webnovel

Ch. 171

Ceklek.

"Maaf saudara-saudariku yang budiman, di larang ada adegan cium-mencium. Banyak anak-anak di bawah umur di sini." Xukun datang dengan wajah polos tak berdosanya disertai cengiran luar biasa tak bersalah.

Yoojung yang belum siap dengan keadaan ya hanya bisa tertunduk malu. Salahnya juga kenapa tadi bisa berubah jadi patung seperti itu.

"Jasper, kita tidak punya banyak waktu." Lucas datang dengan mata besarnya yang makin membesar.

Jasper mengangguk, tau arti ucapan Lucas barusan. Melirik Yoojung sekilas, Jasper tersenyum. Benar-benar tersenyum. "Jika mereka macam-macam kau tau apa yang harus kau lakukan."

Cup.

Mengecup sekilas dahi Yoojung yang hanya bisa mengangguk pelan. Sungguh, Jasper yang seperti ini membuat Yoojung mati kutu. Tak tau harus seperti apa.

"Hanya satu macam paling." Ujar Lucas seraya menarik sebelah telinga Jasper. Waktu mereka terbatas.

"Jaga diri ya." Ujar Jasper.

"K... kau juga." Cicit Yoojung.

"Aku dan Joonki hyung akan mengembalikan tahanan salah tuduh ini. Kau dan Yoojung segera kembali keparkiran." Jelas Lucas.

Semuanya harus berjalan lancar sesuai rencana. Dan mereka harus cepat.

"Aku titip Yoojung pada kalian. Terima kasih."

"Tak usah sungkan."

**

Yoojung diam setelah masuk kedalam mobil. Mereka tinggal menunggu Lucas dan ya, mungkin di lain kesempatan mereka bisa kembali bertemu. Semoga.

"Apa lagi yang otak doktermu itu pikirkan?" Tanya Xukun setelah memutar tubuhnya menghadap Yoojung yang duduk di kursi belakang.

"Aku tidak." Balas Yoojung tak peduli. Banyak oceh sekali si Xukun ini. Pusing Yoojung, pusing!

"Memikirkan Jasper?" Tanya Xukun to the point. Jujur saja Xukun juga memikirkan Jasper. Hanya saja mau bagaimana lagi? Semuanya butuh proses.

"T-"

"Stop talking over." Sela Xukun. Apa salahnya jujur saja? Kalau memang memikirkan Jasper ya katakan saja. Semua orang juga sedang memikirkan itu si manusia kutub.

"Jangan bersembunyi lagi. Jasper bahkan sudah terang-terang memberi tau dunia bahwa kau begitu berharga untuknya. Dia memang tidak mengatakannya, tapi tindakannya cukup membuktikan bahwa kau memang berarti untuknya." Jelas Xukun. Yoojung memang perlu di beri sedikit sentilan pada usus dua belas jarinya. Gengsinya sungguh terlalu besar kadang.

"Aku... hanya memikirkan apa dia bisa keluar atau tidak." Mengaku juga akhirnya.

"Keluarganya tidak akan tinggal diam. Kita juga akan membantu tentu saja."

"Tap-"

Ceklek.

Blam.

"Membicarakan Jasper? Tak usah khawatir. Dia kuat. Hal semacam ini hanya seujung kuku kaki baginya." Lucas tiba-tiba datang dan sudah duduk manis di sebelah kursi kemudi samping Xukun.

"Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Joonki hyung siap membantu katanya."

Xukun dan Yoojung langsung menghela nafas lega. Ada tambahan bantuan, syukurlah.

"Nah, mari kita pulang kawan-kawan sekalian."

**

Sehun masih kekantor seperti hari-hari biasa, tak terlihat panik karena memang, hari ini dia akan ada rapat dadakan.

Tak ada hubungannya memang, tapi bagi Sehun ini benar-benar penting. Dan sangat penting.

"Semuanya sudah berkumpul, Presdir." Suho datang tepat di depan Sehun dengan sebuah berkas yang entah apa itu isinya yang berada dalam dekapannya.

Sehun mengangguk singkat, berjalan masuk kedalam ruang kerjanya, dan menarik lepas ikatan dasi yang mencekiknya di pagi ini.

"Waaw, santai Presdir Oh Sehun." Jiyeon berseru dengan setoples makanan yang berada dalam dekapannya. Iya, anggap saja itu bekal. Wu Yifan yang terhormat sudah mengharamkan makanan berpengawet untuk masuk kedalam perut istrinya.

Iya, ini yang rapat dadakan penting kata Sehun tadi. Isinya? Ada Jiyeon, Kris, Chanyeol, Baekhyun, Kai, Siwon, dan Suho tentu saja. Kenapa harus di kantor Kris? Hanya ingin, itu kata mereka.

Mendudukan dirinya di single sofa, Sehun kembali menghela nafas lelah. Jasper memang belum genap sehari masuk jeruji besi. Hanya saja Sehun khawatir entah kenapa. Perasaan Sehun mengatakan bahwa mereka harus bertindak cepat.

"Aku tidak bisa lama, penerbanganku dua jam lagi." Kai angkat bicara saat tak ada satu orang pun diantara mereka yang akan memulai percakapan penting ini.

"Baiklah, hanya beberapa yang aku katakan pada kalian." Siwon memulai, masih dengan bersandar nyaman di kursinya tanpa mau repot-repot mengubah posisi. "Jinyoung, Lucas, dan Xukun akan mulai hari ini."

"Baejin? Kenapa Baejin harus ikut?" Sehun tidak pernah ingin anak tengahnya itu ikut ambil peran dalam urusan kali ini.

"Kau tak usah khawatir, dia hanya akan ikut sesekali dengan Xukun dan juga Lucas." Siwon menjelaskan. Dia sebenarnya juga tak ingin cucunya itu ikut ambil peran. Tapi mau bagaimana lagi, mereka sudah menargetkan tiga hari ini semua urusan harus sudah selesai. Bagaimanapun caranya.

"Aku tak bisa bantu apa-apa di sini, aku harus segera ke Amerika." Kai angkat kaki setelah membungkuk sedikit pada Siwon yang memang jauh berada di atasnya.

"Hati-hati di jalan, cepatlah. Jangan sampai pesawatmu terjebak macet." Baekhyun berseru dengan tangan melambai cantik.

"Berisik kau, Pendek." Sungut Jiyeon seraya melempar kulit kacang tepat pada kepala Baekhyun.

"Aku dan Baekhyun akan beriringan dengan Xukun, Lucas, dan juga Baejin." Chanyeol menunjuk dirinya sendiri dan mengetuk pelan kepala Baekhyun setelahnya. Baekhyun dan Jiyeon harus segera di lerai, jika tidak akan semakin panjang masalah yang terjadi nantinya.

"Yang berbuah diam saja ya." Balas Baekhyun tak mau kalah.

Mencebikan bibirnya, Jiyeon membuang muka dan kali ini menatap Siwon dengan matanya yang sedikit bulat. "Aku akan beriringan dengan si hitam Jongin."

Kris mendelik kesal, apa istrinya ini akan kembali membangun cinta lama dengan si buluk itu? Kris sungguh tak akan bisa kawan-kawan.

"Tatapanmu santai saja, Tonggos! Aku tidak akan selingkuh!" Kali ini Jiyeon yang mendelik kesal. Buruk sekali pemikiran suaminya ini.

Cuprum Iodine Hidrogen. CuIH.

"Berisik kau!" Sungut Kris.

"Aku akan beriringan dengan Kris." Siwon menengahi. Sudah lelah Siwon mendengar suara ribut antara anak dan menantunya ini. Tak ada habisnya, sungguh. Ingin rasanya Siwon kelur dari istana besar yang sudah susah payah ia bangun itu.

"Suho, kau harus siap sedia kapanpun dan dimanapun." Suho menunjuk dirinya sendiri. Sungguh? Mimpi buruk macam apa ini? Kenapa rasanya menjadi Sekretaris sangat susah saat ini.

"Mari kita mulai, urusan perusahaan mari berikan saja pada Sekretaris kalian masing-masing." Siwon berujar santai tanpa rasa bersalah. Tersenyum manis pada Suho yang sudah menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

Bruk.

Semua mata tertuju pada Suho yang baru saja mengistirahatkan dahinya di atas meja kaca kesayangan Sehun.

"Tunggu sebentar, aku ingin izin kepencatatan sipil Korea Selatan dulu. Rasanya menjadi Sekretarisnya Oh Sehun benar-benar amat susah saat sekarang ini." Keluh Suho.

"Ada tanggapan, Oh Sehun?" Tanya Kris. Mana tau adiknya itu punya jalan keluar lain yang lebih mudah kan.

"Suho, hati-hati dengan mejaku. Kau bisa memcahkannya."

Bruk.

"Tolong ampuni semua dosa-dosaku di masa lalu, Ya Tuhan."

**

"Kau sudah dengar tentang Jasper yang masuk penjara?"

"Sudah."

"Bagaimana menurutmu?"

"Bagus. Aku akan kekurangan satu saingan lagi."

Jinyoung menggeram rendah saat buku-buku sialan di depannya ini menghalangi penglihatannya.

"Aku tak bisa melihat wajah-wajah para bajingan itu!" Desis Jinyoung kesal.

**

"Kau pasti sudah mendengar berita tentang Jasper bukan?"

"Tentu saja."

"Apa itu semua rencanamu?"

"Bukan sepenuhnya rencanaku."

"Sialan! Lihat saja kalian!"

**

"Tak perlu khawatir, sejauh ini semua berjalan lancar."

"Dari awal memang seharusnya tak ada yang perlu aku khawatirkan."

"Ini... tidak mungkin."

**

"Aku sudah tau beberapa orang yang terlibat dalam kasusmu kali ini."

"Kirimkan padaku."

TBC

SEE U NEXT CHAP

THANK U

DAP