Sejak kejadian kemarin. Suzy hanya diam pada Sehun. Menjawab jika ditanya dan tentunya dengan jawaban seadanya. Dia tentunya malu, ah bukan. Tapi sangat malu. Dasar manusia mesum. Pikir Suzy. Menusuk-nusuk kacang polong di piringnya dengan brutal. Membayangkan itu Sehun, maka dengan senang hati Suzy akan langsung mengambil pisau dapur. Mencincang Sehun hingga tak berbentuk.
"Kau sudah siap?" Tanya Sehun dengan wajah polosnya. Ia tentu juga masih ingat dengan insiden kamarin. Ciuman brutalnya pada Suzy, oh aku ingin lagi. Pikir Sehun.
"Hentikan pikiran mesummu Oh Sehun!" Peringat Suzy. Mendelik ke arah Sehun yang hanya memasang wajah polos stoicnya, seakan-akan ia bisa membaca pikiran Sehun. Oh, Suzy bernafsu sekali ingin membunuh suaminya itu.
"Jujur aku ingin lagi. Bibirmu manis." Goda Sehun seraya menjilat bibir bawahnya. Menopang dagunya lalu mengerling nakal ke arah Suzy.
"Oh SehUUUUUUUN!" Teriak Suzy dengan wajah semerah tomatnya. Akhir-akhir ini Sehun terlalu vulgar guys. Blak-blakan sangat malahan. Oh tuhaan.
Sret.
Pluk.
Baru saja ia hendak beranjak dari meja makannya, berjalan beberapa langkah dan lihat? Sekarang ia berakhir di pangkuan Sehun. Sungguh luar biasa bukan.
"Kau ingin kemana Nyonya Oh?" Tanya Sehun, melingkarkan lengannya di pinggang ramping Suzy dan menyandarkan kepalanga pada bahu sang istri.
Waspada tiga siaga empat. Suzy membatin. Menegang di duduknya, Sehun tak pernah seperti ini sebelumnya, dan Suzy cukup kaget saat ini. Ada apa dengan suaminya.
"Kau tak berniat memberiku hidangan penutup?" Tanya Sehun lagi. Mengangkat kepalanya dan menatap Suzy. Mengangkat sebelah tangannya dan mengusap bibir bawah Suzy.
Oh tuhaaaaaan. Tolong aku! Jerit Suzy dalam hati. Ia makin menegang dalam duduknya. Dadanya serasa sesak karena sudah terlalu lama menahan nafas.
"S... Sehun." Cicit Suzy. Menggigit bibir bawahnya karena gugup lalu meneguk salivanya keras.
"Ingin aku bantu? Aku dengan senang hati akan membantumu." Bisik Sehun. Makin mendekatkan tubuh Suzy padanya lalu tersenyum tipis.
Suzy bersumpah, ia paling tidak suka melihat senyum Sehun yang barusan. Itu pertanda buruk, apa Sehun memasuki puber kedua?
"Aaa, aku tadi minta hidangan penutup." Tagih Sehun dengan wajah inocentnya. "Apa ada?" Tanyanya lagi.
"A.. aku.. aku tidak membuatnya." Cicit Suzy lagi. Menundukan kepalanya, tapi dengan cepat Sehun mengangkatnya lagi. Oh, mata kelam itu sudah berkilat-kilat sekarang.
"A.. aku ak.. akan membuatnya." Ujar Suzy seraya bangkit dari posisinya saat ini, namun apa dikata. Sehun makin erat memeluknya.
"Aku tak mau yang itu, aku mau yang." Sehun menjeda ucapannya. Mengusap bibir Suzy lalu menatapnya intens. "Ini." Menempelkan kedua belahan itu lalu memejamkan matanya. Mengeratkan pelukannya pada pinggang Suzy dan mengabaikan lenguhan protes istrinya.
"Sehhhmm."
**
"Apa ada yang sudah melihat SeSu?" Tanya Jiyeon untuk yang ke dua puluh tujuh kalinya. Menunggu itu membuatnya ubanan.
"Jika yang kau maksud Sehun Suzy maka aku melihatnya." Jawab Kai, entah kenapa dan sejak kapan anak itu sudah bergabung dengan mereka bertiga, maka di tambah si hitam Kai jadi berempat.
"Dimana?" Tanya Jiyeon antusias.
Kai memutar malas bola matanya, menaikan telunjuknya lalu menunjuk parkiran. "Disana. Sepasang anak Adam dan Hawa dengan Lamborghini venano mereka." Jelas Kai.
"Daebak! Jelas sekali kita tidak boleh menumpang lagi nanti." Decih Baekhyun yang sibuk dengan kuku-kuku cantiknya. Mengangkatnya lalu merentangkan kukunya ke langit, "mengkilap, putih bersih seperti tanpa kaca." Senandung Baekhyun.
Dan kalian tau? Chanyeol hanya bisa tertawa karenanya. Baekhyun itu lebih cocok menjadi perempuan. Lihatlah, badan mungil, putih, bahkan Chanyeol bertaruh, jakun Baekhyun itu sangat kecil.
"Ada apa dengan wajah memerahmu?" Tanya Jiyeon penasaran. Sekarang bukan musim panas ngomong-ngomong.
"Kegiatan panas dipagi hari." Sehun menjawab santai, tentunya dengan wajahnya yang datar.
Kai langsung menganga, "kau serius?" Tanya Kai tak percaya, Kai itu sangat amat teramat mesum teman.
"Hei, kau sudah tak melayaniku dengan baik, kebutuhan bathinku tak kau berikan dan kau malah mendiamiku sekarang? Woah, luar biasa!" Dengus Sehun tak habis pikir. Siapa yang sepatutnya marah disini? Ayolah, itu hanya ciuman. Tak lebih.
"Apa?" Gumam ChanBaek couple. Tertarik dengan percakapan ini lalu mendekat. "Kebutuhan bathin apa ini?" Tanya Chanyeol pertama kali. Makin memerahlah wajah Suzy.
"Kebutuhan bathin tak diberikan? Apa kau belum melakukannya Mr.?" Tanya Kai tak percaya. Lihat? Kai yang paling antusias bukan.
"Sudah hitam, mesum lagi." Dengus Baekhyun yang tak digubris oleh Kai.
"Aku jelas tak akan memaksanya hitam." Lirih Sehun. Melirik jam tangannya lalu menatap Suzy sekilas. "Masuklah, kalian akan menerima hasil tes bukan?" Suruh Sehun mengusap kepala Suzy lalu memeluknya sekilas. "Good luck ok." Bisik Sehun.
Suzy hanya mengangguk lesu. Istri macam apa dia. Ck, ingin rasanya menangis.
"Aku tunggu di cafe kemarin." Ujar Sehun. Melenggang pelan dengan tangan yang bersemayam di kantong celananya.
"Kau serius belum melakukannya dengan Mr. Oh?" Tanya Kai to the point. "Jika benar, berarti Mr. Oh orang yang sangat sabar." Gumam Kai.
"Belum sama sekali. Bahkan Mr. Oh sudah minta anak." Jelas Baekhyun dengan wajah polosnya. Sengaja menyindir Suzy tentu saja. Jujur, Baekhyun sedikit kasihan pada Mr. Oh tercintanya.
"Woaaah.. luar biasa." Takjub Kai tak percaya.
**
Suzy hanya diam. Menanti amplop putih itu sampai di tangannya, jantungnya berdebar-debar tak karuan. Ia takut. "Sehun. Apa aku akan lulus? A.. aku takut." Bathin Suzy seraya meremas ponselnya.
Drrt.. drrt..
Suzy kaget, melirik ponselnya dan tertera nama Sehun di sana.
From : Sehun.
Fighting oke, kau pasti lulus. Aku yakin, kau sudah belajar bukan. Maka dari itu, aku harap hasilmu memuaskan.
I love u.
Suzy hampir saja menangis membaca pesan Sehun, dan ia makin takut jika ia nantinya akan mengecewakan Sehun. Ia takut. Sungguh.
"Aku takut Ji." Gumam Suzy. Meremas jemarinya lalu menatap Jiyeon yang duduk di sampingnya.
"Tak apa. Kita pasti lulus." Ujar Jiyeon menenangkan. Meski ia sendiri pun sangat tidak tenang sekarang. Jantungnya bahkan sudah sangat menggila.
Mereka berlima terdiam. Menatap amplop putih di tangan mereka lalu meneguk salivanya dengan susah payah. Ini saat-saat mendebarkan.
"Akan aku buk-"
"Jangan buka sekarang. Kita buka di tempat Sehun. Ayo." Ujar Jiyeon seraya menahan tangan Kai yang akan merobek penutup amplop tersebut.
"Oke." Jawab Chanyeol, Baekhyun serempak.
**
"Kau kesini lagi Sehun?" Tanya Tuan Lee yang tak dapat menyembunyikan raut bahagianya. Lalu pada putrinya, Lee Eunji yang hanya merona karena melihat Sehun.
Jika Suzy yang merona, aku akan dengan senang hati menciumnya. Pikir Sehun cuek. Menyeruput Americanonya lalu melirik sekilas tuan Lee.
"Ah kebetulan. Boleh aku titip putriku? Aku ada urusan sebentar." Pinta Tuan Lee.
"Tidak. Aku sudah ada janji dengan istriku." Jawab Sehun cuek. Melirik keluar jendela dan menemukan istrinya di sana.
Sehun langsung tersenyum cerah, melambai singkat ke arah Suzy lalu memeluknya. "Kau sudah melihatnya?" Tanya Sehun.
Gelengan Suzy berikan. Ia takut jika nanti ia akan mengecewakan Sehun. Ia tak siap.
"Kalau begitu kami pergi dulu." Pamit Tuan Lee setengah tak rela. Sedangkan Eunji? Dia hanya mendecih tak suka karena Suzy nampaknya sangat nyaman si pelukan Sehun.
"Baiklah. Buka duluan Kamjjong." Suruh Jiyeon penuh penekanan. Dia sangat penasaran.
"Kenapa harus aku?" Tanya Kai panik.
"Karena tadi kau yang sangat ingin membukanya duluan." Jawab Baekhyun enteng. Faktanya memang begitu.
"Tid-"
"Cepat!!" Geram Jiyeon.
"Ck. Baiklah harimau betina!" Kai mengalah. Bisa remuk tubuhnya karena pukulan tak berperasaan Jiyeon.
Dengan perlahan Kai membuka amplopnya, menarik kertas putih di dalamnya lalu menatap semua teman-temannya.
Tak berapa lama, raut wajahnya berubah sedih, membuat Jiyeon penasaran setengah mati. "Bagaimana?" Desak Jiyeon.
"Aku," tetap pada raut sedihnya. "selamat mahasiswa management business Kim Jong In! Ahahahahahaha." Heboh Kai. Mngangkat kertasnya lalu tertawa bahagia. Ia mahasiswa sekarang. Luar biasa.
Sret.
"Wooaaah. Selamat hitam!" Seru Jiyeon ikut bahagia. Merangkul bahu Kai lalu tersenyum bangga.
"Woooaaaah. Mahasiswa Byun Baekhyun!" Teriak Baekhyun histeris. Memeluk Chanyeol lalu mencium kedua pipinya, ia sangat bahagia. Ya tuhaan.
"Mahasiswa Park Chan yeol." Gumam Chanyeol tak percaya. Balas memeluk Baekhyun lalu berputar-putar bahagia di dalam cafe, bahkan beberapa pengunjung ikut tersenyum melihat tingkah mereka.
"Whoaaa, mahasiswi Park Jiyeon eeh." Ujar Kai seraya mengangkat kertas milik jiyeon. Entah sejak kapan kertas Jiyeon berada pada makhluk hitam itu, ia juga tak tau.
"Ben- AAAAAAAAA. AKU MAHASISWI SEKARANG! YA AMPUUUUUN!" Jiyeon tak kalah heboh. Meloncat ke pelukan Kai lalu tertawa bahagia bersama Chanyeol dan Baekhyun.
Kini giliran Suzy. Empat manusia itu sudah tenang, dan mereka sedang duduk manis menunggu Suzy membuka kertasnya.
"Kenapa tidak dibuka hmm?" Tanya Sehun lembut.
"Aku takut Sehun." Gumam Suzy pelan. Meremas jemarinya lalu menggigit bibirnya. Itu sangat amat teramat imut di mata Sehun.
"Tak apa buka saja." Bujuk Sehun, mengusak rambut Suzy lalu tersenyum.
"Kalau begitu, kau saja yang buka." Pinta Suzy, menyodorkan amplopnya lalu memejamkan matanya. Tak lupa gigitan pada bibir bawahnya.
Cup.
"OWWWWWW adegan dewasa. Delapan belas ke atas!" Heboh Kai. Pura-pura memalingkan wajahnya padahal ia masih curi-curi pandang.
"Dasar munafik!!" Sungut Baekhyun, menjangkau buku menu yang ada di meja sebelah lalu melayangkannya tepat pada kepala Kai. "Ku yakin kau sudah pernah melihat yang lebih dari itu!" Amuknya lagi. Menginjak kaki Kai lalu mendecih tak suka.
"Karena aku sudah terbiasa melihat yang lebih, makanya aku risih dengan ciuman yang hanya di dahi." Ujar Kai dengan wajah polos tak berdosanya.
"Anak sialan ini!" Maki Baekhyun lagi, hendak menjambak rambut Kai sebelum Chanyeol menahan kepalan tangannya.
"Sudahlah Baek." Gumam Chanyeol.
"Awas kau hitam!" Sinis Baekhyun.
"Aku ini eksotis." Ralat Kai.
"KAU!"
**
Semua mata menatap Sehun yang sedang membuka amplop milik Suzy. Mereka semua merasa berdebar-debar tak karuan.
"Bagaimana? Apa positif? Apa aku akan memiliki keponakan?" Tanya Chanyeol polos. Entah kenapa Jiyeon rasa semua teman-temannya ini berlagak sok polos semua.
Buk.
"Keponakan keponakan pantatmu!" Dengus Jiyeon gemas. Bagaimana bisa keponakan, jika hubungan mereka hanya berjalan di tempat terus.
"Aw,, ok ok." Pasrah Chanyeol seraya mengangkat kedua tangannya. Pukulan Jiyeon itu selalu luar biasa. Menyakitkan!
Sehun hanya menatap kertas di depannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Membuat mereka semua makin berdebar-debar tak karuan.
Hingga...
TBC
SEE U NEXT CHAP
THANK U
DNDYP