webnovel

Ch. 149

Xukun dan Lucas sedang adu tatapan sengit. Kesal. Mereka berdua benar-benar dalam keadaan kesal setengah mati.

Kriuk.

Kriuk.

Kriuk.

Nah, Jesper ya anteng-anteng saja duduk nyaman di atas sofa dengan sebungkus keripik kentang di pangkuannya.

Yang adu tatapan sengit siapa? Xukun dan Lucas bukan? Nah, kenapa harus Jesper juga yang repot? Masa bodoh tentunya.

"Tidak usah menatap-natap Jesper!" Sungut Xukun kesal. Menarik kecil jambul Lucas yang hanya bersedekap dada di sebelah Jesper.

"Diam kau! Jika mau ya tatap juga." Balas Lucas tak mau kalah. Mata punya siapa? Lucas bukan? Nah, haknya itu.

"Aku tidak mau berbagi Jesper dengan siapapun!"

Greb.

Menarik kepala Jesper dan memasukannya dalam pelukannya yang kecil. Ya maklum saja, badan Xukun yang paling kecil di antara mereka bertiga.

Uhuk.

"Yak! Sialan! Lepas! Jesper milikku!" Pekik Lucas seraya menarik tangan kanan Jesper yang masih terbatuk-batuk karena kaget di tarik begitu saja oleh Xukun.

"Uhuk... uhuk..."

"Lepaskan Jesper!" Amuk Lucas.

"Tidak mau!" Semakin mengeratkan pelukannya pada Jesper yang sibuk mengais oksigen.

"Lepas!"

"Tidak."

"Lepas!"

"Uhuk... uhuk..."

"Tidaaak!"

"Yaa!! Kakakku! Lepas! Kakakku bisa mati itu! Heiii jangan brutal-brutal pada kakakku!" Jinyoung yang baru saja keluar dari dapur tidak sengaja melihat penderitaan kakak semata mayangnya. Berlari sekuat tenaga dan menarik Jesper agar berdiri di sebelahnya dan menepuk-nepuk kecil punggung kakaknya yang sepertinya tersedak keriping kentang.

Puk... puk... puk...

"Kau baik, hyung?" Tanya Jinyoung prihatin.

"Sudah hampir mati aku ini." Pekik Jesper dengan suara seraknya yang benar-benar memprihatinkan.

"Lihat?! Kakakku hampir mati." Omel Jinyoung seraya menyodorkan segelas air hangat. Orang batuk tidak boleh minum es, ingat?

"Uuuuu Jesjes mianhaeeee." Ujar Xukun dengan bibir yang tertekuk kebawah. Imut? Iya! Jika dia perempuan. Nah ini pria tulen, berotot, dan berbatang.

"Kau... kau!" Sungut Lucas seraya menendang kecil tulang kering Xukun. "Hampir meregang nyawa masa depanku!"

"Siapa yang masa depan siapa?!" Amuk Xukun. "Jesper itu milik bersama!" Sentak Xukun.

"Siapa yang milik bersama?" Tanya Jinyoung yang mulai meradang. Nafas kakaknya masih setengah-setengah dan dua manusia itu malah berebut hak kepemilikan Jesper. "Jesper hyung milikku!"

"Resiko jadi orang tampan ya begini." Gumam Jesper yang masih sibuk meneguk habis air hangatnya. Tenggorokannya gatal.

"Tidak usah ikut campur kau kecil!" Sungut Lucas yang masih meradang gegara ulah Xukun tadi.

"Kau juga tidak usah ikut-ikut!" Sungut Xukun menunjuk-nunjuk batang hidung Lucas. Maklum, orang mancung.

"Tidak mau tau! Jesper hyung milikku! Habis perkara!"

"Milikku!"

"Aku!"

"Aku!"

**

Jesper berjalan santai menuju meja makan, duduk di salah satu kursi dan tersenyum manis pada Kris dan Jiyeon yang tengah makan romantis berdua.

"Aku ikut bergabung, terima kasih." Ujar Jesper tak peduli. Mengambil sesumpit besar daging bakar yang sepertinya di buat oleh dua bersaudara, Chanyeol dan Baekhyun.

"Tak masalah." Jawab Jiyeon yang mengunyah sup ayamnya dengan tenang. "Urusanmu dengan mereka sudah selesai?" Mengarahkan sendoknya pada tuang televisi yang masih menampilkan tiga pria yang berebut akan hak kepemilikan Jesper.

"Biar saja mereka, kepalaku sakit." Acuh Jesper dan meminta sup yang saat ini tengah Jiyeon makan. Jesper terlalu malas untuk berjalan kearah kompor yang masih menyala dengan api kecil yang di atasnya berada sepanci sup yang masih mengepulkan uap panasnya.

"Banyak-banyak minum air sana, suaramu mengerikan." Ujar Kris yang duduk tenang dengan segelas jus di depannya.

"Hmm." Jesper hanya mendengung malas. Palingan juga masuk telinga kanan dan keluar lagi dari telinga kanan. "Dimana daddy dan Hao-"

"Hyuuuuung!" Baru saja Jesper akan menyebut namanya dan si kecil Oh sudah muncul seraya berlari-lari dengan tangan kanan yang memegang piring kecil berisi irisan daging panggang.

Bruk.

Menabrak kaki jenjang Jesper yang langsung membawa Haowen duduk di atas pangkuannya.

"Apa yang Haowen bawa?" Tanya Jesper seraya meletakan dagunya di atas kepala si kecil yang sudah duduk nyaman di pahanya.

"Daging. Haowen yang memathak thendiri untuk hyung." Ujar Haowen semangat. Mengambil satu irisan daging dengan tangannya dan menyuapkan langsung pada mulut Jesper yang tersentak kaget karena gerakan tiba-tiba Haowen. Hampir saja itu daging masuk kedalam lubang hidungnya.

"Enak?" Tanya Haowen dengan mata berbinarnya yang menatap Jesper kebelakang.

Glup.

"Asin Ya Tuhan." Bathin Jesper seraya menangis pilu. Niat Haowen sih baik, cuma ya itu. Anak-anak lah namanya. "Enak, terima kasih hmm." Ujar Jesper dan mengusap sayang puncak kepala Haowen.

Jesper tabah pemirsaaa.

"Hehehe biar Haowen ambilkan air." Beringsut turun dari pangkuan Jesper dan berlalu begitu saja untuk kembali ke tempat ayahnya, Oh Sehun.

"Aunty, mintak air. Oh my, Haowen ini kenapa? Ingin menikah? Kenapa asin sekali?" Panik Jesper seraya menggapai-gapai gelas tinggi berisi lemon tea.

"Sabar." Ujar Kris. Menunjuk piring kecil yang tadi Haowen bawakan dengan seonggok daging bakarnya. "Habiskan." Ujar Kris santai.

Jesper ingin menggeram kesal saja rasanya. Membantu Jesper itu hukumnya wajib, sungguh. Pangeran tidak di perbolehkan untuk kesusahan.

"Tidak ingin membantu?" Tanya Jesper.

"Kata kunci." Ujar Kris dengan wajah datarnya.

"Uncle, aunty. Help me." Jesper bersuara dengan nada suara yang memelas. Ini keadaan darurat.

"Kurang." Jiyeon bersuara dengan tangan yang bersedekap di depan dada.

"Uncle, aunty help me please."

Jiyeon dan Kris saling pandang lalu tak lama kemudian dua manusia itu menggeleng serempak. "One more. Kata kunci salah."

Jesper benar-benar sudah menggeram marah. Mengacak rambutnya frustasi, Jesper menyandarkan tubuhnya pada kursi. Jika bukan karena keadaan yang mendesak seperti ini, Jesper tidak akan mau melakukan hal terkutuk seperti ini.

Mengepalkan kedua tangannya di depan dada, Jesper mulai menghela nafas lelah. Harus! Ini demi keselamatan semua umat manusia dan Jesper harus menanggung bebannya seorang diri? Terkutuk!

"Uncle, aunty... help me pleaseee bbuing bbuing."

"Oke!"

"OH MY GOD JESPER?! KAU BARU SAJA BERAEGYO? MASA DEPANKUUUU! KAU SUNGGUH MENGGEMASKAN!"

"SINI-SINI, CIUM DULU."

**

Jesper bergidik ngeri saat mengingat kejadian beberapa menit lalu. Sumpah demi apapun! Itu benar-benar mengerikan!

"Ya Tuhan." Jesper mendesah lelah dengan tangan yang mengelus dada ratanya.

Jesper terperanjat kaget karena suara teriakan Lucas dan Xukun. Apa yang baru saja Jesper alami? Atau lebih tepatnya, apa yang akan sebentar lagi Jesper jalani?

"JESSPERRRR! SINI KUNKUN KISS DULU!" Pekik Xukun dengan semangat. Menyadarkan Jesper yang masih berlarut-larut dalam khayalan hidup sengsaranya yang akan di mulai sebentar lagi.

"Jangan coba-coba mendekat Cai Xukun." Peringat Jesper yang sudah dalam ancang-ancang akan berdiri dan melarikan diri.

"JESJEEEEES! SINI CASCAS CIUM JUGA!"

Jesper benar-benar akan melarikan diri dari rumahnya ini. Jika perlu dari dunia ini sekalian, ingin resign saja Jesper rasanya, sungguh!

"Jangan coba-coba mendekat kalian berdua." Ujar Jesper was-was. Masa depan pipi dan bibirnya perlu di pertahankan saat ini juga.

"DIAM DI TEMPAT!" Pekik Lucas dan Xukun bersamaan.

Bulu kuduk hingga semua bulu yang Jesper punya langsung berdiri. Dua manusia itu benar-benar menatapnya seakan ingin memakannya saja.

"Jangan macam-macam kalian berdua." Jesper memperingatkan dengan mata yang menyipit tajam. Tolong selamatkan keperawanan bibir Jesper. Siapapun!

"Ingin pindah atau tetap di sini?" Tanya Kris pada Jiyeon yang mulai sibuk dengan daging yang di bawa Haowen tadi.

"Di sini saja, ada hiburan gratis." Jawab Jiyeon dengan tawa setannya. Jarang-jarang bukan?

"Ole."

"Ole?" Tanya Jiyeon mengeryit heran. Apa itu?

"Terselepet ini lidah. Oke maksudku." Jelas Kris dengan bola mata yang memutar malas.

"Lidah atau gigimu?" Sinis Jiyeon dengan tawa yang tertahan di tenggorokannya.

"Gigi ini juga yang membuatmu mendesah sayang." Ujar Kris acug tak acuh. Untuk wanita di sebelahnya ini istri tercintanya yang tengah mengandung bibit unggulnya.

"Dasar kotor! Otak Miyabi!" Dengus Jiyeon seraya menyumpal bibir Kris menggunakan seiris daging milik Haowen tadi.

"Karena otak Miyabi ini kau bisa mengandung sekarang, sayang." Kris pantang kalah seraya terus mengunyah daging yang bersarang nyaman di mulutnya.

"Sia-"

"Bisa hentikan pemciraan vulgar kalian dan bantu aku?" Tanya Jesper mulai panik. Xukun dan Lucas sudah semakin mendekat ini.

"Tidak. Malas. Sana berjuangan seorang diri!" Teriak Jiyeon dengan tawanya yang tiba-tiba saja meledak keras.

"Berjuang sendiri itu menyakitkan, Aunty." Jesper balas memekik kesal.

"Kami juga berjuang di sini, sayang." Lucas dan Xukun bersuara lantang. Mereka sama-sama berjuang saat ini.

"Musnah kalian berdua!" Umpat Jesper ketakutan. Sumpah ini nasib masa depannya, Ya Tuhan.

"Kami dataaaang!" Teriak Lucas dan Xukun bersamaan. Hampir saja bisa menerjang Jesper sebelum pria itu berhasil menghindar.

"Mamaaaaaaa! Selamatkan keperawanan anakmu!" Pekik Jesper seraya berlari sekuat tenaga untuk keluar dari area dapur.

"Najis, Jes!" Sungut Lucas tapi tak juga menghentikan langkah kakinya yang makin dan semakin cepat saja.

Jesper semakin panik dan berlari mendekati gudang. Menyembunyikan tubuhnya di sana dengan nafas yang masih berantakan. Mulutnya berkomat-kamit merapalkan doa agar dua setan itu tidak bisa menemukannya.

Jesper kembali bergidik ngeri. Demi apapun di dunia ini, dua temannya itu benar-benar brengsek terkadang.

Menghela nafas lega saat tak terdengar lagi teriakan Lucas dan Xukun yang masih sibuk mencari keberadaan dirinya.

"Untung saj-"

"BOOO! KENA KAU!" Pekik Lucas bahagia.

"BERSIAPLAH SAYANGNYA KUNKUN!" Xukun tersenyum lebar yang entah kenapa malah terlihat mengerikan di matanya.

"Jangan. Coba. Coba." Desis Jesper beringsut menjauh. Kaki Jesper sudah terlanjur lemas penonton setia.

"YAAAAAAAAAAAA!"

"AAAARRRRRRRGGGGGGH!"

Mmmmmuuuuuuaaaaaaach!

TBC.

SEE U NEXT CHAP.

THANK U.

DNDYP.