webnovel

Sosok Misterius

Setelah sampai di ruangan yang biasa Brielle gunakan untuk menunggu, dia melihat ponselnya sudah mendapat beberapa pesan chat.

"Nomor yang sama dengan yang menelpon tadi," lirih Brielle sembari menatapnya.

Dia membuka pola kunci ponselnya dan melihat isi chat yang dikirimkan.

"Bagaimana malammu bersama idol pria sekaligus produser musikmu itu? Apa nikmat?" tulis seseorang itu.

Brielle segera memeluk ponselnya itu dengan tangan gemetar dan wajah panik. Dia tak menyangka seseorang mengetahui hal yang dia lakukan dengan kekasihnya. Baru beberapa jam lalu Seo Yeon mengatakan padanya jika semua aman dan bisa di jamin. Tapi sekarang sudah ada seseorang yang mengiriminya pesan misterius seakan dia tahu apa yang semalam dia lakukan.

"Apa ini? Siapa dia?" tanya Brielle begitu ketakutan.

Hatinya tak tenang, padahal hari ini dia masih ada sesi latihan bersama koreografernya. Tapi saat ini tiba-tiba kepalanya sakit dan terasa remuk sudah semuanya. Dia tak bisa mengabaikan begitu saja pesan singkat itu.

Brielle menelpon kekasihnya yang saat itu masih berada dalam perjalanan menuju management.

"Ada apa? Mengapa sudah menelpon?" tanya Seo Yeon.

"Kau bisa ke ruanganku? Ada sesuatu yang terjadi, aku ingin kau lihat," ujar Brielle dengan suara gemetar.

"Sesuatu? Apa itu?" desak Seo Yeon.

"Tak bisa bicara di telepon," sahut Brielle.

"Tunggu aku di ruang rekaman sebelah ruang kerjaku. Aku akan segera masuk," kata Seo Yeon.

Brielle segera berjalan menuju ruang rekaman. Langkah kakinya begitu terburu dan matanya tak henti memindai situasi sekitarnya melihat hal-hal yang mungkin saja mencurigakan. Namun semua tampak biasa saja. Semua tampak lenggang dan tak ada yang terjadi.

Beberapa staf dan kru management bahkan menyapanya dengan biasa. Sinar mata Brielle tak lepas dari rasa takut dan gelisah. Dia membuka pintu ruang rekaman yang bernuansa hitam. Aura Soe Yeon sangat kental, hitam dan sedikit gelap. Sekali masuk saja sudah tentu tahu itu ruangan siapa.

"Kental sekali aroma dan kehangatan warna hitammu," lirih Brielle.

Tak lama Seo Yeon datang dan segera mengunci ruangan itu. Wajahnya khawatir setelah menerima panggilan Brielle.

"Ada apa? Mengapa kau ketakutan?" tanya Seo Yeon.

Brielle mengatur napasnya. Dia sedang menetralkan kecemasan yang kembali datang setelah melihat wajah kekasihnya.

"Lihat ini," kata Brielle sembari memberikan ponselnya.

Tanpa ragu Seo Yeon mengambil ponsel itu dari tangan Brielle. Dia melihat apa yang sebenarnya terjadi. Dia mencoba mengerti apa yang membuat Brielle begitu ketakutan.

Seo Yeon membaca pesan itu dan mengalihkan pandangan ke arah Brielle yang masih berdiri dengan wajahnya yang gelisah.

"Siapa yang tahu nomor ponselmu? Bukankah semua nomor melalui managermu? Ini nomor ponsel pribadi yang bahkan hanya aku, managermu dan orang tuamu saja yang tahu?" desak Seo Yeon.

"Jika aku tahu siapa dia tentu saja aku tak bingung dan takut. Aku tak tahu siapa dia, dari mana dia mendapat nomor ponselku dan lebih lagi dia tahu tentang hubungan kita semalam," jelas Brielle.

Seo Yeon mencatat nomor ponsel itu dan meminta orangnya menyelidiki.

"Kau tenang saja, aku akan selesaikan," ujar Seo Yeon.

Ingin sekali rasanya Brielle percaya pada pria yang sudah enam bulan mengencaninya itu. Tapi kenyataannya lain, Brielle tak bisa melepaskan begitu saja perasaan takut dan gelisahnya itu. Pelukan hangat Seo Yeon pun tak bisa meluruhkan semuanya. Brielle tetap dilanda rasa tak mengenakkan itu.

"Kembali ke ruanganmu, jika ada yang bertanya padamu apa yang kita lakukan, katakan saja jik aku menawarimu lagu baru. Kau dengarkan demonya," pesan Seo Yeon.

Pria itu benar-benar bisa membuat Brielle merasa dicintai dan diperhatikan. Bahkan Seo Yeon memikirkan sampai sejauh itu. Bukan hanya tentang keamanan pribadi tapi juga untuk keberlangsungan karir gadis itu.

Kecupan manis mendarat di kening Brielle, dia segera keluar dengan hati yang sedikit lebih tenang. Saat kakinya melangkah keluar sudah ada seorang pria yang berdiri di sana, Kim Errol—teman Seo Yeon dalam boy grub-nya.

"Kau berkencan dengannya? Sering sekali aku melihat kalian bersama," hardiknya.

"Masuk dan dapatkan jawabannya di dalam. Aku tak punya waktu untuk meladeni pertanyaan tak penting," balas Brielle.

"Hyak, kau ini bicara apa? Tak sopan sekali. Jangan berpikir artis terkenal bisa seenaknya berlaku padaku, aku jauh lebih dahulu terkenal darimu," umpat pria yang berprofesi sebagai rapper boy grub.

Brielle tak menggubris dan segera meninggalkan pria aneh yang tak berhenti mengumpatnya itu. Dia menuju ruangannya dan mengambil tas kostumnya.

"Jadwal latihan hari ini berada di ruang 3, ruang 2 akan digunakan grub rocky," kata Hyo Shin.

"Hm," balas Brielle.

Gadis itu segera berjalan menuju ruang latihan, tapi saat di dalam lift ponselnya membunyikan notifikasi pesan lagi.

"Video," lirih Brielle.

Seseorang yang sangat misterius itu mengirim potongan adegan ranjang yang Brielle dan Seo Yeon lakukan semalam. Setelah melihatnya, Brielle menutup rapat kedua matanya dan merasakan hancur yang luar biasa. Seseorang itu benar-benar tahu apa yang keduanya lakukan semalam.

"Aku harus pulang sekarang, aku tak bisa latihan," kata Brielle dalam hati.

Dia segera keluar dari lift dan masuk lift lain untuk turun. Dengan hati yang tak karuan dia berjalan menyusuri lorong menuju basement. Dengan mobilnya dia kembali ke apartemen miliknya. Dia benar-benar tak bisa mengabaikan hal ini. Tak hanya menganggu pikiran dan hatinya, kejadian ini sudah seperti sebuah ancaman yang menakutkan.

"Brielle tak datang ke ruang latihan? Dia sudah keluar dari satu jam yang lalu," kata Hyo Shin saat koreografer Brielle menelpon.

"Tapi dia tak di sini," balasnya.

Hyo Shin segera keluar dari ruangannya. Dia berjalan menulusuri koridor dan pergi melihat mobil gadis itu. Benar saja mobilnya tak ada.

"Sepertinya Brielle pergi, biar aku hubungi dia," jelas Hyo Shin dan segera menutup panggilan teleponnya.

Dia berganti menghubungi artisnya itu. Beberapa panggilan tak dijawab. Brielle sengaja mengabaikan panggilannya dan memilih diam. Saat dia membuka pintu apartemen seorang asistennya sedang membaca sebuah kartu ucapan yang dia ambil dari sebuket bunga mawar merah berukuran besar.

"Ah, Nona sudah kembali," sapa asistennya.

"Kiriman bunga?" tanya Brielle.

"Benar, Nona. Baru saja kurir mengantarnya." Asisten itu menyerahkan buket besar itu pada Brielle.

Pikiran gadis itu melayang, ini pasti bagian dari ulang tahun debutnya, hanya saja ini adalah satu-satunya hadiah yang datang langsung ke rumahnya. Semua bentuk ucapan dan hadiah diterima di management. Tapi satu hadiah datang langsung ke rumahnya.

"Min Seo Yeon," batin Brielle.

Dia mengira kiriman bunga itu dari sang kekasih. Dia berpikir Seo Yeon ingin mengirimnya secara pribadi sebagai tanda cinta.

"Malam indah itu terabadikan dengan sangat sempurna, jika kau ingin melihatnya datang malam ini ke alamat yang aku kirim melalui pesan singkat." Tertulis di kartu ucapan yang terselip di buket itu.

* * *