Bahwa suaminya itu belum tidur sama sekali. Hanya memejamkan mata karna ia terlalu lelah untuk memikirkan hari esok bersama para cocomong itu.
Sehun mendengar suara pintu terbuka, namun ia tak bergerak sedikitpun. Ingin menggoda Suzy tentu saja.
Namun, saat ia akan menggoda ucapan sayang Suzy barusan, ia mengurungkan niatnya karna kaget dengan kecupan tiba-tiba tadi.
Ia diam-diam mendesah lelah. Bukan karna tak suka, tapi karna ciuman itu terlalu singkat. Tak mengesankan! Pikir Sehun.
"Apa tak bisa ciumanmu itu diperpanjang?" Tanya Sehun dengan wajah datarnya.
Suzy kaget. Matanya membulat lucu dengan wajah yang memerah sempurna. Jantungnya serasa berhenti berdetak entah karna apa.
Entah karna Sehun yang terlihat sangat tampan atau karna tatapan Sehun yang mengintimidasinya. Suzy hanya diam menatap dalam pada mata Sehun. Mata onyx hitam yang sangat memikatnya itu, membuatnya jatuh cinta lagi dan lagi pada Sehun.
"Kau tidak tidur?" Tanya Suzy sok tenang. Padahal jantungnya sudah berdisko besar-besaran di dalam sana.
"Tidak." Jawab Sehun. "Atau lebih tepatnya belum?" Goda Sehun dengan senyuman polos tanpa dosanya.
"J.. jadi?" Gugup Suzy lagi.
"Aku. Dengar. Dan. Rasa. Semuanya. Termasuk ciuman singkatmu ck!" Decakan kesal itu terdengar disertai dengan godaan-godaan Sehun berikutnya.
Menyebalkan.
"Berhenti menggodaku.!" Dengus Suzy tak terima.
"Kalau begitu berhenti membuatku tergoda sayang." Ujar Sehun, masih dengan wajah datarnya yang entah kenapa bisa terlihat mesum.
"Aku tak melakukan apa pun!" Bantah Suzy yang membela dirinya. Tuduhan macam apa itu!
"Kau melakukannya. Bibirmu memanggilku!" Ujar Sehun santai. Mendekatkan wajahnya ke wajah Suzy yang sudah terlihat memerah. Bahkan sangat merah.
Tinggal beberapa senti lagi untuk menyatukan benda itu, bahkan Suzy sudah menegang di tempatnya duluan.
"S.. Sehun." Cicit Suzy.
"Ak-"
Tok.. tok.. tok..
"Sialan!" Maki Sehun pelan. Menjauhkan lagi wajahnya lalu beranjak dari ranjang. Berjalan cepat menuju pintu lalu membukanya.
"Ada apa lagi nona park?!" Desis Sehun jengah. Lagi! Anggota kuartet ubur-ubur ini mengganggu waktu bermesraanku dengan Suzy! Bathin Sehun tak terima.
"Mm. Itu, aku ingin pinjam dapur dan seperangkat alat-alatnya untuk membuat cemilan." Cicit Jiyeon ketakutan. Memelintir ujung bajunya dengan kepala menunduk.
"Sudah ada cemilan di kulkas dan lemari. Jika kau ingin memasak lagi, silahkan. Asal jangan hancurkan dapurku dan bersihkan lagi setelah kau pakai." Ucap Sehun panjang lebar. Intinya dia juga akan mengizinkannya kenapa harus bicara sepanjang tali monyet begitu.
"Terima kasih." Ujar Jiyeon, lalu pamit kembali menuju lantai satu.
"Jiyeon kenapa?" Tanya Suzy.
"Ingin meminjam dapur." Jawab Sehun asal. Menghempaskan tubuhnya di ranjang lalu menarik kaki Suzy agar ia bisa meletakan kepalanya di pangkuan gadis itu.
"Meminjam dapur?" Ulang Suzy heran. Mengeryitkan dahinya lalu menggeleng tak percaya.
"Jangan bilang dia tidak bisamemasak." Ujar Sehun was-was. Melihat Suzy yang saat ini hanya memandangnya dengan tatapan tak percaya, ia jadi yakin. Gadis itu tidak bisa atau tepatnya belum. Dan apakah dia ingin menghancurkan dapurnya?
"Oh Sh- argh." Makian Sehun terhenti karna ia rasa ia sudah sangat banyak memaki hari ini. Ia bisa lebih cepat menua, Sehun yakin itu.
"Aku tidak percaya bahwa hariku akan sangat buruk!" Gumam Sehun. Kembali bangkit dan berjalan keluar kamarnya. Tentunya untuk memastikan bahwa Jiyeon tidak menyebabkan dia mengalami kerugian yang amat besar. Tentunya dengan membakar rumahnya.
"Sehun. Tunggu!" Terlambat. Sehun sudah menutup pintu kamar dan mengabaikan teriakannya. "Bagus." Gumam Suzy.
**
"Ji- kau tak membakar dapurku?" Tanya Sehun sedikit lega. Mengusap dadanya saat yang ia lihat tengah memasak itu adalah Chanyeol.
"Aku tau aku tidak bi- atau lebih tepatnya belum bisa memasak. Jadi aku meminta Chanyeol yang memasak. Sedangkan aku yang bertugas minta izin darimu." Jawab Jiyeon sabar, ia benar-benar merasa bahwa harga dirinya sebagai seoarang wanita terlecehkan sekarang.
Sedangkan tiga pria disana, hanya menggelengkan kepalanya tak percaya. Well, dia satu-satunya yang tak bisa memasak di situ.
"Kau bisa memasak memangnya Mr?" Tanya Jiyeon ragu. Masalahnya, ia yakin sekali bahwa orang seperti Sehun, yang kerjanya hanya duduk bi balik meja kekuasaannya dengan pandangan mata yang tak pernah lepas dari layar persegi yang disebut dengan laptop itu bisa memasak. Musta-
"Tentu aku bisa."
Hil.
Jiyeon melongo. Menatap Sehun dari ujung rambut hingga ujung kaki lalu menggeleng tak percaya. Sehun? Seorang Oh Sehun, bisa memasak? Luar biasa!
"Kau tak malu Ji? Hanya kau yang tak bisa memasak di sini. Bahkan kami pria saja bisa." Sombong Baekhyun dengan bersedekap dada. Mempoutkan bibirnya ke arah Jiyeon, meledek.
"Masih ada Su-"
"Maaf mengecewakanmu Ji. Aku bisa memasak." Suzy menyela ucapannya dan berdiri di samping Sehun. Tersenyum kecil lalu memeletkan lidahnya, lagi! Mengolok Jiyeon.
"Kalian membullyku?!" Tanya Jiyeon tak percaya. Menghentakan kakinya ke lantai lalu bersedekap dada. "Aku korban disini. Tak ads yang membelaku?!" Pekik Jiyeon.
Hening.
"Setelah kalian selesai dengan dapurku. Bersihkan lalu tidur." Suruh Sehun. Menarik tangan Suzy menuju kamar mereka, tanpa mempedulikan ocehan tak berguna Jiyeon yang sedang marah-marah di dapur sana. Biarlah dua makhluk yang tersisa disana yang akan mengurusnya.
Blam.
"CHANYEOOOL! AJARI AKU MEMASAK!" Pekik Jiyeon nyaring. Bahkan terdengar hingga ke dalam kamar mereka, Sehun dan suzy, yang nyatanya sudah mereka tutup.
"Temanmu luar biasa." Puji Sehun. Menggelengkan kepalanya lalu merebahkan tubuhnya di ranjang. Menarik selimut hingga dadanya lalu menepuk sisi kosong di sebelahnya.
"Kau berhutang banyak penjelasan padaku." Ujar Sehun.
**
"Jadiii?" Tanya Sehun.
"Yah itu. Apa menurutmu aku bisa?" Tanya Suzy lagi. Mengeryitkan dahinya saat ia mendapati khayalan di otaknya bahkan menolaknya memberikan dorongan yang bagus. Contohnya penghayalan ia yang lulus masuk universitas, begitu.
"Aku ragu." Jujur Sehun. Mengangkat bahunya saat ia rasa Suzy tengah menanti alasannya. "Aku tak tau bagaimana model soal tes disini." Ujar Sehun.
Kalian tau dia lulusan mana'kan? Oh pasti tau.
"Jurusan apa yang akan kau ambil?" Tanya Sehun, mulai tertarik dengan kuliah Suzy.
"Mm. Seni." Jawab Suzy ragu.
"Ku pikir kau akan mengambil management business." Heran Sehun. Dia juga berharap jika Suzy bisa jadi sekretarisnya. Kantornya pasti akan sangat heboh.
"Kau tak suka?" Tanya Suzy dengan raut wajah sedih.
"Suka atau tidak. Yang menjalani itu kau Suzy. Bukan aku. Aku paksa kau masuk jurusan itu, jika kau memang tidak ingin. Maka uangku akan terbuang sia-sia." Jelas Sehun. "Aku hanya heran atau lebih tepatnya kaget? Ya begitulah!" Santai Sehun. Mengusap kepala Suzy dengan senyum manisnya. "Jika aku boleh tau, kenapa kau ingin jurusan itu?" Tanya Sehun untuk yang kesekian kalinya. Suzy rasa Sehun makin cerewet dari hari kehari.
"Aku ingin mengajari anak-anak kecil bernyanyi. Apalagi yang yah, kau tau. Yang tidak bisa hidup mewah seperti kita. Aku hanya ingin mengurangi beban mereka, meski beberapa dari mereka tak tau beban itu apa. Setidaknya aku bisa membuat mereka relax." Jelas Suzy panjang lebar. Mengerjap imut di depan Sehun lalu menunduk kecil. Ia takut Sehun tak suka.
"Kau sudah dewasa rupanya." Puji Sehun. Membawa Suzy ke dalam pelukannya lalu mencium kepalanya.
"Kau tak keberatan?" Tanya Suzy takut-takut.
Sehun tertawa, benar-benar tertawa. Dan itu sangat tampan bagi Suzy.
"Tentu tidak. Aku akan selalu mendukungmu." Hibur Sehun. Mengusap kepala Suzy lalu mengeratkan pelukannya.
"Terima kasih Sehun." Ujar Suzy tulus. Membalas pelukan Sehun lalu terkekeh pelan. Ia menyukai saat-saat seperti ini.
Sangat suka.
"Sama-sama. Dan aku,, mencintaimu." Bisik Sehun.
"Aku lebih mencintaimu lagi Sehuuun."
TBC
THANK U
SEE U NEXT CHAP
DNDYP