webnovel

Mystic Boy

(50% horror/thriller, 50% romance) Sadewa Pamungkas, laki-laki tampan dengan penampilan urakan, serta suaranya yang keren. Namun, dia harus menerima kenyataan bahwa dirinya memiliki indera keenam yang tak pernah ia inginkan.

Roy_Kiyowo · Seram
Peringkat tidak cukup
84 Chs

Sadewa (Chapter 30)

Dewa yang tengah dirasuki itu mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Ia sedang mengejar-ngejar sesosok pemilik asli raganya ini. Elen yang tak sengaja melihat sosok laki-laki itu pun menyuruh supir taksi yang tengah mengendarai itu.

"Pak, putar balik, dan ikuti motor itu," perintah Elen sembari menunjuk motor Dewa.

Di sisi lain, Benny dan Ki Agung baru saja tiba di hotel untuk menjemput Amor yang kala itu tengah menangis. Wajah gadis itu terlihat bengkak akibat tamparan keras dari Dewa. Benny pun menghampiri gadis itu.

"Mor, muka lo kenapa? Kok bisa bengkak gitu?" tanya Benny dengan penuh kekhawatiran kepada sahabatnya. Gadis itu pun menatap Benny dan menghapus air matanya.

"Ben, tolongin Dewa ..." ucap Amor. "Dia dalam bahaya ..."

"Tapi siapa yang bikin elo kayak gi ..." Amor segera memotong pertanyaan Benny.

"Please, tolongin Dewa, Ben ..." pinta Amor sembari terisak. Ki Agung yang daritadi memejamkan mata, akhirnya membuka matanya.

"Aku rasa, aku tahu ke mana laki-laki itu akan membawa roh jahat yang merasuki tubuhnya," ucap Ki Agung.

*****

Laki-laki itu akhirnya menghentikan motornya di sebuah tebing yang tak ada orang di sekitarnya. Tebing itu juga tak terlihat tinggi, namun cukup licin karena tanah yang lembab akibat hujan yang sepertinya baru reda beberapa menit yang lalu.

"Jadi, kamu ingin mengakhiri semuanya di sini?" ucapnya kepada sosok yang saat ini berada di hadapannya, yaitu roh Dewa.

"Keluarlah dari tubuhku," pinta Dewa sembari menatap tajam roh jahat itu. Namun, roh jahat yang merasukinya itu justru terkekeh-kekeh.

"Kalau aku nggak mau melakukannya, kamu mau apa?" Roh jahat itu tersenyum dengan sangat sinis. Tetapi, tiba-tiba Elen memanggilnya.

"Dewa, kamu ngapain ada di sini?" tanya Elen yang tak mengetahui apapun. Ia juga tak bisa melihat roh Dewa yang masih berada di sana.

"Oh, nggak apa-apa. Tadi, gue cuma ngeliat ada makhluk jahat di sini," sahut laki-laki itu sembari tersenyum. Dewa yang sedaritadi sangat kesal dengan ulah roh jahat itu mencoba mencari akal. Bagaimana agar roh itu bisa keluar dari tubuhnya?

"Oh ya, aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Bisa kita ngobrol di tempat lain?" tanya Elen. Tanpa berlama-lama, laki-laki itu menyetujui ajakan Elen.

Dewa yang melihat semua itu tentu saja tak bisa membiarkan roh jahat itu semakin menguasai tubuhnya. Ia tak rela melihat roh jahat itu berbuat sesuatu yang lebih jahat lagi dengan menggunakan tubuhnya.

"Nggak, ini nggak boleh terjadi," gumamnya. Tetapi tak lama kemudian, Ki Agung, Benny, dan Amor pun datang. Elen terlihat sangat bingung dengan kedatangan mereka, sedangkan roh jahat itu menatap mereka dengan sinis.

"Hentikan semua permainanmu," ucap Ki Agung sembari menatap tajam mata laki-laki di hadapannya itu.

"Permainan apa?" laki-laki itu berpura-pura tidak tahu. Dewa sangat bersyukur karena mereka datang. Dengan begini, dia pasti bisa kembali ke tubuhnya.

Ki Agung segera membacakan do'a-do'a. Begitu Ki Agung melakukan itu, roh yang merasuki tubuh Dewa itu tiba-tiba berteriak karena merasa kepanasan di sekujur tubuhnya. Beberapa saat kemudian, roh jahat itu keluar dari tubuh itu, dan Dewa berhasil masuk ke dalam tubuhnya. Semua orang bisa melihat dengan jelas sosok menyeramkan berwarna hitam dengan dua tanduk, serta mata yang sangat merah.

"Gila, mukanya seram," gumam Benny di belakang Amor. Gadis yang tak pernah melihat makhluk seperti itu juga terlihat sangat ketakutan. Sedangkan Elen baru mengetahui semuanya setelah melihat makhluk itu.

"Jadi ... seperti ini sosok roh jahat itu?" ia berkata lirih. Elen juga sangat takut melihatnya.

Roh jahat itu menatap Dewa dan kembali mencoba memasuki tubuh Dewa. Ki Agung tak henti-hentinya membacakan do'a-do'a agar roh jahat itu segera lenyap, sedangkan Dewa berusaha dengan keras agar roh itu tak lagi merasuki tubuhnya.

Di sisa-sisa tenaga yang ia miliki, Dewa menyeret tubuhnya ke kubangan lumpur yang sangat dekat dengan tepi jurang. Dewa tahu satu-satunya cara agar roh jahat itu bisa pergi. Dengan susah payah, Dewa berusaha berdiri. Ia menatap Amor sembari tersenyum.

"Maafin aku," gumamnya sembari tersenyum dengan penuh kesedihan. Laki-laki itu dengan sengaja melangkahkan kakinya ke tanah yang licin, sehingga membuat tubuhnya jatuh ke dalam jurang. Semua orang sangat terkejut dengan aksi yang dilakukan oleh Dewa, terutama Amor yang sangat tak menyangka bahwa laki-laki yang ia cintai itu melakukan hal seperti itu. Amor pun menengok ke bawah jurang itu sembari menangis.

"DEWA ...!!!"

***** TBC *****