webnovel

NITYASA : THE SPECIAL GIFT

When death is a blessing. Bagaimana jika lingkup sosial kita di isi oleh orang-orang menakjubkan? Diantaranya adalah orang yang mempunyai anugerah di luar nalar. Salah satunya seorang bernama Jayendra yang berumur lebih dari 700 tahun dan akan selalu bertambah ratusan bahkan ribuan tahun lagi. Dia memiliki sebuah bakat magis yang disebut Ajian Nityasa. Kemampuan untuk berumur abadi. Mempunyai tingkat kesembuhan kilat ketika kulitnya tergores, tubuh kebal terhadap senjata dan racun, fisik yang tidak dapat merasakan sakit, serta tubuh yang tidak menua. Namun dari balik anugerah umur panjangnya itu, gejolak dari dalam batinnya justru sangat berlawanan dengan kekuatan luarnya. Pengalaman hidup yang dia lewati telah banyak membuatnya menderita. Kehidupan panjang tak bisa menjaminnya untuk bisa menikmati waktunya yang melimpah. Kebahagiaan tak lagi bisa dia rasakan. Dari semua alasan itu, maka baginya kematian adalah hal yang sangat ia damba. Tetapi malaikat pencabut nyawa bahkan tak akan mau mendekatinya yang telah dianugerahi umur abadi. Pusaka yang menjadi kunci satu-satunya untuk menghilangkan Ajian Panjang Umur itu telah lenyap ratusan tahun lalu. Maka jalan tunggal yang harus ditempuh adalah kembali ke masa lalu. Tidak, dia tidak bisa kembali. Orang lain yang akan melakukan itu untuknya. Seorang utusan akan pergi ke masa lalu bukan untuk merubah, tetapi untuk menguji seberapa besar batasan kepuasan manusia. Masa lalu berlatar pada awal abad 13 di Kerajaan Galuh pada masa kepemimpinan Maharaja Prabu Dharmasiksa. Di zaman itulah misi yang semula hanya untuk mengambil sebuah pusaka seolah berubah menjadi misi bunuh diri. Kebutaan manusia akan sejarah membuatnya terjebak pada konflik era kolosal yang rumit. Mampukah mereka melakukannya? Atau akan terjebak selamanya?

Sigit_Irawan · Sejarah
Peringkat tidak cukup
240 Chs

156. Duka Di Galuh Raya

"Kang. Kalau jalan jangan terlalu cepat. Aku lapar!" keluh Saksana dengan napas terengah. Langkahnya yang kalah cepat membuatnya tertinggal di belakang. Lingga terlihat sebal akan suatu hal, dia melangkahkan kaki menyapu semak belukar yang menghalangi jalan setapaknya. Tak peduli jika kakinya harus tertusuk dan tersayat duri-duri tanaman liar.

"Gara-gara kamu kita harus jalan kaki." Lingga semakin mempercepat langkahnya. "Kamu seharusnya tahu kalau sudah lebih dari dua pekan kita belum menemukan hasil apa-apa."

"Bagaimana mau berhasil kalau kita tidak punya tujuan jelas." Saksana berlari kecil hendak segera menyusul langkahnya, dia meraih bahu Lingga. Menahannya supaya berhenti berjalan. "Sudah, Kang. kita istirahat dulu cari makan."

Lingga berhenti kemudian menatapnya kesal. Seolah Saksana telah membuat kesalahan yang cukup merugikannya.

Bab Terkunci

Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com