webnovel

BAB 15 . SUARA HATI ALVIN

___________________________________Tahun 2000

Untuk Maura

yang menghiasi relung

hatiku yang dalam

Kutulis surat ini ini dalam remangnya malam tanpa bintang.Namun aku menemukan bintang itu di dalam hatiku.Bintang itu seperti yang engkau tahu adalah wujudmu.

Hatiku begitu mencintaimu.

Engkau bukanlah cinta yang pertama namun aku ingin engkau menjadi pemilik hatiku untuk selamanya.Jadilah cinta terakhirku, wahai gadis yang memiliki senyum terindah.

Wahai bintang hatiku

Apakah aku diizinkan untuk bertanya?

Apakah aku diizinkan untuk tahu?

Bertanya tentang isi hatimu.

Tahu tentang perasaanmu kepadaku.

Aku harap engkau juga mencintaiku.

Dariku

Alvin.

Kupandangi surat yang baru aku tulis ini.Surat itu masih tergeletak di atas meja. Jam dinding di kamarku menunjukkan pukul 12.20 malam.Kamar berdinding pink itu menjadi saksi bisu bahwa semalam aku tak bisa tidur lantaran memikirkan Maura.

Namaku Alvin Afandi Rahman.Aku berusia 25 tahun.Aku berasal dari Sekarjaya.Kota asalku berjarak kurang lebih 300 kilometer dari desa ini.Aku memiliki keluarga yang kurang harmonis.Ayah dan ibuku hanya sibuk mengurus bisnis.Kedua kakakku begitu dingin sikapnya dan adikku satu-satunya juga demikian.Keluargaku adalah keluarga terpandang di Sekarjaya.

Merantau di Sukajaya adalah pilihanku sendiri.Aku muak dengan keadaan keluargaku yang hanya sibuk mengurus harta saja.Aku memulai bisnisku dari nol dan kini aku sudah memiliki 1 kios besar di pasar dengan beberapa karyawan yang membantuku.Bisnisku ku bangun tanpa bantuan dari orang tua karena aku tidak ingin saudara-saudara ku menjadi iri dan memerasku seperti yang terjadi pada salah satu bisnis bersama kami sebelumnya.

Rumah yang aku bangun di Sukajaya juga sedang dalam proses menuju jadi.Insha Allah rumah itu siap aku tempati di pertengahan tahun 2001.Rumah itu aku bangun dari hasil jerih payahku sendiri.Selain rumah aku juga memiliki sepeda motor.

Aku tahu Maura bukanlah gadis yang gila harta.Namun untuk menyejahterahkannya aku butuh bekerja keras dan menyiapkan segalanya.Aku ingin setelah dia resmi menjadi isteriku semua harta milikku menjadi miliknya seutuhnya.Aku tidak mau melihatnya kesusahan dalam hal materi.Dan dalam hal perasaan dan perhatian aku siap menjamin dia pasti selalu bahagia mendapatkan luapan cintaku di setiap harinya.

Haruskah kuberikan surat itu kepadanya?

Ayub sudah selangkah lebih cepat dariku.Kedatangan kedua orang tua Ayub untuk melamar Maura kemarin cukup membuatku terbakar api cemburu.Aku berharap Maura tidak menerima lamaran itu.Seminggu lagi aku akan tahu Maura akan menikah dengan Ayub atau tidak.

Aku memberanikan diri melipat surat itu dan menaruhnya di dalam amplop.Surat ini harus sampai kepada si penerima.Aku melangkah keluar kamar dengan membawa surat tersebut.Aku mengendap melewati kamar Tirta,Ilyas,dan Ayub.Aku berhenti sejenak di depan kamar Ayub dan melukis tanda X di udara yang berarti aku mengharapkan kegagalannya dalam melamar Maura.Setelah itu aku kembali melangkah menuju ke kamar yang ditempati Maura dan Evy.Kamar itu berhadapan dengan kamar dr.Yusuf.Aku meletakkan suratku di bawah pintu dan mendorongnya masuk melalui celah pintu dan lantai.Setelah itu aku kemudian melangkah meninggalkan tempat itu.

Aku tak kembali menuju kamar.Percuma,di kamar tetap aku tidak bisa tidur.Daripada menahan rasa bosan aku memilih ke taman depan rumah untuk menikmati malam.Aku membuka pintu ruang tamu.Semua penghuni kamar kos punya kunci duplikatnya.

Aku melewati teras.Dan ketika melihat di taman depan di kursi taman bercat biru duduk Maura.Maura sepertinya sedang menangis.Dia tidak melihatku karena dia duduk membelakangiku.

Maura menangis karena merindukan Visya.Dia juga merindukan kedua orang tuanya.Tangis itu tidak terlalu keras namun bisa didengar oleh telingaku.Aku melangkah mendekati Maura.Aku kini sudah di sampingnya dan dia belum juga menyadari kehadiranku.Aku menyodorkan sebuah sapu tangan kepadanya.Maura yang tadi menunduk segera mendongak.Dia sudah melihat wajahku.

"Kak Alvin."kata Maura.

"Hapus airmatamu.Bidadari tak pernah cantik jika menangis sedih."kataku.

Maura mengambil sapu tangan itu dan menghapus airmatanya dengan sapu tangan tersebut.Sedangkan aku memilih duduk di hadapannya.

Maura kini sudah menghapus airmatanya.Aku berharap sapu tangan itu tetap dipegang olehnya.Maura mengatakan bahwa dia akan mengembalikan sapu tangan itu setelah dia mencucinya.Aku menolak dengan mengatakan bahwa sapu tangan itu untuknya saja.

"Kak Alvin orang asli Sekarjaya?"tanya Maura.

Aku mengangguk.

"Apa Kak Alvin kenal Pak Rayan?"tanya Maura."Beliau pemilik SPBU disana."

"Tentu saja.Pak Rayan juga adalah seorang kontraktor yang sering bekerja sama dengan ayahku."jawabku."Memangnya ada apa?"

"Ibuku menulis surat belum lama yang isinya Pak Rayan mau mengajak ayah dan ibuku untuk kerjasama bisnis.Aku hanya mau memastikan sebaik apa Pak Rayan.Kerjasama bisnis dengan orang yang baik adalah hal terpenting menurutku."jawab Maura.

"Pak Rayan itu sangat baik.Beliau juga taat beribadah bahkan punya beberapa pesantren yang dia danai operasionalnya.Selain itu Pak Rayan adalah orang yang jujur.Tidak salah jika ayah dan ibumu mau bekerjasama dengannya.Aku juga mendukung."kataku.

"Alhamdulillah.Aku akan menulis surat segera kepada ayah dan ibuku dan mengabari mereka tentang semua ini."kata Maura.

Aku mengangguk setuju.Maura tersenyum dan senyuman itu indah sekali.

Aku kembali teringat dengan suratku tadi.Haruskah aku masuk kembali ke dalam dan mengambil surat itu kembali lalu menyerahkannya secara langsung kepada Maura saat ini?.Atau aku butuh bersabar sejenak sampai menunggu gadis pujaan hatiku ini masuk ke kamar.

"Allah punya tujuan mengapa aku harus hidup terpisah dengan orang-orang yang aku cintai."kata Maura memecahkan keheningan."Aku tadi menangis karena merindukan mereka."

"Ayah dan ibumu merantau dimana?"tanyaku."Sekarjaya?"

Maura mengangguk.

"Saat liburan aku bisa mengantarmu kesana"kataku."Di bagian mana mereka berdua tinggal?"

"Dekat Toko Abadi."jawab Maura.

"Wah,toko itu milik orang tuaku."jawabku."Apa mereka kos di Kos Adiputra?"

Maura mengangguk.Aku tidak menyangka kalau calon mertua ku tinggal di kos-kosan milik kakakku.

"Kos-kosan itu milik kakakku."kataku.

"Oh,ya..."kata Maura."Wah,aku harus lebih baik sama Kak Alvin sekarang nih supaya orang tuaku juga dapat perlakuan khusus oleh kakaknya Kak Alvin."

Aku tertawa.Candaan ini lucu juga.

"Maura,aku dan kakakku tidak sedekat yang kau bayangkan."kataku."Kami bahkan bisa dibilang musuhan."

"Kok bisa?"tanya Maura heran.

Aku tahu dia akan heran karena dia tidak pernah mengalaminya.Semua sepupunya baik dan memperlakukannya layaknya adik kandung mereka.Aku belum mengenal Visya tapi dari cara Maura menangisinya tadi aku paham hubungan mereka sangat dekat.

"Begitulah.Meski begitu aku tak pernah membencinya.Hanya ada jarak yang sangat jauh diantara kami berdua."jawabku.

Adiputra adalah kakak tertuaku.Dia pernah menipuku bahkan pernah berencana untuk membunuhku.Sekarang perang itu sudah berlalu,namun aku tahu bahwa kami sekarang memang telah pantas untuk hidup terpisah.

"Aku harap suatu saat nanti Kak Alvin bisa merasakan kebahagiaan yang aku rasakan.Memiliki saudara-saudara yang baik itu indah sekali.Aku belum pernah merasakan apa yang kakak rasakan.Aku hanya bisa berdo'a agar kakak selalu dalam lindungan Allah."kata Maura.

Kata-katanya menyejukkan hatiku.Suaranya merdu.Apa yang dia sampaikan lahir dari hatinya yang paling tulus.Aku siap mendampingi gadis sebaik ini,mendampinginya di dunia dan akhirat.

"Aku masuk dulu."kata Maura."Terima kasih sapu tangannya "

Aku mengangguk.

Maura kemudian melangkah pergi.Aku berharap langkahnya bisa lebih cepat agar suratku bisa segera dibacanya.Kini aku seorang diri di taman depan.Tubuhku ada di taman tapi pikiranku terus memikirkan Maura.Malam kian larut,dalam dinginnya malam tanpa sadar aku duduk terlelap di kursi taman.

"Alvin"

"Alvin"

"Alvin"

Aku terbangun.Kakek sudah berdiri di sampingku.Aku segera bangkit dari kursi.Aku segera membungkuk kepada kakek.

"Kenapa tidur disini?"tanya kakek."Apa kamarmu kurang nyaman?"

Aku lekas menggeleng.Bagiku kamar kos di rumah kakek adalah kamar kos terbaik di dunia.Fasilitas dapur bersama ada,toilet bersama ada,ruang nonton bersama ada,ruang tamu bersama ada,mesin cuci bersama ada,tempat parkir bersama ada,kulkas bersama ada,bahkan kakek dan nenek kerap mengajak kami semua anak kos untuk makan gratis dan yang paling membuatku betah dan tak pernah berpikir untuk pindah adalah karena ada Maura di rumah kakek.

"Lalu kenapa tidur disini?"tanya kakek lagi.

"Entahlah.Tadi saya ketiduran saja."jawabku.

"Oh.....begitu.Kalau begitu ayo kita ke masjid sebentar lagi mau shalat Subuh"ajak kakek.

Aku mengangguk.Bersamaan dengan itu keluar juga dari rumah Tirta,Ilyas,dr.Yusuf,dan Ayub.Mereka juga hendak ke masjid.Saat mereka melihatku sudah bersama kakek mereka merasa heran.

"Perasaan saya belum melihatmu keluar kamar."kata Ayub.

"Aku ketiduran di kursi taman"jawabku.

Semua menggeleng heran.Mereka menginterogasiku sepanjang perjalanan ke masjid tentang apa penyebab aku bisa ketiduran di kursi taman.Kakek berjalan di depan kami berlima yang berjalan berbarengan.

"Jangan-jangan kamarmu banyak nyamuknya.Kalau banyak nyamuk kau bisa mengambil kelambu di kamarku.Di kamarku tidak ada nyamuk sehingga kelambuku menganggur."kata Ayub.

"Tidak.Tak ada nyamuk sama sekali."jawabku.

"Atau kamu kepanasan?.Kipas anginmu rusak?"tanya dr.Yusuf.

"Kipas anginku baik-baik saja."jawabku.

"Hm.....aku jadi curiga.Jangan-jangan kamu habis berjumpa dengan kekasihmu,ya?"tanya Tirta."Karena terus memikirkannya kau jadi lupa masuk kamar dan malah ketiduran di kursi taman."

"Benar begitu?"tanya Ilyas."Siapa kekasih Kak Alvin itu?"

"Apa tetangga kita?"tanya kakek ikut-ikutan berkomentar.

Adzan Subuh berkumandang.Saat adzan berkumandang kami semua diam dan khusyuk mendengarkan adzan sambil tetap terus berjalan kaki menuju mesjid.Setelah adzan selesai berkumandang mereka kembali meminta jawaban dariku tentang kasus aku tertidur di kursi taman.

"Aku masih jomblo."jawabku."Sejak putus dari Arina aku belum juga punya kekasih lagi."

" Masa?"goda Ayub.

"Betul."jawabku."Sumpah demi Allah."

Ayub merangkul pundakku.Aku tersenyum kepadanya.Aku tahu kami memang mencintai gadis yang sama tapi persahabatan kami tetap terjalin erat.Bukan hanya dengan Ayub saja sebab Tirta dan dr.Yusuf sudah tidak kuanggap lagi sebagai sesama anak kos,aku sudah menganggap mereka sebagai sahabatku dan demikian pula sebaliknya.

Kami sudah tiba di masjid.Kami segera melaksanakan shalat sunnah qabliyah Subuh.Setelah itu kakek mendapat kehormatan untuk menjadi imam shalat kali ini.

Kakek memimpin shalat dengan sangat baik.Meski sudah tua beliau ketika melantunkan ayat-ayat suci Al Qur'an begitu merdu dan fasih terdengar.Bahkan aku sempat meneteskan airmata sedikit ketika mendengar bacaan beliau yang begitu menyentuh hati.

Kami rukuk bersama.

I'tidal bersama.

Dan sujud bersama.

Sujudku kali ini begitu khusyuk.Aku kini sedang berjumpa dengan Allah dalam jarak yang teramat dekat.Kalbuku syahdu melafalkan do'a.

Hujan rintik terdengar jatuh dari langit.Hujan ini menambah kekhusyukan ibadah kami,tapi entah mengapa menurutku sujud kami ini sudah sangat terlalu lama bagiku.

Memang sangat lama.

Ada apa dengan ini semua?

Aku yang ada berdiri tepat di belakang kakek segera bangkit dari sujud dan memeriksa kondisi kakek.Kakek rupanya sudah tidak sadarkan diri.

"Astagfirullah."kataku.

Dokter Yusuf segera memeriksa kondisi kakek.Ilyas,dr.Yusuf,Tirta,Ayub,dan aku memutuskan untuk sementara belum melaksanakan shalat Subuh.Jama'ah yang lain tetap shalat dengan imam yang baru.

Ilyas dan aku mengangkat tubuh kakek.Ayub yang belum lama membeli mobil segera berlari ke rumah untuk mengambil mobilnya.Di masjid tak ada satupun motor atau mobil yang terparkir karena semua yang jadi tamu Allah ini menggunakan kakinya untuk ke masjid.Kami tetap melangkah menuju ke PUSKESMAS meski berjalan kaki.Tak lama kemudian Ayub sudah datang dengan mobilnya.Kami memasukkan tubuh kakek ke dalam mobil.Setelah itu kami semua juga masuk ke dalam mobil.Kemudian Ayub mengendarai mobil menuju ke PUSKESMAS dengan kecepatan tinggi.

Kami pun tiba di PUSKESMAS,dengan peralatan seadanya dr.Yusuf memeriksa kondisi kakek.Kami menunggu di depan ruang pemeriksaan dengan hati deg-deg an.Ayub kemudian kembali ke rumah untuk menjemput nenek,Maura,dan Evy.Aku,Ilyas,dan Tirta shalat Subuh berjama'ah di mushala PUSKESMAS.Setelah itu kami kembali ke tempat kami berkumpul semula.

Saat Ayub,nenek,Maura,dan Evy tiba di PUSKESMAS,dr Yusuf segera menghampiri nenek.

"Kakek harus segera dioperasi.Beliau terkena serangan jantung.Kakek harus segera dibawa ke kota.Di Sekarjaya juga bisa,disana peralatan untuk operasi jantung sudah ada."kata dr.Yusuf kepada nenek.

"Baiklah.Apapun yang terbaik kami pasti lakukan,dok"kata nenek sambil berlinang airmata.

Dokter Yusuf dan Ayub shalat Subuh terlebih dahulu di mushala PUSKESMAS.Setelah itu hari itu juga kakek dibawa ke Sekarjaya.Beliau dibawa menggunakan ambulans.Nenek tentu pergi.Ilyas dan Evy tidak dapat ikut meski ingin karena hari ini keduanya ada ulangan dan terlebih lagi mereka sudah duduk di kelas ujian sehingga jika menciptakan izin bisa berpengaruh dengan posisi prestasi mereka di sekolah.Maura memaksa untuk ikut,dia masih duduk di bangku kelas 2 dan hari ini tidak ada ulangan,dengan berat hati nenek mengizinkannya untuk ikut.Sedangkan dr.Yusuf,aku,dan Ayub memutuskan untuk ikut serta dan Tirta yang tak bisa ikut karena dia harus masuk sekolah untuk mengajar dan memberi ulangan untuk para siswa kelas 3.

Kami semua naik ambulans kecuali Ayub.Ayub mengemudikan mobilnya.Di dalam mobil itu terdapat bekal dan barang-barang kami.Perjalanan kami menuju Sekarjaya berjalan lancar.Kakek segera dibawa ke Rumah Sakit Sekarjaya.Dokter Yusuf segera menemui dokter yang berwenang.Operasi segera dilaksanakan.Kini kami semua menunggu di depan ruang operasi dengan rasa deg-deg an.

Tak lama kemudian kedua orang tua Maura datang.Kedua calon mertuaku itu mendapat kabar dari Ilyas yang langsung menelepon mereka melalui wartel saat kami belum lama berangkat ke Sekarjaya.Mereka berdua segera memeluk nenek.

Berada di dekat kedua calon mertua tentu membuatku harus menjaga sikap.Aku lihat ayah dan ibu Maura adalah sosok yang ramah dan baik hati.Mereka kemudian berkenalan denganku,Ayub,dan dr.Yusuf.

"Saya Pak Rudi."kata ayah Maura kepadaku,Ayub,dan dr.Yusuf.

"Saya Alvin."kataku sambil menjabat tangan beliau.

"Saya Ayub."kata Ayub sambil menjabat tangan beliau juga setelah aku selesai berjabat tangan dengan beliau.

"Saya dr.Yusuf."kata dr.Yusuf sambil menjabat tangan beliau setelah Ayub selesai berjabat tangan dengan beliau.

"Saya Ibu Zen."kata Ibu Maura kepada kami semua.

Ibu Zen dan Pak Rudi kemudian menghibur Maura yang nampak murung.Rupanya diantara semua cucunya,kakek paling akrab dengan Maura.Aku lihat gadis pujaan hatiku itu meneteskan airmatanya.Ingin kuhapus airmata itu namun Ibu Zen sudah terlebih dahulu menghapusnya.

Alhamdulillah.

Operasi berjalan lancar.Nyawa kakek berhasil diselamatkan.Kami semua melakukan sujud syukur.Kakek kemudian diperbolehkan ke ruang perawatan.

Maura tak sejengkal pun jauh dari kakek.Dia selalu duduk di samping ranjang kakek.Nampaknya Maura sangat tidak ingin berpisah dengan kakek.

Kemudian Pak Rudi mengajak kami untuk makan malam bersama di sebuah rumah makan pinggir jalan yang ada di dekat rumah sakit.Kami menerima ajakan itu.Nenek dan Maura tidak ikut karena keduanya ingin menjaga kakek.Mereka minta dibungkuskan saja makanan yang dibeli di warung makan pinggir jalan itu.Aku,Pak Rudi,Ibu Zen,Ayub,dan dr.Yusuf kemudian menuju ke rumah makan pinggir jalan itu.

Pak Rudi memesan menu ikan bakar untuk kami semua.Kami makan dengan lahapnya.Setelah makan kami tak langsung ke Rumah Sakit melainkan berbincang-bincang terlebih dahulu.

Pak Rudi dan Ibu Zen ingin mengenal kami bertiga lebih dekat.Mereka sudah tahu kalau kami bertiga adalah anak kos di rumah kakek.Aku,Alvin,dan dr.Yusuf memperkenalkan diri kami satu persatu.Nama,alamat asal,pekerjaan,dan hal-hal lain yang ingin diketahui oleh kedua calon mertuaku itu kami sampaikan dengan begitu mendetail.

"Kalian rupanya adalah para pemuda yang hebat."kata Pak Rudi."Mertua saya tidak salah menerima anak-anak kos seperti kalian."

"Titip Maura,ya...."kata Ibu Zen."Kami masih harus tetap disini saat kalian sudah kembali ke Sukajaya.Anggap Maura seperti adik kalian dan jaga dia."

Kami bertiga mengangguk.

Dalam hati aku berkata tidak ingin menganggap Maura sebagai adikku namun dia adalah calon ibu dari anak-anakku.

"Ayub,terima kasih telah melamar Maura."kata Pak Rudi.

"Sebenarnya kami belum mau jika Maura menikah.Bagi kami Maura sebaiknya fokus sekolah dulu."kata Ibu Zen.

Ayub mendengar itu dan dia diam saja.Aku sedikit bahagia mendengar pengakuan Ibu Zen dan Pak Rudi.Itu artinya mereka berat memberi restu kepada Maura jika gadis itu harus menikah muda dengan Ayub.

"Kami ingin Maura menikah saat dia sudah selesai kuliah S2."kata Pak Rudi.

"Apa Maura juga sependapat dengan om dan tante?"tanya Ayub.

"Entahlah.Dia masih diam."jawab Ibu Zen."Kami hanya bisa memberi saran saja.Semua keputusan ada di tangan Maura."

"Aku harap Maura mau menikah denganku.Aku sangat mencintainya."kata Ayub penuh harap.

"Tapi cinta tak bisa dipaksakan"kataku kepada Ayub.

"Apa kau juga mencintai Maura sampai berkata seperti itu kepadaku,Alvin?"tanya Ayub.

Aku tak menjawab pertanyaan Ayub.Aku segera pamit dengan alasan mau ke rumah orang tua ku yang kebetulan memang ada di Sekarjaya.Aku segera memanggil taxi yang kebetulan lewat.Aku masuk ke dalam taxi dan taxi pun melaju.Aku tidak ke rumah orang tuaku,mereka juga toh tidak pernah merindukanku,aku memilih ke Rumah Sakit Sekarjaya saja.

Setelah membayar ongkos taxi aku memutuskan menuju ke ruang perawatan kakek.Sebelum masuk ke ruang perawatan itu aku sempat mendengar percakapan nenek,kakek,dan Maura.

"Apa kakek bisa memberi pendapat?"tanya kakek pelan.

Maura mengangguk.Dia menggenggam tangan kakek erat.

"Menikahlah dengan dr.Yusuf saat kau sudah selesai kuliah S1."kata kakek.

Mendengar itu aku seperti digigit ular berbisa.

"Kakek suka dengan kepribadiannya.Tapi itu hanya harapan kakek semata karena kakek juga tidak tahu apa dr.Yusuf menyukaimu atau tidak"kata kakek pula.

Maura hanya diam mendengarnya.Aku kemudian mengetuk pintu.Nenek segera bangkit membuka pintu untukku.Aku masuk ke dalam ruang perawatan itu seolah tidak mendengar percakapan mereka tadi.

Ayub sudah melamar.

Dokter Yusuf sudah mendapat restu dari kakek.

Sedangkan aku?.Mau jadi batu saja?

________________________________________Tahun 2020

Naira sudah hendak melahirkan.Ilyas menghubungi kami melalui telepon.Aku dan suamiku bergegas ke rumah sakit saat itu juga.Di tengah wabah corona yang melanda Indonesia kami tetap harus menemani Naira melahirkan.Aku dan suamiku mengenakan masker saat ke rumah sakit.

Tasnim,Idris,dan Evy juga sedang dalam perjalanan menuju ke rumah sakit.Evy tidak bisa diantar oleh Tirta karena Tirta sedang tidak enak badan sehingga Evy ke Rumah Sakit bersama Idris yang datang menjemputnya.

Naira akan melahirkan di Rumah Sakit tempat Idris bekerja.Idris sudah menjadi dokter spesialis saat ini.Idris mengambil spesialis ahli dalam dan sudah punya tempat praktek sendiri.Begitu mendengar Naira akan melahirkan Idris langsung menutup tempat prakteknya dan datang menjemput Evy untuk ke Rumah Sakit bersama.

Tasnim tiba tepat setelah 5 menit aku dan suamiku tiba di Rumah Sakit.Kami bertemu di ruang tunggu Rumah Sakit.Kami kemudian bersama-sama mencari ruang bersalin Naira.Ilyas yang saat ini sedang menemani Naira sudah mengirim wa kepada kami bahwa dia dan isterinya ada di ruang VVIP No.3.

Kami kemudian tiba di ruangan tempat Naira akan bersalin.Naira nampak sedang berjalan-jalan di dalam ruangan.Kata dokter yang menanganinya Naira sudah dalam tahap pembukaan 7.

"Tidak praktek?"tanya dokter yang menangani Naira kepada suamiku.

"Tidak.Menemani isteri dulu di rumah."jawab suamiku.

Tidak lama kemudian Evy dan Idris tiba di tempat kami berada.Naira masih berada pada pembukaan 7.Naira belum mau berbaring.Dia berusaha untuk tetap berjalan-jalan di sekitar ruangan persalinannya.

Aku,Tasnim,Idris,Ilyas,dan Evy berharap Naira lekas melahirkan bayi yang sehat.Selain itu kami juga berharap Naira sehat dan bisa mendidik sang anak dengan baik bersama Ilyas.

Di tengah pandemi corona kami VITAMIN tetap bisa berkumpul untuk saling menguatkan.Kami sudah menua dan bahkan sudah ada yang memiliki anak (Idris sampai sekarang masih kuat menjomblo).Kami pun sudah punya karir masing-masing yang baik.Meski punya kesibukan masing-masing untuk di keadaan seperti ini kami selalu menyempatkan diri untuk bersama-sama.Persaudaraan kami kehangatannya masih tetap sama bahkan kami semakin saling memahami di masa-masa sulit seperti merajalelanya virus corona ini.

Saudara akan tetap menjadi saudara.Namun jika dalam persaudaraan tak ada kehangatan maka itu hanya menjadi sebuah titel yang penuh formalitas saja.Kadang saudara lupa siapa saudaranya.Kadang saudara lupa mengunjungi saudaranya.Kadang saudara enggan menolong saudaranya.

Aku senantiasa berharap kepada Allah agar menjaga persaudaraan kami untuk selamanya.Agar persaudaraan ini jangan sampai jatuh pada titik dimana persaudaraan hanyalah ada dalam formalitas saja.Agar persaudaraan ini kehangatan dan kebersamaannya bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.

Alhamdulillah.

Hingga tahun 2020 ini VITAMIN tidak pernah pecah.VITAMIN selalu solid.Kami saling mendukung satu sama lain.Jika satu sakit semua turut merasakannya dan ikut menolongnya.Jika satu berbahagia maka kami semua juga turut menerima imbasnya dan ikut berbahagia pula.

..................