Suzy makin tak tenang duduk di tempatnya, Sehun membuatnya makin tak karuan.
"S.. sehun." Cicit Suzy lagi. Meremas lengan Sehun yang hanya menatapnya dalam diam. Air mata Suzy sudah menggenang di pelupuk matanya. Sehun yang seperti ini membuatnya cemas. Sungguh.
Tanpa mengucapkan apa-apa lagi, Sehun langsung saja membawa Suzy masuk kedalam pelukannya. Mengusap sayang kepala gadis pujaannya itu lalu mengecupnya cukup lama.
Cukup sudah, air mata Suzy sudah tumpah mengenai kemeja mahal Sehun. Ia tak tau kenapa Sehun memeluknya, tapi Suzy hanya yakin jika itu pertanda buruk untuknya. "Sehun." Panggil Suzy pelan.
"Hm?" Gumam Sehun seraya mengecup lagi kepala Suzy.
"Apa.. hiks, aku.. aku tidak.. l..lulus hiks Sehun?" Tanya Suzy, berusaha menenangkan tangisannya tapi apa daya, ia tak bisa. Usapan Sehun di punggung dan kepalanya makin membuatnya histeris.
"Stt.. tak apa sayang." Bisik Sehun.
**
"Kau yakin Suzy tak lulus?" Bisik Chanyeol.
"Ak-"
Sret.
"Maaf kepada Oh Suzy. Anda tidak lulus." Kai yang memotong ucapan Jiyeon dengan menjangkau kertas di atas meja, lalu membisikannya pada tiga sahabat itu.
Sret.
"Tidak mungkin." Sanggah Baekhyun seraya merebut kertas itu dari tangan Kai.
"Kita lulus, kenapa Suzy tidak? Bahkan kita menyalin hampir semua jawabannya. Kenapa?" Bisik Chanyeol tak percaya. Ada yang salah disini. Chanyeol yakin. Sangat yakin.
Kai hanya diam, menatap sepasang manusia yang sedang berpelukan itu lalu tersenyum miris. Apa yang sebenarnya terjadi disini? Pikir Kai.
Sret.
Semua atensi kembali pada Sehun yang saat ini sedang berdiri dari kursinya dengan Suzy yang hanya diam dalam gendongan. Ada apa dengan anak itu.
"Kalian lekaslah pulang, aku harus segera kembali kerumah." Ujar Sehun, tersenyum kecil lalu berjalan keluar cafe. Yang harus ia lakukan, adalah pulang. Karena istri mungilnya sedang tak sadarkan diri, entah pingsan entah ketiduran. Sehun tak terlalu yakin. Meninggalkan empat manusia yang hanya bisa mengangguk kaku. Entah karena kaget entah karena apa, untuk yang ini Sehun bukannya tak terlalu yakin. Tapi tak peduli.
Sehun melenggang menuju parkiran, meletakan Suzy dengan hati-hati di kursi penumpang lalu menutup pintunya pelan.
Merogoh sakunya lalu menelfon Suho. Sang sekretaris tercintanya.
Tut.. tut.. tut..
Tersambung. Sehun menghidupkan mesin mobilnya lalu melirik Suzy sekilas. "Datang ke Kampus Seoul National University sekarang. Aku akan mengantar istriku dulu." Suruh Sehun tanpa menunggu jawaban dari Suho, sang sekretaris.
**
"Jangan luluskan calon mahasiswi bernama Bae Suzy. Atau lebih tepatnya Oh Suzy."
"Tapi Tuan-"
"Jangan membantahku atau akan aku hentikan danaku yang sudah mengalir ke Universitas ini."
"Jangan Tuan."
"Kalau begitu gagalkan dia!"
Tuan Lee tersenyum puas. Menaikan kakinya keatas meja lalu menatap putrinya yang hanya diam sedari tadi. Tapi dapat ia simpulkan bahwa putrinya itu bahagia. Bagaimanapun Sehun harus menjadi suami putranya dan menantunya. Perusahaannya bisa lebih maju dari sekarang.
"Kau senang Eunji?" Tanya Tuan Lee.
"Sangat ayah. Terima kasih." Eunji berujar riang, langsung saja memeluk ayahnya lalu mengibaskan rambutnya kebelakang. Tak ada yang bisa melawan dan membantah ayahnya. Kecuali Oh Sehun.
Cih.
"Aku tak Suzy itu menghalangiku untuk mendapatkan Sehun ayah, aku tak mau." Eunji berujar sedih, atau lebih tepatnya pura-pura sedih.
"Tenang sayang. Tak akan ayah biarkan Suzy itu menghambatmu." Tuan Lee tersenyum kecil. Mengusap bahu putrinya lalu menciumnya.
Anak semata wayangnya itu harus dimanjakan selalu.
"Ayah akan melakukan apa pun, termasuk menyingkirkan gadis itu." Tuan Lee bergumam pelan, lengkap dengan seringaiannya.
Pria tua tak tau diri, sudah tak tau diri kurang ajar lagi.
**
"Eungh Sehun." Panggil Suzy yang baru saja sadar dari acara pingsan tak sadarnya. Terbangun tepat saat Sehun akan meninggalkan kamarnya dan juga istrinya. Tentunya dengan terpaksa.
"Ya sayang?" Tanya Sehun, mendekati Suzy lalu mencium dahinya. Sumpah demi apa pun, Sehun tak tega meninggalkan Suzy saat ini.
"Mau kemana?" Tanya Suzy serak. Jujur saja kepalanya pusing, tenggorokannya juga sangat panas. Entah kenapa matanya kembali berkaca-kaca. Mengingat bagaimana usaha Sehun mengajarinya dan sekarang apa? Ia malah mengecewakan Sehun? Apa yang lebih buruk dari ini?
"Aku ad- hei, tetap berbaring saja." Ujar Sehun. Menahan bahu Suzy yang ingim bersandar pada head bed mereka.
"Maafkan aku Sehun." Pinta Suzy. Meremas selimutnya lalu memejamkan matanya.
"Tak apa sayang. Tak apa, kau sudah berusaha." Bisik Sehun. Mengusap pipi Suzy lalu tersenyum manis.
"Tapi kenapa han-"
Cup.
"Shh. Hentikan oke. Tak apa, kau bisa mencoba di univertas lain bukan." Hibur Sehun, memeluk singkat istrinya lalu menatapnya dalam.
"Tapi Sehun, ak-"
"Tak apa sayang, tak apa." Sehun menyela. Mengusap sayang pipi Suzy lalu menghapus air matanya.
"Mau kemana?" Tanya Suzy lagi. Mengusap hidung merahnya lalu terbatuk kecil.
"Aku ada urusan sebentar. Bisa aku pergi? Akan aku minta beberapa maid agar menjagamu selama aku pergi." Izin Sehun. Menggenggam tangan Suzy lalu tersenyum tipis.
"Pergi?" Ulang Suzy.
"Mm. Hanya sebentar. Aku janji agar segera kembali." Jawab Sehun. Mengecup punggung tangan Suzy lalu menyatukan dahi mereka berdua.
Suzy hanya mengangguk kecil, lagi pula ia ingin menangis lagi. Bahkan lebih keras.
"Aku akan meminta beberapa maid untuk menjagamu." Sehun kembali mengusap pipi gembil Suzy. Ia tak tega sungguh.
"Tidak Sehun. Aku tidak mau. Kau juga akan pulang cepak ya Sehun?" Tanya Suzy.
Sehun tersenyum kecil. Mengangguk lalu mencium sekilas dahi sang istri.
"Aku janji akan pulang cepat." Ulang Sehun.
"Pergilah." Lirih Suzy, tersenyum kecil lalu melambai kecil.
**
"Anak itu mana?" Suho melirik kesana-kemari. Bahkan tak menemukan mobil sang presdir di parkiran itu. "Apa dia sedang mempermainkanku?!" Suho mulai geram sendiri. Mengatur nafasnya lalu memejamkan matanya sekilas.
Ckit.
Brum.
"Maaf aku terlambat. Ada yang harus diselesailakan." Ujar Sehun yang tiba-tiba saja datang, tentunya dengan mobil sport miliknya.
Suho hanya mengangguk pasrah, ia tak jadi marah jika melihat wajah lelah Sehun saat ini.
"Membawa kuasa hukumku? kau tidak lupa kan?" Sehum memastikan. Berjalan cepat dengan Suho dan kuasa hukumnya yang tanpa ia ketahui sudah berdiri didekatkan sedari tadi.
"Apa yang terjadi?" Tanya Suho yang memang sudah penasaran.
"Aku yakin ada tindakan diskriminasi di sini." Gumam Sehun, menghela nafasnya lalu menegakan bahunya. Bagaimanapun ia masih sangat marah saat ini. Istri kecilnya mendapat perlakuan seperti itu? Cari mati.
"Siapa yang anda curigai presdir?" Tanya kuasa hukum Sehun, Zhang Yixing atau biasa dipanggil Lay.
"Kau akan tau nanti." Jawab Sehun dengan kepalan tangannya. Menyebut nama orang itu sama saja dengan membuka pintu kematian untuk terdakwa.
**
"Baiklah. Kau harus memastikan bahwa anak itu tidak diterima di universitas manapun."
"Baik Tuan."
"Dan satu lagi, buat suaminya berlutut padaku. Ia harus menanggung akibatnya karena sudah berani melawanku!"
Sehun menggeram murka, ia mendengar dengan jelas apa yang dibicarakan orang-orang di dalam sana. Ia jelas tau bahwa objek mereka adalah dia dan istrinya, Suzy.
Brak.
"Bedebah laknat!" Amuk Sehun. Membanting pintu lalu masuk dengan kuasa hukumnya.
"Sehun."
"Kalian!" Desis Sehun.
TBC
SEE U NEXT CHAP
THANK U
DNDYP