Kuartet Oh sedang duduk tenang di depan televisi. Pagi sabtu kali ini mereka habiskan dengan menonton ria, lengkap dengan berbagai makanan dan juga cemilan yang sudah si Master Oh Sehun masak.
Dari kiri ke kanan ada Jesper, Haowen, Sehun, dan terakhir Jinyoung.
Pandangan mereka berempat fokus ke layar televisi di depan sana dengan kaki yang terjulur indah. Mereka sengaja menggeser meja untuk bisa menjadi tempat kaki mereka mendarat nantinya.
Haowen yang tidak tau ini acara apa juga ikut menatap serius pada layar televisi. Mencoba mengerti kenapa tiga pria dewasa di depannya ini bisa seserius itu.
Sibuk mencari dimana letak bagian yang menurutnya harus di seriuskan, Haowen mulai memeluk erat lengan Sehun yang memang duduk di sebelahnya.
"GOOOOOOOOOOOOOL!!"
Haowen hampir saja menangis keras karena terkejut oleh teriakan dua kakaknya dan juga ayahnya. Benar-benar cetar.
"GOOOOOOOOOOOOOL!!" Kali ini Haowen tak mau ketinggalan, dia sudah mulai paham kenapa mereka menjadi sangat hening dan bisa menjadi sangat berisik dalam satu waktu.
'Apa jika bolanya mathuk kita haruth berteriak?' Bathin Haowen bermonolog ria.
Dua saudaranya terlalu serius, apalagi ayahnya. Percuma jika Haowen masih nekat bertanya, tidak akan mendapat jawaban apapun. Sungguh! Percayalah.
"YAAAK! BODOH! TENDANG BOLANYAA! TENDAANG! AISH!"
"APA YANG KAU LAKUKAN?! KENAPA DIAM SAJA?!!"
"Aith BODOH! Kenapa tidak bawa lari thaja bolanya?!"
"Uhuuk!"
Haowen berjengit ngeri dan langsung memanjat kepangkuan Sehun. Suara Jesper benar-benar mengerikan.
"Mian." Ujar Jesper.
Haowen makin beringsut mundur di pangkuan Sehun. Suara Jesper memang patut di pertanyakan. Berat, basah, serak, dan sungguh mengerikan.
"Uhuk!"
Jinyoung langsung berlari dengan kecepatan cahaya kearah dapur. Mengambil gelas kosong dan sebotol madu, lengkap dengan air panas, dan sebuah lemon.
Jika Jinyoung tidak salah baca, perpaduan madu, lemon, dan air hangat bisa dijadikan obat. Itu jika Jinyoung tidak salah ingat. Entah memang pakai lemon entah tidak. Jinyoung tidak terlalu peduli. Anggap saja kali ini Jesper tengah menjadi kelinci percobaannya. Gampang bukan?
Sedangkan Sehun dan Haowen langsung berlari dengan kecepatan suara menuju kamar untuk mengambil selembar selimut tebal. Sepertinya Jesper demam.
"Ini. Minum." Ujar Jinyoung menyodorkan segelas cairan uji cobanya.
"Sini, berbaring saja di pangkuan daddy." Ujar Sehun seraya menepuk-nepuk pahanya.
Haowen? Ya pasrah saja jika memang harus berbagi paha Sehun untuk kali ini.
Sebenarnya Jesper begitu tergoda dengan tawaran Sehun untuk berbaring di pangkuannya. Tapi ya mau bagaimana lagi, gengsi Jesper melebihi besar badannya yang bongsor itu.
"Ck, aku bukan anak kecil." Maka terpaksa sudah Jesper tolak tawaran emas yang tidak akan datang setiap hari. Rugi sih sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi?
Tak.
Jinyoung meletakan dengan segera segelas ramuan eksperimennya tepat di atas meja sebelah kiri Jesper.
Sret.
Dengan tidak berotaknya, telunjuk ramping Jinyoung mendorong dahi Jesper agar berbaring di atas pangkuan Sehun.
"Resiko punya saudara tsundere ya macam ini. Malu-malu doggy." Ujar Jinyoung dengan wajah polosnya.
"Aku bukan tsundere." Bantah Jesper. Tidak terima dia itu.
"Terserah apa katamu." Jengah Jinyoung.
Bruk.
Mendudukan pantatnya tepat di samping kaki Jesper dan mengulurkan tangannya untuk mulai memijat-mijat kaki kakaknya itu.
Sehun? Hanya tersenyum kecil dengan tangan yang mulai mengusap helai legam milik Jesper dan sesekali memperbaiki selimut yang menutupi tubuh anaknya agar tetap berada tepat di bawah dagu Jesper.
Haowen? Dia diam saja dengan tangan yang memeluk Jesper dan bibir yang sesekali mencium pipi dan dahi saudaranya itu.
Sehun bukan tidak peduli, tapi ya hanya saja dia menunggu untuk Jesper yang mulai berbicara. Sehun hanya menjaga agar mood Jesper tidak jatuh begitu saja karena pertanyaan yang menyangkut tentang kenapa wajah tampan putranya bisa lebam-lebam seperti ini?
**
Brak.
"The fuck!" Umpat Jinyoung tanpa sadar. Sungguh itu adalah suatu spontanitas dari lubuk hatinya paling dalam.
"Oh Jinyoung." Sehun memperingatkan. Mulut anaknya ini lancar sekali.
"Maaf dad. I am shocking." Ujar Jinyoung dengan cengiran bodohnya dan garukan canggung pada tengkuknya yang bahkan tidak terasa gatal.
"Mana para keponakanku?" Tanya Baekhyun yang baru saja masuk dengan tentengan penuh makanan di tangan kanan dan kirinya.
"Keponakan dua hadir. Keponakan satu dan tiga tidur." Ujar Jinyoung dengan tangan kanan yang terangkat keatas. Mewakili dua saudaranya yang sudah berlayar di alam mimpi.
"What the... kenapa dengan wajah Jesper?" Tanya Jiyeon yang masuk dengan sekantong penuh buah-buahan. Sudah macam pelangi wajah Jesper dengan berbagai warna yang menghiasinya.
"Kalian hanya datang berdua?" Tanya Sehun mengalihkan pembicaraan. Malas saja menjawabnya.
"Chanyeol dan Kris masih di luar." Jawab Baekhyun dan duduk di sebelah Jinyoung. Gemas saja dia melihat si sulung dan si bungsu.
Jesper yang tidur dengan berbantalkan paha Sehun dan selimut tebal yang membungkus tubuh atletisnya membuat si papan ubin kayu itu benar-benar menggemaskan. Belum lagi dengan Haowen yang memeluk erat tubuhnya, tak membiarkan udara dingin menyusup kedalam selimut kakaknya dan membuat Jesper menjadi kedinginan lagi.
Brak.
Sret.
"Menyingkirlah wahai para pria tua!" Sungut Lucas yang tengah menarik-narik lengan Chanyeol dan Kris.
"Lepas! Perbaiki dulu popokmu sana!" Ujar Kris. Menyentil dahi Lucas yang tentunya akan meradang sebentar lagi.
"Aku tidak memakai popok! Minggir!" Pekik Lucas dengan tangan yang sesekali akan menjambak rambut lebat milik Kris. Kesal.
Dan entah kenapa Kris juga malah meladeninya. Chanyeol dan Xukun saja hanya diam tenang di depan pintu sana.
"Entah kenapa dia," seraya menunjuk Kris, "out of the box sekali akhir-akhir ini." Ujar Jiyeon merasa prihatin. Entah kemana suaminya yang stay cool itu perginya. Sedih Jiyeon itu sedih.
"Biarkan saja." Ini Baekhyun dan Jinyoung yang sudah larut dalam permainan mereka berdua.
"Menyingkir kau tonggos!" Pekik Lucas kesal. "Aku ingin melihat kesayanganku!"
"Kesayangan siapa maksudmu?!" Ini Xukun yang angkat bicara. Telinga yang sudah panas menjadi makin panas. Tolong. Xukunnya Jesper ingin meledak!
"Kesayanganku tentu saja! Oh Jesper! Milikku." Jelas Lucas seraya melotot tajam. Melupakan Kris yang sudah lebih dulu masuk dengan Chanyeol yang mengekor di belakangnya.
"Jesper milikku! Milikmu pantat!" Sungut Xukun yang sudah bergacak pinggang. Seenak mulutnya saja pria ini bicara.
"Milikku!"
"Aku!"
"Aku!"
"Aku!"
"Ak-"
"Jesper hyung milikku! Mau apa kalian?!" Nah, jika si pemilik asli sudah bicara ya kita bisa apa? Bungkam sudah mereka dengan langkah yang terseret masuk kedalam rumah.
"What the fuck?!" Pekik Lucas spontan. Tak sadar jika Sehun sudah melotot tajam kearahnya.
"Apa yang baru saja kau sebut, idiot?!" Bisik Xukun dan menyikut keras perut Lucas yang hanya bisa meringis.
Niat awalnya ingin memaki Xukun, tapi ya itu hanya niat karena apa? Lirikan mata Xukun yang mengarah pada Sehun membuat nyalinya ciut seketika.
Menelan salivanya yang entah kenapa terasa begitu tajam seperti duri dan setelahnya menyengir canggung pada Sehun. "Maafkan Lucas."
**
"Damai sekali manusia ini tidur." Ujar Jiyeon dengan telunjuk yang menusuk-nusuk pipi Jesper.
"Jangan menganggu hyungku noona tua." Peringat Jinyoung. Kakak satu-satunya itu harus tidur nyenyak agar cepat sembuh.
"Tumben sekali kau perhatian." Mata Jiyeon menyipit curiga. Jarang-jarangnya si kepala kecil itu.
"Agar dia bisa cepat sembuh dan juga bisa mengajariku belajar ujian masuk Universitas." Nah, ada maunya pasti!
"Musnah kau sana." Dengus Jiyeon.
"Eey yakin? Mau rahasiamu aku bocorkan?" Ancam Jinyoung dengan alis yang di naik-turunkan.
"Eeeyy kau bercanda? Kau tak akan beran-"
"Yifan hyuuuuung!"
Mata Jiyeon membelalak lebar, si kecil ini harus di hentikan! Harus!
"YIFAAAAN HYUUUUUNG, JIhmmmmmmp!"
"Jangan macam-macam kau kecil."
"Hyuuuhhmmppp!"
"Kenapa?" Tanya Kris yang baru saja kembali dari dapur. Mengeryit heran saat yang ia dapati Jinyoung tengah berada di ketiak istrinya dan mulut yang di bekap.
"Hyuuuung, Jiyeon ini sedhmmmmp."
"Tidak tidak tidak. Tidak ada apa-apa."
"Hmmmp."
"Diam kau bocah."
"Sebenarnya kenapa?"
Glup.
TBC.
SEE U NEXT CHAP.
THANK U.
DNDYP.