webnovel

My Unexpected Man

Seorang gadis belia yang merasakan rasa yang berbeda kepada seorang pria yang cuek, pendiam, irit kata-kata, tidak pernah tersenyum, datar dan ekspresinya kadang tak terbaca. Setelah beberapa tahun tak berjumpa, pria tersebut datang kembali ke kehidupan sang gadis, namun dengan sikap yang sangat berbeda. Akankah rasa yang dulu pernah ada masih tersimpan di hati ataukah hilang seiring berjalannya waktu? Novel ini ditulis oleh si penulis dengan sepenuh hati. Tanpa berniat menjiplak dari penulis manapun. Karena penulis yakin tidak ada satupun penulis yang mau di plagiat karyanya. Jika dalam novel ini terdapat persamaan nama, tempat, kejadian terjadi tanpa kesengajaan. Penulis sangat mengapresiasi review, vote dan dukungan dari para readers supaya penulis lebih semangat meng-upload per bab nya. Terimakasih :)

Rumai · Sci-fi
Peringkat tidak cukup
13 Chs

Bab 4

Hari demi hari, bulan demi bulan, waktu demi waktu telah terlewati, tanpa terasa hampir satu semester Dayana di sekolah barunya. Hari ini adalah hari terakhir Ujian Tengah Semester.

Dayana keluar lebih awal, dia sudah selesai mengerjakan soal-soal ujiannya. Kebetulan hari ini ujian mata pelajaran favoritnya. Dayana keluar meninggalkan kelas menuju ke kantin.

Suasana kantin masih sepi, hanya ada beberapa anak saja. Tiga anak perempuan duduk di meja tengah, satu anak laki-laki duduk di pojok belakang, dan seorang anak laki-laki dan perempuan duduk berdua di ujung di belakang ZAG's area.

"Pak.. Siomay satu porsi yah, nggak usah pakai kentang. Minumnya es jeruk." Dayana memesan makanan dan duduk di meja dekat pintu masuk kantin.

"Nih Neng pesanannya."

Makanan pesanan Dayana datang.

"Makasih Pak."

Dayana menusuk siomay dengan garpu lalu memasukkan ke dalam mulutnya.

" Eh.. si kutilang darat. Kok sendirian aja. Gue temenin yah" Jonathan datang langsung duduk di hadapan Dayana, tanpa menunggu izin dari Dayana. "Mang bakso satu, komplit, pedes. Minumnya lemon tea." sahutnya memesan makanan.

"Kok cemberut sih? Oke deh. Gue janji gue nggak akan panggil loe kutilang darat lagi".

Dayana tetap tidak menghiraukan Jonathan, dia tetap fokus makan makanannya.

"Makasih Mang." Makanan Jonathan datang.

"Day.. loe cepet juga keluar kelas tadi. Loe jago bahasa Inggris yah?" cerocos Jonathan sambil menyuapkan bakso ke mulutnya.

"Nggak juga" jawab Dayana singkat.

"Day..." ucap Jonathan sambil menyodorkan handphone ke arah Dayana.

"Apa?" ucap Dayana bingung.

"Gue minta nomor telfon loe boleh yah?"

"Buat apa?" jawab Dayana malas.

"Ya nggak apa-apa... buat jaga-jaga aja kalo loe ada apa-apa bisa hubungin gue" jelas Jonathan sambil tersenyum.

"Kita kan satu kelas, masa satu kelas nggak punya kontak satu sama lain sih." tambahnya.

Dayana mengambil handphone Jonathan, langsung mengetikkan nomornya.

"Nih" jawab Dayana.

"Siap Bos." ucap Jonathan kegirangan.

Tanpa sepengetahuan Dayana dan Jonathan ternyata ada yang memperhatikan obrolan mereka berdua.

Cekrek... Cekrek...

Terdengar suara kamera sedang menangkap gambar.

Salah satu dari tiga anak perempuan yang duduk di meja barisan tengah, sedang memotret anak laki-laki yang duduk di meja pojok belakang. Anak laki-laki itu menyadarinya, langsung menghampiri dan merebut paksa handphone dari tangan si empunya.

"Loe hapus fotonya sekarang atau gue hancurin nih handphone" tegas anak laki-laki tersebut.

"I-iya nan-ti aku hap-pus" jawab anak perempuan itu dengan terbata. Anak laki-laki tersebut melempar handphone ke atas meja. "Sekarang" teriaknya lagi. Anak perempuan tersebut buru-buru mengambil handphone-nya dan menghapus foto tadi.

Setelah memastikan fotonya terhapus, anak laki-laki tersebut kemudian pergi meninggalkan kantin.

Mendengar ada keributan Dayana memutar badannya ke belakang melihat apa yang terjadi. Dayana membulatkan kedua bola matanya tak percaya. "Kak Anderu" lirih Dayana lalu memposisikan duduknya kembali menghadap ke depan. Anderu berjalan melewati meja Dayana saat keluar kantin.

"Jadi cowok yang duduk di belakang tadi Kak Anderu? Kak Anderu nggak duduk di ZAG's area?" batin Dayana bingung.

Dayana kembali menghabiskan makanannya.

"Resiko cowok cakep." celetuk Jonathan. "Sayang, gue cakep tapi nggak pernah di gituin sama cewek-cewek. Nasib." sambungnya.

Dayana masih tidak merespon.

Kantin mulai ramai, satu per satu murid mulai berdatangan.

Dayana masih enggan meninggalkan kantin meskipun makanannya sudah habis. Dayana berniat menunggu Riska dan yang lain. Kalau Jonathan memang keinginan dia untuk menemani Dayana.

"Aduh... perut gue mules nih. Pasti ini gara-gara sambalnya kebanyakan." Tiba-tiba Jonathan merasa mules.

"Day... gue ke toilet dulu yah. Loe jangan kemana-mana tungguin gue disini." pamit Jonathan. Dia lalu ngacir keluar kantin menuju ke toilet. Dayana hanya menggeleng-gelengkan kepala.

Setelah Jonathan pergi, ada tiga anak perempuan yang tak Dayana kenal menghampirinya.

"Siapa loe? Anak baru beraninya deketin Jonathan" ucap salah satu anak perempuan.

"Maaf, Mba siapanya Jonathan yah?" jawab Dayana polos.

"Mba.. Mba... Emang kita mba loe?!!" sahut anak perempuan satu lagi.

"Gue... pacarnya Jonathan" sahut anak perempuan yang pertama.

"Maaf Kak, Kita disini nggak ngapain-ngapain kok. Kita cuma makan. Aku juga nggak bermaksud merebut Jonathan dari kakak" jelas Dayana santai.

"Tetep aja gue nggak suka loe deket-deket sama dia" teriaknya sambil mendorong bahu Dayana.

"Santai dong. Nggak usah pakai dorong-dorong segala." kesal Dayana, Dayana mulai tersulut emosi.

"Apa loe berani sama gue?"

"Apa??" emosi Dayana mulai memuncak.

"Kalo berani jangan keroyokan, lawan satu-satu" teriak Riska di depan pintu kantin. Riska, Dian, Vero, Patton dan Alisha baru datang langsung membantu Dayana.

"Oh jadi ini temen loe?"

"Emang kenapa?"

"Temen loe tuh nggak ada yang bener. Si Alisha merayu Kak Zwitson dan ini si anak baru mencoba merayu Jonathan"

"Loe berani ngomong kaya gitu, emang hidup loe udah paling bener. Hah?" sahut Riska.

Alisha mengepalkan tangannya geram, dia mau bertindak namun sudah keduluan sama Dayana.

"Kalo ngomong di jaga ya!!" teriak Dayana geram.

"Apa loe?" tiba-tiba cewek tersebut menjambak rambut Dayana.

"Kyaaaa" Dayana membalas menjambak.

Riska dan yang lain mencoba melerai tapi tangan mereka saling tarik semakin kencang.

Mereka masih saling sahut-sahutan, saling menjambak hingga terjadi keributan di kantin. Anak-anak yang lain hanya diam tak berani ikut campur. Penjaga kantin pun tak mau ikut campur urusan mereka.

🌿🌿

Dari kejauhan Jonathan melihat ada keributan di kantin. Dia langsung lari mendekat. Rambut Dayana sedang di jambak sama perempuan yang mengaku pacarnya.

"Tania lepasin!!" teriak Jonathan.

"Sayang, kamu kok belain dia sih?" rengek perempuan yang bernama Tania itu. Rambut Dayana sudah dilepaskan.

"Hubungan kita sudah selesai. Kita udah nggak ada apa-apa lagi" tegas Jonathan.

"Harusnya loe tau diri udah di putusin Jonathan masih aja ngejar-ngejar dia" bentak Veronica.

"Dasar nggak tahu malu" tambah Dian.

"Hhhsshh" kesal Tania sambil pergi meninggalkan kantin, diikuti dayang-dayang nya.

"Loe nggak apa-apa, Day?" cemas Jonathan merasa bersalah. Jonathan mencoba merapikan rambut Dayana, namun Dayana menghindar.

"Enggak" jawab Dayana singkat.

Dia masih kesal dengan kejadian tadi. Dia duduk sambil merapikan rambutnya.

"Udah deh mending loe jauh-jauh sama Dayana" ujar Patton.

"Dayana gue minta maaf atas kejadian tadi" Jonathan masih merasa bersalah.

Dayana menarik nafas panjang, berusaha mengatur emosinya. "Udah nggak apa-apa."

"Temen-temen aku pulang dulu yah!" pamitnya.

"Loe nggak apa-apa balik sendirian?" cemas Riska.

"Nggak apa-apa, ntar aku naik taxi"

"Gue antar sampai depan yah, please jangan nolak" pinta Jonathan.

Dayana langsung keluar meninggalkan kantin. Ia membiarkan Jonathan mengikutinya untuk menyingkat waktu.

🌿🌿

Di depan gerbang...

"Hati-hati Day..." ucapnya sambil membukakan pintu taxi. "Sekali lagi gue minta maaf atas kejadian tadi."

Dayana tidak menjawab apapun. Dia langsung masuk ke dalam taxi. "Jalan Pak!!" perintahnya.

Taxi melaju meninggalkan sekolah.

Like? Add your library!

Rumaicreators' thoughts