webnovel

BAB 13 . TAMU TAK DIUNDANG

_____________________________________Tahun 2000

Dokter Yusuf menghidangkan puding buatannya di atas meja.Ternyata bukan hanya Ayub,nenek,dan Ilyas yang pandai memasak di rumah ini.Dokter Yusuf yang kerjanya mengobati orang itu rupanya pandai juga mengolah makanan menjadi hidangan yang lezat.

Hari ini aku berhasil naik ke kelas 2 SMA dan menjadi juara I Umum.Hal itu membuat kakek dan nenek membuat perayaan kecil di rumah.Tasnim dan Idris sudah ada di Jakarta sehingga perayaan ini hanya dirayakan oleh kakek,nenek,aku,Evy,Ilyas,Alvin,Tirta,Ayub,dan dr.Yusuf.

Puding itu habis seketika.Rasanya juara.Kulihat Alvin tersenyum saat memakannya dan kini Alvin sedang meminum minuman favoritnya yakni orange jus.

Esok lebih mengejutkan lagi.Kali ini tidak ada pesta atau acara apapun.Tapi,Alvin malah menghidangkan puding buatannya sendiri juga.

"Alvin rupanya juga jago masak."kata Ilyas."Aku semakin merasa tidak kesepian.Biasanya Tasnim dan Idris suka meledekku karena pintar memasak.Kali ini dengan adanya Alvin,dr.Yusuf,dan Ayub aku dengan bangga menyatakan bahwa laki-laki juga tidak salah jika pandai memasak."

Dan esok harinya lebih fantastis lagi.Untuk makan siang Ilyas mengajak Alvin,dr.Yusuf,dan Ayub untuk berkolaborasi dengannya.Mereka tampak gagah berada di dapur.Beruntung ini hari Minggu sehingga dr.Yusuf tidak harus ke PUSKESMAS.Sementara Alvin dan Ayub masing-masing memiliki karyawan di toko mereka.Jadi selama para owner ini sibuk memasak para karyawan itulah yang menjaga toko.

Mereka memasak banyak resep.Banyak hasil kebun kakek yang mereka olah di dapur.Bahan tambahan lainnya mereka beli melalui uang patungan kami semua.Jika saat itu ada kamera pasti aksi mereka ini sudah ku foto bahkan ku rekam dalam bentuk video dan ku upload di Youtube.

Aku,Evy,dan Tirta duduk manis di kursi yang ada di dapur sambil memperhatikan para pemuda ini beraksi.Rupanya Tirta adalah satu-satunya pemuda yang tidak pandai memasak di rumah ini.

Nenek sangat senang mengetahui empat pemuda di rumahnya adalah pria-pria yang pandai memasak.Bahkan mereka kini membentuk grup piket.Hari Senin dr.Yusuf yang bertindak memasak untuk sarapan.Hari Selasa adalah piketnya Alvin.Hari Rabu piketnya Ayub dan di hari Kamis piketnya Ilyas.Di empat hari itu nenek hanya perlu memasak untuk menu makan siang dan malam saja.Di hari Jum'at adalah piket masak sarapan untuk dr.Yusuf dan Alvin.Di hari Sabtu adalah jadwal piket masak sarapan untuk Ayub dan Ilyas.Nenek hanya memasak menu makan siang dan malam di dua hari itu.Dan untuk di hari Minggu adalah piket masak sarapan,makan siang,dan makan malam untuk dr.Yusuf,Alvin,Ayub,dan Ilyas sehingga nenek tidak perlu memasak apapun di hari itu.

Masakan Ilyas,Alvin,dr.Yusuf,dan Ayub pun sudah matang semua.Menu yang mereka masak adalah nasi kuning,ayam goreng,sayur kangkung tumis,rendang sapi,puding cokelat,orange jus,dan kerupuk udang.Mereka menghidangkan masakan itu di atas meja dengan metode penyajian yang begitu menarik.

Kami semua sudah berkumpul di meja makan.Duduk manis untuk siap menikmati lezatnya menu makan siang yang tidak biasa ini.Kakek memimpin do'a sebelum makan.Kami berdo'a dengan khusyuk dengan mata kami sesekali melirik ke hidangan yang ada di meja.Hidangan itu begitu menggiurkan.Setelah memimpin do'a kakek mengambil nasi terlebih dahulu.Setelah itu kakek mempersilahkan kami semua untuk makan bersama.

Aku segera menyendok nasi kuning,mengambil 1 potong ayam goreng,2 sendok sayur,2 sendok rendang,dan 5 buah kerupuk udang.Aku segera menyantap hidangan itu dan aku langsung terpesona oleh rasanya.Rasanya mantap.Bumbunya pas.

"Enak."pujiku.

"Mantap."kata Evy.

"Delicious."kata Tirta.

"Lezat."kata nenek.

"Luar biasa."kata kakek.

Alvin,dr.Yusuf,Ayub,dan Ilyas tersenyum menerima pujian tersebut.Pujian tak membuat mereka tinggi hati.Justru pujian itu membuat mereka lebih terpecut untuk menjadi lebih baik lagi.

Perut kenyang,hati lapang.Aku dan Evy kemudian menuju ke ruang tengah untuk menonton.Hari Minggu yang cerah.Cucian kami juga sudah mulai kering,sepertinya sore sudah bisa diambil untuk dilipat.Kami memutar channel favorit kami.

Tak lama kemudian Tirta,Alvin,dr.Yusuf,Ayub,dan Ilyas datang bergabung.Mereka tadi masih mencuci piring kotor.Menu cemilan untuk menonton juga disediakan yakni puding cokelat dan orange jus.

Ada tamu yang datang.Mereka adalah orang tua kandung Ayub.Kakek dan nenek menerima kehadiran mereka di ruang tamu.Ayub menghidangkan teh dan kue di meja tamu.Setelah itu Ayub ikut bergabung bersama mereka.

Suara TV kami kecilkan sampai titik 0.Kami tetap berada di ruang tengah tapi penasaran dengan apa yang terjadi di ruang tamu.

"Perkenalkan saya Pak Ardi dan ini isteri saya Bu Feni.Kami berdua adalah orang tua Ayub."kata Pak Ardi.

"Ya.Kami adalah pemilik kamar kos tempat Ayub tinggal."kata kakek."Silahkan diminum tehnya."

Pak Ardi dan Ibu Feni saling pandang.Setelah itu mereka meminum teh yang ada di hadapan mereka.

"Ada yang hendak kami sampaikan kepada anda terkait kedatangan kami hari ini."kata Pak Ardi.

"Oh,ya."kata nenek.

"Apa Maura adalah cucu anda?"tanya Ibu Feni.

"Ya."jawab kakek.

"Ayub memberitahu kami bahwa dia menyukai Maura."kata Pak Ardi.

"Semula kami ingin menjodohkan Ayub dengan anak sahabat kami.Namun Ayub menolak.Alasannya karena dia sudah menyukai Maura."kata Ibu Feni.

Percakapan itu terdengar di telinga kami karena kami memang menguping.Aku tak tahu harus mengatakan apa saat tahu kalau kedua orang tua Ayub sudah tahu kalau Ayub menyukaiku.

Kulihat dr.Yusuf dan Alvin terbakar api cemburu.Alvin malah segera pergi dari ruang tengah.Dia lewat dapur dan keluar menuju halaman.Dia mengendarai sepeda motornya dan pergi entah kemana.

Sementara itu dr.Yusuf hanya diam saja.Dia ingin terlihat biasa saja saat ini meski sebenarnya hatinya menjerit.

"Nenek Ayub sudah sangat tua.Beliau sudah ingin segera menimang cucu.Jadi jika Maura mau kami akan segera menikahkannya dengan Ayub dalam waktu dekat ini."kata Ibu Feni.

Aku?

Menikah?

"Untuk memutuskan hal itu kami perlu menanyakan semua kepada Maura."kata nenek.

Nenek segera bangkit dari kursi.Ayub hanya diam menunduk.Dia sepertinya berharap agar aku menerima lamaran ini.Nenek kemudian menemuiku di ruang tengah.Kami yang semula menguping menampakkan ekspresi seolah dari tadi kami sedang serius menonton TV.

"Menonton TV kok tidak ada suaranya?"tanya nenek saat sudah tiba di ruang tengah.

Ya Allah,kami lupa tentang volume TV nya.

"Sekarang lagi trend begitu,nek."jawab Ilyas sekenanya.

Nenek tersenyum.

"Maura,bisa ikut nenek ke ruang tamu."kata nenek sambil mendekatiku lalu menarik lenganku.Kulihat dr.Yusuf menatap tembok dengan tatapan mata yang begitu kosong.

Aku mengangguk.Aku berjalan sambil digandeng oleh nenek.Kini aku dan nenek sudah tiba di ruang tamu.Ayub tidak berani melihatku,dia masih terus menunduk.Aku kemudian duduk di samping nenek.Aku duduk tepat di hadapan Ibu Feni calon ibu mertuaku.

Ibu Feni tersenyum kepadaku.Beliau memperhatikanku dengan begitu seksama.Aku membalas senyuman beliau dengan senyuman manis pula.

"Gadis yang cantik."puji Ibu Feni.

Para pengintip dari ruang tengah tentu mendengarnya.Dokter Yusuf seperti hendak menyuntikkan obat anestesi di dalam tubuhnya saat ini juga agar dia sepenuhnya tidak sadar untuk mendengar apa yang akan terjadi nanti.

"Perkenalkan nama saya Maura."kataku kepada Ibu Feni dan Pak Ardi.

Ibu Feni menjabat tanganku,menatapku dengan begitu penuh kasih sayang.Pak Ardi juga menjabat tanganku dan dari sinar matanya aku bisa membaca bahwa beliau sangat ingin aku menjadi anak mantunya.

"Kami adalah orang tua Ayub.Kami datang khusus melamarmu untuk Ayub."kata Ibu Feni kepadaku.

Aku berpura-pura bersikap seolah baru mendengar semua ini.Aku menampakkan ekspresi yang meyakinkan sehingga nenek yakin tadi aku tidak menguping.

"Apa kau mau menikah dengan Ayub di tahun 2001?"tanya Ibu Feni kepadaku.

Tahun 2001 tinggal beberapa bulan lagi dari sekarang.Di bulan berapa Ayub akan menikahiku?

"Setelah menikah dan punya anak kamu bisa bersekolah kembali."kata Pak Ardi.

"Sebentar lagi rumah Ayub akan jadi,setelah menikah kalian berdua bisa tinggal di rumah itu."kata Ibu Feni.

Aku melirik Ayub.Pemuda yang katanya mencintaiku ini sama sekali tidak berbicara.Dia hanya menunduk dan diam.

"Apa bisa aku diberi waktu seminggu untuk berpikir?"tanyaku.

___________________________________________Tahun 2020

Malam telah tiba.Aku dan suamiku melewatkan waktu santai bersama anak-anak kami.Anak-anak kami adalah laki-laki dan perempuan.Anak pertama bernama Agadaud Raja Rahman,usianya sudah hendak menginjak angka 17 tahun.Anak kedua bernama Ainuh Ratu Rahman,usianya sudah 8 tahun.

Jarak usia Agadaud dan Ainuh sangat jauh yakni 9 tahun.Hal itu terjadi karena aku masih ingin kuliah setelah Agadaud lahir.Aku mulai kuliah saat Agadaud berusia 2 tahun.Aku kuliah S1 selama 4 tahun dan S2 selama 2 tahun.Setelah itu aku mulai program hamil lagi dan akhirnya dikaruniai Ainuh.

Menikah muda bukanlah hal yang susah.Karena suamiku begitu mencintai dan memahamiku maka pernikahan kami berjalan harmonis dan damai.Kami melewati semua rintangan bersama-sama dengan saling mendukung satu sama lain.Apalagi sebagai pasangan pengantin baru kami sudah harus hidup di perantauan,kami belajar banyak hal bersama-sama.

"Bu,kenapa ibu bisa menyukai ayah?"tanya Agadaud kepadaku.

Agadaud duduk tepat di samping ku saat ini.Di samping dia duduk suamiku yang sedang memangku Ainuh.Kami duduk di kursi sofa yang empuk sambil menatap langit penuh bintang dari balik jendela kaca.

"Karena ayahmu baik hati."jawabku sambil membelai rambut Agadaud.

"Lalu apa yang membuat ayah jatuh hati kepada ibu?"tanya Agadaud kepada suamiku.

"Karena ibumu tidak pernah mahir mengendarai sepeda motor."jawab suamiku bercanda.Candaan yang tidak mengandung dusta sama sekali.Aku sampai sekarang memang belum mahir juga mengendarai sepeda motor.

"Jika ibu tidak mahir mengendarai sepeda motor seharusnya ayah harus rajin mengajari ibu"kata Ainuh.

"Apa ayah pernah mengajari ibu mengendarai sepeda motor ?"tanya Agadaud.

...................