webnovel

BAB 21 . BADAI SALJU

________________________________________Tahun 2001

Hari minggu tiba

Seperti biasa aku mencuci pakaian.Kali ini aku mencuci pakaian bersama Evy yang masih menjalani cuti kuliah.Kami berdua mencuci pakaianku,Evy,kakek,dan nenek.Kangen juga untuk mencuci pakaian Tasnim, Idris,Ilyas,apadaya tiga kakak sepupuku ini sekarang sedang menempuh kuliah di Jakarta.Nenek sudah memasak dan sedang menjaga tokoh.Sedangkan kakek ke kebun bersama Om Tedy yang nampaknya sudah mulai insaf untuk main perempuan, main judi, dan minum -minuman keras.

Setelah mencuci dan menjemur pakaian. Aku dan Evy duduk-duduk santai di ruang tengah sambil menunggu lampu menyala.

"Pasti kangen berat sama Ayub, nih"goda Evy kepadaku

"Tak terasa sudah 3 bulan di pergi kuliah di Seoul "kataku

"Yang sabar, ya "kata Evy

"Suratnya yang baru tiba kemarin membuatku semakin cinta "kataku

"Boleh tahu isinya ?"tanya Evy

"Dia bilang dia sangat merindukanku.Dia selalu memakai syal buatanku. Dalam tahajudnya dia selalu mendo'akanku."jawabku sambil tersipu malu.

"Aku jadi tak sabar menunggu hari pernikahan kalian "kata Evy

Lampu menyala.Namun kami tak terburu-buru untuk menghidupkan Tv.

"Apa kau sudah menulis surat balasan?"tanya Evy

"Hari ini aku mau menulisnya "jawabku"Bagusnya selesai Ashar, ya?"

"Kelamaan.Sana ke kamar dan tulis balasannya sekarang "kata Evy.

Aku mengangguk. Aku kemudian bangkit dan menuju ke kamar. Sementara sepeninggalku Evy tersenyum mendukung ku sambil menyalakan TV. Evy menonton TV dengan suara TV yang tidak keras lantaran tidak mau aku mendengar suara TV yang bisa mengganggu konsentrasiku saat menulis surat balasan.

Evy menonton berita siang hari di TV. Ada berita tentang kebakaran sebuah asrama tempat dimana banyak mahasiswa Indonesia di Seoul tinggal. Asrama yang terletak di Seoul itu terbakar dan ada korban jiwa. Tujuan dari korban jiwa itu bernama Ayub Khalid Rahman mahasiswa asal Indonesia.

Evy langsung histeris.

Aku yang baru sedikit menulis surat langsung terkejut mendengar teriakan Evy tersebut. Aku segera keluar dari kamar.

Aku melihat di TV sebuah syal hitam yang aku buat untuk Ayub sedang dipegang oleh salah satu mahasiswa Korea. Mahasiswa itu sedang diwawancarai oleh wartawan. Dia menjawab dalam bahasa Korea namun ada subtitledi bawahnya yang bisa aku pahami artinya.

"Syal ini milik Ayub. Dia senang sekali memakainya.Dia perna bilang syal ini dibuat oleh kekasihnya.Kami sangat bersedih atas wafatnya Ayub.Dia adalah mahasiswa yang sangat baik hati, meskipun dia jauh lebih tua dari kami namun dia bisa berbaur."kata mahasiswa itu

"Kak Evy.......ini berita apa?"tanyaku

Airmataku menetes Jenazah Ayub yang sudah terbakar terlihat.Jenazah itu sulit untuk dikenali lagi.Hanya arloji yang dikenakan Ayub yang bisa mengindentifikasi kalau itu adalah jenazahnya.

Aku ingat arloji itu.

Arloji itu memiliki ukiran nama Ayub di bagian belakangnya.

Aku menangis.

Evy segera memelukku.

Aku pingsan dalam pelukan Evy.

......

Jenazah Ayub kemudian tiba di Sukajaya.Aku menangis di depan peti jenazah.Evy terus berada di sampingku dan tidak meninggalkanku meski hanya sejengkal saja.

Suasana duka begitu terasa.Pak Ardi dan Ibu Feni juga tidak bisa membendung tangis.Saudara-saudara Ayub juga demikian.Hanya ipar Ayub yang kulihat sedikit menyembunyikan senyum sinisnya,dia nampaknya bahagia dengan kepergian Ayub.

Jenazah Ayub siap dibawa ke tempat pemakaman.Pak Ardi melarangku untuk ikut kesana lantaran khawatir dengan kondisiku.Namun aku memaksa diri untuk pergi.Pak Ardi akhirnya mengalah,beliau hanya berpesan kepadaku untuk tidak terlalu bersedih atas semua ini.

Sepanjang jalan menuju tempat pemakaman pandanganku kosong.Evy duduk di sampingku.Kami naik mobil yang saat ini dikendarai oleh dr.Yusuf.Ada kakek di samping dr.Yusuf.Sedangkan nenek duduk di sampingku.Evy terus merangkulku.Dan Tirta duduk di jok belakang.

Kami pun tiba di tempat pemakaman.Jenazah Ayub yang ada di dalam peti diturunkan dari mobil ambulans.Aku turun dari mobil juga.Evy menggandeng tanganku.

Aku berdiri tepat di depan liang lahat.Evy tetap di sampingku.Di samping Evy ada dr.Yusuf,kakek,nenek,dan Tirta.Peti jenazah dibuka.Jenazah Ayub yang sudah dibungkus kain kafan sejak dari Seoul itu kini diturunkan ke liang lahat.

Aku tidak meneteskan airmata,tapi hatiku menangis.

Evy menepuk pundakku seolah memberi kekuatan agar aku tetap tabah.

Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun

Perlahan,liang lahat itu mulai ditutupi dengan tanah.Ini sangat menyesakkan dada.Ini terlalu menyakitkan.Tolong hentikan,jangan tutup liang lahat ini,aku masih ingin bersama ayraku.Hatiku meronta.Airmataku jatuh juga.Sapu tangan milik Ayub aku gunakan untuk menghapus airmataku.Syal buatanku untuknya yang selamat dari jilatan api sedang tergulung di leherku.

Jangan tinggalkan aku,ayra.

Jangan pergi.

Aku tidak terbiasa seperti ini.

Dan kini Ayub tidak terlihat lagi.Sekarang aku duduk di samping gundukan tanah.Ada kesedihan mendalam di hatiku.

"Ayra.....aku tak bisa hidup tanpamu."bisikku kepada Ayub,seolah Ayub ada di samping ku.

Evy menahan kesedihannya saat melihatku berbicara seorang diri.Dokter Yusuf sudah pulang bersama kakek,nenek,dan Tirta.Semua orang juga sudah pulang ke rumah masing-masing.Sebenarnya saat ini tinggal aku dan Evy di tempat pemakaman.

"Ayo,kita pulang,Maura."kata Evy."Besok kita bisa datang lagi."

Aku menggeleng.

"Aku mau tidur disini."kata ku.

Evy menggeleng.

"Jangan."kata Evy.

Ayub adalah cinta pertamaku.Kami putus dengan cara yang terlalu tidak biasa.Putus karena salah satu pasangan wafat adalah hal yang aku alami saat ini.Putus seperti ini adalah putus yang masih bertahtakan cinta di hati.

"Kak Evy."kataku.

"Ya."kata Evy.

"Kak Evy boleh duluan pulang,kok."kataku.

Evy buru-buru menggeleng.Dia tidak mau meninggalkan aku sendirian disini.Tasnim,Idris,dan Ilyas sedang ada di Jakarta,jika mereka ada disini dan menemaniku disini bisa jadi Evy akan pulang ke rumah sejenak.Tapi ini hanya ada kami berdua geng VITAMIN di Sukajaya,Evy tak akan pernah mau pergi.Dia adalah sahabat setiaku,sepupu setiaku.

Adzan Maghrib sudah berkumandang tapi aku dan Evy masih ada di tempat pemakaman.Evy berharap siapapun bisa datang untuk membantunya membujukku agar mau pulang.Dokter Yusuf yang Evy harapkan datang tidak bisa datang lantaran dia harus menangani pasien di PUSKESMAS.

Yang datang malah Tirta.Tirta datang dengan mengendarai sepeda motornya setelah shalat Maghrib di masjid.Tirta dan Evy kemudian membujukku agar mau pulang.Namun aku tetap menolak.

Aku dan Evy sama-sama berhalangan sehingga kami berdua tidak harus shalat dulu.Tirta bertahan juga di tempat pemakaman.Dia duduk di samping Evy.

Sunyi sekali.

Hingga kemudian....

"Evy....apa kau mau menjadi kekasihku?"tanya Tirta tiba-tiba.

Aku yang masih dilanda kesedihan agak terkejut juga mendengarnya.Evy apalagi.

"Kak Tirta kerasukan salah satu arwah yang ada di tempat pemakaman ini?"tanya Evy.

Untuk pertama kalinya aku bisa tersenyum hari ini.Sambil diterangi lampu yang disediakan di tempat pemakaman kulihat Tirta menggelengkan kepalanya.

"Aku serius."kata Tirta.

Biasanya orang akan menyatakan cinta di tempat-tempat romantis dan dalam suasana romantis pula.Mungkin hanya Evy yang menerima pernyataan cinta dari seorang pria di tempat yang tidak biasa ini.

"Kak Evy,jawab dong."kataku.

Evy menunduk.

Aku penasaran.

Tirta apalagi.

"Jangan bahas cinta-cinta dulu,deh.Di tempat seperti ini aneh kalau membahas hal itu.Sekalian saja kalau Kak Tirta menikah di tempat seperti ini saja."kata Evy kesal.

"Kalau itu maumu aku siap."kata Tirta.

"Ada-ada saja."kata Evy.

Adzan Isya berkumandang.Tirta izin ke masjid.Dia berjanji akan kemari lagi jika aku dan Evy belum pulang juga.Dan kami memang belum pulang sampai waktu shalat berakhir.Dan Tirta datang lagi sesuai janjinya tapi kali ini dia datang dengan membawa rantang dan cerek.

"Makan dulu.Nenek yang masakkan.Kakek dan nenek mau kalian lekas pulang.Mereka tidak bisa kemari karena cuaca sangat dingin."kata Tirta sambil meletakkan rantang dan cerek di atas rumput.

Evy menyiapkan makan malam kami.Evy menyuapiku tapi aku menggeleng.Aku tidak ada selera untuk makan.

"Evy,mau aku suapi?"tanya Tirta kepada Evy.

"Sembarangan."jawab Evy."Kalau ada kuntilanak lewat suapi saja dia."

Senyumku kembali hadir lantaran perkataan Evy barusan.Sedangkan Tirta sibuk menahan tawa.Evy memutuskan untuk makan seorang diri dulu.Saat Evy sedang makan,Tirta terus memperhatikannya.

"Mau?"tanya Evy saat menyadari Tirta sedang memperhatikannya.

Tirta mengangguk.

"Tapi harus disuapi kamu."kata Tirta.

"Pocong.....Kuntilanak....para hantu muncullah....Tirta minta disuapi sama kalian!."teriak Evy nyaring.

Aku kembali tersenyum.Sedangkan Tirta menahan tawa.Tingkah laku dua orang ini sukses menghiburku yang saat ini sedang bersedih.

Evy sudah selesai makan.Dia kembali membujukku agar mau makan.Aku tetap bertahan untuk tidak mau makan.

"Bujuk aku juga dong."kata Tirta kepada Evy.

Evy hanya nyengir.Dia kemudian merapikan tempat makan dan menaruhnya di dekat pohon.Setelah itu dia kembali duduk di sampingku.

"Maura,kita pulang,yuk."ajak Evy lagi.

"Iya,Maura.Ayo,pulang."kata Tirta juga.

Aku tetap tidak mau pulang.Evy dan Tirta tetap setia menemaniku.Malam sudah larut,Evy sudah mengantuk.

"Maura,ayo kita pulang."ajak Evy sambil menahan kantuknya.

"Kak Evy pulang saja.Aku mau tidur disini."kataku.

Evy dan Tirta terdiam.Segala macam cara telah mereka lakukan agar aku mau pulang.Namun semua cara itu sia-sia.Evy tidak kuat begadang.Dia kemudian tidur di atas rumput jepang yang terhampar.Dia berbaring tepat di belakangku.

"Perempuan aneh."kata Tirta." Kau pikir kita sedang ada di kamar hotel."

"Kau yang lebih aneh,tadi menyatakan cinta di tempat seperti ini.Kau pikir ini taman bunga."kata Evy.

Mendengar Tirta dan Evy bertukar kata membuatku tersenyum lagi.Sepertinya mereka cocok jika bersama,pikirku.

Tirta tidak habis pikir saat melihat beberapa menit kemudian Evy sudah benar-benar terlelap.Melihat perempuan begitu rileks tidur di tempat seperti ini mungkin adalah hal yang luar biasa bagi Tirta.

"Kita tinggalkan dia."kata Tirta."Ide bagus,kan?"

Aku kembali tersenyum.Namun aku menggeleng.

"Kau juga serius mau tidur disini?"tanya Tirta.

Aku mengangguk.

Tirta menepuk jidatnya.

"Tak ada yang bisa aku salahkan.Kalian memang sepupu."kata Tirta.

Dari jauh seseorang datang.Dia mengenakan jas putih,dia adalah dr.Yusuf.

"Kukira hantu karena pakaianmu serba putih."kata Tirta kepada dr.Yusuf begitu dr.Yusuf sudah berada di dekat kami.

Dokter Yusuf tersenyum kepada Tirta.

"Aku baru selesai dinas.Lembur."kata dr.Yusuf.

Dokter Yusuf kemudian mengajakku untuk pulang.Namun aku menolak.

"Mereka mau tidur disini.Lihat si Evy,dia sudah di alam mimpi."kata Tirta kepada dr.Yusuf.

Dokter Yusuf tidak putus asa.Dia mengatakan kata-kata apa saja yang bisa membuat aku mau pulang,namun aku tetap tidak mau pulang.Akhirnya dr.Yusuf mengalah dan duduk di samping Tirta dengan ekspresi kehabisan ide.

"Ayub adalah sahabat yang baik.Kami juga merasa kehilangan dia."kata dr.Yusuf.

"Alvin pasti sudah tahu semua ini karena kabar ini disiarkan di TV."kata Tirta.

"Aku,Alvin,Ayub,dan Tirta adalah saudara tak sedarah."kata dr.Yusuf.

"Hanya saja kami tidak punya nama geng seperti kalian."kata Tirta.

Dokter Yusuf dan Tirta kemudian menghiburku dengan kata-kata penghiburan terbaik.Aku menjadi pendengar yang baik.Kadang airmataku juga menetes.Mereka berdua menemaniku begadang sampai Subuh.Kehadiran keduanya sedikit mampu memberi energi positif kepadaku.

Saat adzan Subuh berkumandang,Evy terbangun dari tidur nyenyaknya.Dokter Yusuf dan Tirta sedang bersiap-siap ke masjid.

"Jaga Maura."kata dr.Yusuf kepada Evy."Ba'da Subuh pasti kami datang lagi."

Evy mengangguk.

Evy duduk di sampingku dan langsung mengajakku agar mau makan.Aku menggeleng.Evy berusaha tidak menangis melihat sikapku yang begitu tak berdaya itu.

"Maura,kau harus makan supaya kuat ke sekolah."kata Evy.

Evy menyebut sekolah membuatku menyadari kalau hari ini aku ada ulangan.Ulangan Kimia.Aku lupa belajar,jika Ayub tahu dia pasti sangat kecewa.

Seketika aku teringat semua pesan Ayub kepadaku dulu:

* Maura harus rajin belajar.

* Maura harus mengerjakan semua PR.

* PR Maura harus dapat nilai 100.

* Ulangan Maura juga harus dapat nilai 100.

* Maura harus jadi juara 1.

* Maura harus meraih cita-cita setinggi langit.

Aku segera bangkit dari dudukku.Aku kemudian meminta izin kepada Ayub untuk ke sekolah terlebih dahulu.Setelah itu aku melangkah meninggalkan tempat pemakaman dengan langkah begitu cepat,Evy sampai kewalahan mengejarku.

Ayub,ragamu boleh tak bersamaku.

Namun aku pastikan untuk menjadi wanita berprestasi seperti apa yang engkau inginkan.

Aku mencintaimu,Ayub.

Masih mencintaimu.

______________________________________Tahun 2020

"Siapa yang meninggal,Ainuh?"tanyaku sambil ikut bergabung bersama Ainuh dan suamiku.

"Om ini."jawab Ainuh.

Aku melihat pemuda berbaju merah dengan senyuman optimisnya.Kata-katanya yang penuh motivasi di masa lalu sudah menjadi salah satu bekalku hingga aku bisa seperti sekarang ini.

"Ayo,kita makan malam."ajak suamiku.

"Tapi jawab dulu pertanyaanku."kata Ainuh.

Aku memeluk gadis kecilku itu.

"Om ini selalu hadir di hati kita."kataku kepada Ainuh.

Ainuh tersenyum.

Sepertinya dia sudah puas dengan jawabanku itu.Atau karena perlahan dia mulai mencium aroma udang goreng tepung kesukaannya.Ainuh berlari menuju ke meja makan.Dia tiba di meja makan mendahului suamiku.

"Ayah,cepat pimpin do'a.Udang goreng tepungnya sudah mau basi."kata Ainuh.

Padahal udang itu belum lama aku goreng.

"Udangnya mau basi atau kamunya yang sudah tidak sabaran?"goda suamiku kepada Ainuh.

Ainuh hanya tersipu malu.

Bukan hanya Ainuh yang menyukai udang goreng tepung.Ainuh mewarisi selera itu dari suamiku.Suamiku adalah pecinta udang goreng tepung.

"Ibu panggil Agadaud dulu."kataku.

Ainuh dan suamiku nampak tidak bisa menjauhkan pandangan mereka dari udang goreng tepung itu.Sudah kebiasaan kami untuk makan bersama sehingga udang goreng tepung itu masih utuh di atas meja.Aku jamin saat aku,suamiku,Ainuh,dan Agadaud sudah terkumpul untuk makan,pasti dalam hitungan menit udang goreng tepung itu akan habis dengan cepatnya.

............