webnovel

Hancur

Malam canggung itu membuat Brielle merasa begitu sungkan. Pembicaraan yang salah membuatnya semakin tertekan. Tak ada yang terjadi setelah itu selain suasana hening. Hyun Jung juga merasa ini adalah hal yang begitu menyebalkan. Kejantanan pria itu seketika dipertaruhkan oleh keadaan yang tak akan pernah bisa membuatnya melupakan hal ini.

"Aku terlihat begitu bodoh dan begitu buruk?" batin Hyun Jung.

Wanita yang sudah resmi menjadi istrinya itu juga sedari tadi tak keluar kamar mandi karena merasa sangat kaku.

"Mengapa aku begitu buruk? Bukankah aku sudah bertekad untuk bersikap biasa dan membuarkan Hyun Jung melakukan apa yang dia inginkan?" lirihnya sembari menatap dirinya yang begitu menyedihkan dari cermin.

"Siapa yang akan membuat keadaan menjadi mudah untukku selain diriku sendiri," gumam Hyun Jung dan menerobos masuk pintu kamar mandi.

Pria itu memasang wajah teduh tapi mengerikan, seperti biasa pria arogan yang begitu terobsesi pada aura bintang Brielle itu akhirnya memantapkan diri untuk segera memulai malam panjangnya bersama sang istri.

"Apa yang kau lakukan?" desak Brielle yang begitu terkejut dengan kedatangan suaminya.

"Mengapa kau lama sekali? Apa kau sengaja melakukan ini?" tanya Hyun Jung dengan sangat polos.

Brielle terdiam tanpa kata, tak ada yang bisa dia lakukan selain membuat keadaan menjadi lebih mudah bagi dirinya sendiri dengan menutupi rasa canggung.

"Kau merasa ragu?" tanya Hyun Jung lagi.

"Sedikit," jawab Brielle.

Keduanya segera berjalan keluar kamar mandi, mereka berdua ingin menyingkirkan rasa canggung karena beranggapan keduanya sudah harus melaksanakan kewajiban masing-masing sebagai pasangan. Kedua manusia yang berada dalam satu ruangan dan satu atmosfir udara itu terlihat sangat kku.

"Kita justru menyedihkan seperti ini, aku merasa kita sangat berbeda sebelum ini," kata Hyunn Jung.

"Kau benar, mengapa menjadi seperti ini? Bukankah kita hanya harus ingat jika kita adalah suami istri selama dua tahun ke depan?" jawab Brielle.

Kalimat itu terasa menyakitkan bagi pria bermarga Jeon itu. Bagaimana tidak, semua ini menjadi terdengar sangat klise. Pernikahan yang begitu berarti bagi Hyun Jung, ternyata hanya sebuah permainan bagi Brielle.

"Ah, aku tahu kau sama sekali tak inginkan ini terjadi. Tapi apa tak bisa sedikit saja berhenti mengatakan ini semua dan membuat keadaan menjadi lebih baik? Mengapa selalu membuat keadaan menjadi runyam?" sentak Hyun Jung.

"Kau marah? Mengapa harus marah?" sebut Brielle.

"Aku bersumpah atas nama diriku, aku tak akan segan melakukan apa yang aku ancamkan padamu jika kau terus membahas pernikahan kontrak ini," ancam Hyun Jung tak main-main.

Rupanya perkataan Brielle itu cukup membuatny amerasa terusik. Bagaimana tidak, seorang pria yang berharap kebahagiaan dan nikmatnya dunia pernikahan justru dibuat kesal dengan kalimat yang sangat tak bertanggung jawab.

Keadaan ini memang bukan hal yang Brielle inginkan, hanya saja ini adalah impian Hyun Jung, dia sangat mencintai Brielle dan begitu bahagia bisa menikah dengan wanita yang amat sangat dia cintai. Dengan dalih dan ancaman yang membuat Brielle akhirnya menurut untuk menikah, akhirnya Hyun Jung menemukan titik penderitaan.

"Kurasa akan sangat sulit menjalani ini, dia bahkn tak pernah melirikku sebagai seorang pria. Dia memandangku sebagai seorang penjahat yang sedang menakutinya," batin Hyun Jung.

Pria itu mengenakan kembali kemejanya dan berjalan keluar kamar, dia menjadi sangat tegang dan merasa tak ingin membuat keadaan menjadi lebih rumit lagi.

"Kau mau kemana?" tanya Brielle.

"Tidurlah, jangan membuat dirimu menjadi lebih sulit lagi. Kau harus istirahat," ujar Hyun Jung tanpa menoleh ke arah istrinya.

Dia melanjutkan langkah dan menuju tempat pesta yang masih riuh suara teman-teman dan kerabat yang masih di sana. Masih terdengar alunan musik lembut dan mereka yang saling meneguk alkohol bersama.

"Kau keluar lagi?" tanya Tae Hyun.

"Ah, Hyung," sahut Hyun Jung.

"Wajahmu terlihat sangat kusut. Apa ada masalah?" tanya sepupu suami Brielle itu.

"Bukan, aku hanya mengantar istriku masuk, aku masih ingin menyapa kalian," dustanya.

"Ah, duduklah. Ambil gelasmu dan ayo minum," ajak Tae Hyun.

"Hm," sahut Hyun Jung dan segera duduk diantara teman dan kakak sepupunya.

Mereka mengobrol akrab dan sesekali meledek sang pengantin baru. Mereka mengeluarkan banyolan-banyolan yang membuat Hyun Jung sedikit melupakan kegelisahan hatinya.

"Jangan sampai kau mabuk dan membuat kesalahan, Hyun." Tae Hyub mengingatkan adik sepupunya.

"Aku tak akan mabuk hanya dengan dua gelas wine, Hyung. Jangan terlalu khawatir," balas sang pengantin baru.

"Tae Hyun benar, kau bisa melakukan kesalahan di malam pengantin saat mabuk," timpal teman yang lain.

Malam menjadi semakin lkarut, Hyun Jung masih asyik dengan beberapa teman yang tersisa termasuk Tae Hyun. Mereka masih engan meninggalkan meja itu karena masih ingin mengobrol. Pria-pria itu banyak membahas perusahaan dan lingkup pasar bisnis yang sama-sama mereka geluti.

"Apa kau benar-benar memutuskan untuk mengakhiri kontrak istrimu dengan managementnya?" tanya Tae Hyun.

"Kami belum bicarakan apa pun, kurasa ini bisa dibicarakan," jawab Hyun Jung.

"Cobalah, jika jwa istrimu adalah seorang entertainer sejat dia pasti akan seperti Ae Ri, selalu menolak pada keputusanku untuk mundur dari dunia itu," jelas Tae Hyun.

"Ah, Hyung. Jangan samakan istriku dengan istrimu itu. Di sisni banyak media, kau sungguh hebat bisa menahan semua kemarahan dan kekesalanmu pada Ae Ri Noona. Bahkan kalian berdua berdansa menikmati malam," ejek Hyun Jung.

Tae Hyun melirik ke arah lantai dansa, sebuah acara yang bisa membuatnya bersentuhan lagi dengan istri yang tak bisa dia hentikan dari aktivitasnya di dunia hiburan. Kesalah pahaman keduanya membaut Tae Hyun memilih untuk meninggalkan sang istri yang dia anggap keras kepala.

"Ae Ri sangat mempesona, dia memiliki sesuatu yang istimewa. Aku bisa marah padanya melalui sambungan telepon, tapi aku tak pernah bisa menyakitinya secara langaung," ucap Tae Hyun.

"Kau ini sungguh aneh, mengapa begitu egois dengan semuai ini, bukankah ini adalah sebuah hal yang sangat disayangkan. Kalian seperti pasangan pernikahan kontrak saja," sahut teman lain.

Hyun Jung terperanjat mendengar kalimat pernikahan kontrak, dia hampir saja tersedak wine yang baru saja akan mengalir di tenggorokannya.

"Kau tak apa, Hyun? Ada apa? Berhati-hatilah," ucap Tae Hyun sembari mengusap lembut bahu sang adik.

"Obrolan kita sungguh sangat buruk, kita sangat akrab dan terlihat sangat dekat. Siapa sangka jika kita memiliki pertemanan yang buruk, kita tak pandai memberi solusi dan cenderung akan mengumpat teman yang kita anggap payah." Hyun Jung mengeluarkan apa yang menjadi isi hatinya.

Pria itu benar-benar seperti sedang dihukum keadaan. Tanpa sengaja seseorang membuat keresahan hati yang dia rasakan muncul lagi ke permukaan. Hyun Jung yang semula sudah lebih baik, kembali menjadi sedikit sesak. Pernikahan yang dia impikan nyatanya hanya sebuah pernikahan kontrak yang memiliki masa yang akan berakhir.