Suzy terdiam dengan ponsel Sehun yang saat ini berada di genggamannya, sesekali melirik Sehun yang saat ini berada tepat di belakangnya.
Kalian tau? Posisi mereka benar-benar menunjukan betapa romantisnya pasangan suami-istri yang baru saja melakukan sesi panas beberapa jam lalu itu.
Suzy duduk diam di pangkuan Sehun yang saat ini sedang menumpukan dagunya ke bahu Suzy, ah... jangan lupakan dengan mata dan tangan yang tak lepas dari laptopnya. Apa lagi kalau bukan urusan kantor yang ia kerjakan.
Suzy mengulurkan tangannya ke depan, meraih sebuah gelas tinggi yang telah berisi penuh dengan susu. Menyodorkannya kedepan mulut Sehun yang hanya menggeleng kecil. Pria itu begitu fokus.
Drtt.. drrt..
Pekerjaan Sehun terhenti begitu saja, menatap Suzy yang saat ini sedang terdiam menatap layar ponselnya.
"Siapa?" Tanya Sehun.
"Jiyeon?" Jawab Suzy, bukan sepenuhnya jawaban karena pada akhir kata, yang ia berikan adalah irama tanda tanya.
Sehun hanya mengangguk, menyandarkan kepalanya pada bahu Suzy lalu memejamkan matanya, ia hanya akan datang ke kantor jika ada rapat saja, karena apa? Karena saat ini ia hanya ingin bersama dengan istrinya, menanti suatu keajaiban seperti kabar kehamilan? Entahlah.
"Ji?" Suzy ragu, setaunya Jiyeon tak boleh memegang ponsel oleh ayahnya, dan sekarang? Apa ini benar-benar Jiyeon? Gumam Suzy pelan.
"Oh Suzyyyyyyyy! Ayo bertemu." Suzy melongo, yang benar saja? Nada bicara anak ini sangat terdengar bahagia, ada apa?
"Huh?"
"Bertemu! Ajak juga Chanyeol, Baekhyun dan aku rasa si hitam Jong In juga boleh ikut."
"Kau serius? Kau boleh keluar?"
"Tentu saja! Dan sekalian, ajak juga Sehun Sehunmu itu."
"Benarkah? Baiklaaaah. Aku akan datang, dan juga yang lainnya."
"Baiklah, kita bertemu di dekat Namsan Tower oke."
"Ok!"
Suzy menatap Sehun sekilas, memperhatikan wajah pria yang sudah mengikatnya ini. "Sehun." Suzy memanggil pelan, tersenyum kecil saat mendengar lenguhan Sehun yang protes di belakangnya.
"Apa kau sangat lelah?" Suzy bertanya pelan.
"Mm, kenapa?" Sehun balik bertanya, tergantung apa permintaan Suzy sebenarnya.
"Jiyeon mengajak kita bertemu di Namsan Tower, dan tiga cocomong lainnya itu." Jelas Suzy panjang lebar. Mengusap pipi Sehun yang saat ini hanya terdiam pada posisinya.
"Baiklah kita pergi." Putus Sehun, membuka manik kelamnya lalu tersenyum hangat, mencuri satu kecupan pada bibir Suzy yang saat ini hanya mampu tersipu malu. Entah kenapa akhir-akhir ini mereka senang sekali bermanja-manja.
''Terima kasih Sehun." Ujar Suzy. Memeluk erat leher suaminya lalu terkikik lucu.
**
"Mereka kemana?! Tak tau apa jika aku sudah menunggu sangat lama?!" Amuk Jiyeon, menendang-nendang meja di depannya dengan bibir yang mengerucut lucu.
Jika lima menit bisa dikatakan lama sebenarnya. Lagi pula dia sudah nenghabiskan tiga cup buble tea masih mau menggerutu juga? Sungguh manusia luar biasa!
Jiyeon memilih acuh, memainkan ponselnya dengan wajah merengut kesal dan juga kaki yang berayun-ayun di bawah sana.
Brak.
Hosh.. hosh.. hosh..
Terdengar helaan nafas tersengal-sengal dari arah kanannya, membuat Jiyeon menoleh dan mengeryit heran pada sosok manusia gelap di sampingnya.
"Uuuu.. kau lucu sekali." Puji Jiyeon, membanting ponselnya ke meja lalu mengerjap-ngerjapkan matanya lucu.
"Haaah,, terima kasih." Ujar Kai dengan senyuman yang ia buat sedemikian rupawannya.
"Bukan dirimu! Tapi anjingmu!" Sungut Jiyeon, mengambil alih puppy dari gendongan Jong In dan menggesekan hidung mereka.
Bersyukur Jong In membawa anak anjingnya, jika tidak? Sudah habis dimarahi Jiyeon ia nanti.
"Yang lain? Belum datang? Terlambat?" Tanya Kai bodoh, sudah jelas-jelas hanya ada mereka berdua, bertiga dengan anak anjingnya, dan si hitam ini masih bertanya?!
"Matamu itu minus berapa? Ha?!" Amuk Jiyeon, menunjuk-nunjuk kedua mata Jong In lalu mempelototinya.
Sontak saja Jong In kaget, pasalnya ia hanya bertanya dan sudah mendapat semprotan Jiyeon yang semanis ini? Hey!
"Kau kedatangan rentenir bulanan hah?" Kai atau Jong In yang lebih panjangnya balas mengamuk. Ia bertanya baik-baik dan lihat! Apa yang ia dapat?
"Dasaaar cabuuuul!" Maki Jiyeon. Menendang tulang kering Kai lalu menjitak kepalanya, itu urusan pada wanita dan si hitam itu seenaknya mengatakan hal semacam itu?! Ingin cari mati?!
"Ap-"
"Siapa yang cabul?" Suara bariton terdengar dari arah belakang mereka, tanpa sadar, bulu kuduk mereka sudah berdiri semua. Suaranya terdengar begitu berat,,, dan.. seksi?
Dengan perlahan, kepala mereka berputar kebelakang untuk melihat siapa gerangan pemilik suara seberat itu.
Sehun? Jelas bukan, suara Sehun memang berat, tapi tidak seberat ini. Sehun berat yang terkesan lembut dan berwibawa.
Chanyeol? Apa lagi! Suara Chanyeol berat memang, hanya saja.. yah tau saja Chanyeol itu sedikit jenius mendekati idiot. Tak mungkin suaranya seberkharisma itu. Mandi kembang tujuh hari delapan malam pun belum tentu suaranya akan seperti itu. Mustahil!
"Dalam aba-abaku." Peringat Kai. Menelan gugup salivanya saat kepala Jiyeon mengangguk.
"Satu." Kai mulai menghitung, tiga puluh lima derajat menoleh kebelakang.
"Dua." Sembilan puluh derajat menoleh kebelakang.
Gugup dan makin gugup.
Glek.
Tambah gugup dan makin gugup lagi.
"Ti-"
"Tiga!" Jiyeon menyela, menoleh cepat dan hampir berteriak saat yang ia dapati adalah wajah datar duplikat dari seorang Oh Sehun.
"Angry bird hidup! Astaga naga!" Kai menghela nafas lega, dia cukup tau dengan pria di depannya ini. Siapa lagi jika bukan Wu Yi Fan.
"Siapa yang cabul?" Kris kembali bertanya. Memasang raut wajah bingung, meski hanya sedikit. Walaupun pada nyatanya, wajahnya masih saja datar datar tak ada ubahnya.
"Dia!" Dengan cepat Jiyeon menunjuk Kai, menautkan alisnya tak terima saat kai malah menyingkirkan tangannya.
"Kepalamu!" Dengus Kai tak terima, lagi pula Kai hanya mengingatkan. Catat! Mengingatkan. "Perempuan memang selalu seperti ini jika datang bulan. Jadi maklumi saja saudara sedarah sedaging sedatar Sehun." Ujar Kai dengan pandangan prihatinnya. Entah kenapa ia malah seperti itu, melupakan anak anjingnya lalu sibuk memesan minuman. Tenggorokannya kering ngomong-ngomong.
"Suzyyyyy!" Jiyeon berteriak nyaring, membuat Kris hanya bisa memelototkan matanya karena kaget, bagaimanapun ia masih memerlukan pendengaran yang amat sangat bagus.
"Oh astaga!" Desah Kris, mengusap kupingnya yang berdengung karena teriakan Jiyeon barusan.
"Jiyeeeeon!" Kali ini Sehun yang harus mengusap telinganya karena teriakan luar biasa Suzy barusan. Memejamkan matanya lalu menghela nafas lelah. Ia sudah cukup terbiasa dengan ini.
"Ku pikir telingamu sudah tahan uji coba." Sindir Kris. Menatap Sehun yang hanya mendengus kecil padanya.
"Bagaimanapun telingaku masih punya batas suara normal." Balas Sehun, memandang Kris yang sudah rapi dengan kemeja putih, jas hitam, dan juga dasi biru tuanya. "Setan mana yang menghampirimu wahai setan abadi?" Tanya Sehun heran, menunjuk Kris dengan jemari panjangnya.
"Urusan bisnis." Jawab Kris, singkat, padat, dan jelas.
"Bagaimana perusahaanmu di China sana?" Sehun bertanya seraya menarik kursi untuk ia duduki, mengabaikan tiga manusia dengan satu anjing yang dalam suasana mengharu biru itu.
"Meningkat, ku rasa tahun depan aku akan menikah." Ujar Kris asal. Menghela nafas lelah dan nenyandarkan bahu tegapnya pada kursi yang ia duduki saat ini.
"Memang sudah waktunya ada yang mengurusmu." Sedikit banyak tentu Kris khawatir pada kakaknya ini, bagaimanapun mereka sebelas dua belas.
"Ck! Aku belum berminat. Dan duda tampan yang keras kepala itu malah memaksaku!" Dengus Kris, mengeryit kesal saat ia mengingat Siwon, ayah mereka.
"Kau tau sendiri bukan?" Kekeh Sehun. Menepuk bahu sang kakak yang sudah terlihat lebih hidup dari pada beberapa detik lalu.
"Sangat tau." Sungut Kris. Melirik arlojinya lalu mendengus sekali lagi. Dia itu manusia pencinta ketepatan waktu, dan lihatlah! Ia sudah menunggu seperempat jam dari tadi.
"Kau sudah dapat calon?" Tanya Sehun penasaran. Memperhatikan gerak-gerik kakaknya itu yang memandang sekitar. Mana tau ada manusia cantik yang terpikat dengan ketampanannya.
Kris terdiam, menatap sejenak adiknya lalu mengangkat bahunya acuh. Ia tak berminat jika kalian ingin tau.
Secara tiba-tiba, bibir Kris tertarik ke atas. Membentuk seringaian sinis di sana.
Kris melirik Suzy dari ujung matanya, tatapan penuh minat ia berikan lalu,
"Bagaimana jika kita berbagi istri?"
TBC
SEE U NEXT CHAP
THANK U
DNDYP