan,' batin Naya menyelidik.