"Presdir, Irene membuat keributan di lantai bawah."
Sehun yang tengah duduk diam seraya menandatangani berkas-berkasnya hampir saja mengumpat kesal karena karyawannya itu tidak menggunakan sopan santun untuk masuk dalam ruangannya.
"Apa kau tidak bisa mengetuk pintu?" Sinis Sehun. Melepas kaca mata bacanya dan meletakan penanya begitu saja.
"Maafkan saya Presdir Oh. Hanya saja Irene benar-benar sudah merusak properti di lantai bawah." Ingin rasanya Sehun mengutuk dan menyumpah serapahi jalang murahan itu. Kenapa lagi dia datang kesini?
"Apa keamanan tidak bisa mengerjakan tugasnya?" Sungut Sehun. Bergerak menjauhi meja kerjanya untuk bisa mencapai lantai bawah dimana Irene kembali berulah.
"Keamanan sudah berusaha tapi Irene melukai mereka."
"Bedebah itu, bukan siapa-siapaku, tapi selalu membuatku repot seperti ini. Setelah ini dia benar-benar akan mati di tanganku." Desis Sehun dengan nafas yang memburu cepat. Melangkah lebar-lebar agar ia bisa lebih cepat melihat Irene dan mencabut nyawanya.
**
Ting.
Saat pintu lift terbuka, Sehun dapat melihat dengan jelas jika Irene sudah sangat menguji kesabarannya. Lantai bawah di kantornya ini benar-benar berantakan.
"PANGGILKAN OH SEHUN!" Wanita gila itu berteriak kencang. Membanting pajangan bunga yang memang Sehun persiapkan untuk memperindah kantornya.
Prang.
"OH SEH- Sehun-ah." Irene berhenti mengamuk. Berlari mendekati Sehun dengan mata berbinar dan senyuman yang terkembang lebar.
"Seh-"
Sret.
"Akh, uhuk." Irene terbatuk kencang saat Sehun dengan tangan kekarnya mencengkram erat lehernya.
Bagi Sehun, tangan Irene yang menyentuh tubuhnya benar-benar membawa bencana. Irene itu virus tersendiri baginya. Penyakit kronis akut.
"Berani sekali kau kembali menginjakan kaki kotormu di kantorku dan mengacaukan semuanya." Desis Sehun dengan mata memicing tajam. Rahangnya mengatup rapat dengan urat-urat yang tercetak jelas di lehernya.
Irene meronta kencang saat Sehun menyeretnya tanpa perasaan. Masih dengan tangan yang mencengkram kuat leher Irene.
"Sehun akh, uhuk lepas. Akh." Pinta Irene dengan wajah yang sudah memerah karena kehabisan nafas.
Sret.
Brukh.
Menyeret Irene dan melempar begitu saja Irene ke atas lantai pelataran perusahaannya.
"SEHUN!" Pekik Irene tak terima. Berusaha bangkit tapi roboh kembali karena paru-parunya yang masih kekurangan oksigen.
"Enyah dari hidupku sebelum aku sendiri yang benar-benar akan membunuhmu!" Desis Sehun. Menatap sinis Irene yang hanya bisa terdiam dengan mata yang berkaca-kaca karena merasa harga dirinya benar-benar terinjak.
Seluruh karyawan di kantor Sehun menunduk takut karena kilatan mata Sehun yang benar-benar mengerikan.
"Ini kali terakhir aku melihat dia masuk kedalam kantorku. Sekali lagi hal ini terulang, aku benar-benar akan memecat kalian." Desis Sehun dengan mata elangnya yang berkilat murka melihat kekacauan yang telah terjadi.
"Kau... KAU DAN ANAKMU SAMA-SAMA BRENGSEK SIALAN!" Teriak Irene dengan berurai air mata.
Sehun tertawa sinis, membalikan tubuh untuk bisa melihat Irene yang tengah menggeram padanya. "Tentu. Mereka anakku." Balas Sehun tak kalah sinis.
"Ah harga dirimu yang memang tidak berharga itu merasa terinjak karena Jesper?" Tanya Sehun dengan tangan bersedekap di depan dada.
"Kau benar-benar sialan!" Desis Irene dengan tangan mengepal kuat. Like father like son. Father brengsek son tak mau ketinggalan.
"Sadari dimana kau harus berdiri. Ketiga putraku terlalu suci untuk manusia kotor seperti dirimu. Dan lagi, aku tidak akan berpikir dua kali untuk membantu mereka melenyapkanmu." Ujar Sehun. Menatap petugas keamanannya yang tidak baik-baik saja.
"Bawa mereka ke rumah sakit. Bersihkan lobby. Dan jangan sampai dia masuk lagi." Tunjuk Sehun mengarah pada Irene yang masih terdiam di tempatnya. Matanya menyalang tajam menatap Sehun yang hanya menyeringai sinis padanya.
"AKU AKAN MEMBALASMU OH SEHUN!" Pekik Irene.
"Teruslah mencoba." Bisik Sehun tak peduli. Membalikan badannya dengan seringaian yang tak pernah lepas dari bibirnya.
Jika Irene memang setan maka Sehun adalah Rajanya. Ancaman Irene tak berpengaruh padanya. Bahkan untuk secuil pun. Sehun bukan lawan yang tepat sebenarnya.
"Teruslah berlari sekuat tenaga bahkan hingga kau merangkak kearahku, aku tidak akan peduli."
**
"Jika mereka berulah maka katakan saja pada kami. Kita bisa membawa satu penghuni kampus." Para Mahasiswi jurusan Management business tengah berseru seraya menatap Jesper yang hanya diam sedari tadi.
"Dan lagi kami juga sudah terlanjur ikut campur."
"Thank's. Kalian benar-benar membantu." Jesper tersenyum. Bukan senyuman tulus, itu lebih tepat jika di sebut dengan smirk.
"Tak masalah brother."
"Ya! Cai Xukun. Kemana saja kau?" Lucas berseru dengan tangan yang melambai bahagia. Mengisyaratkan untuk temannya yang lain itu mendekat padanya.
"Ada masalah dan aku harus pulang." Pria yang di panggil Xukun tersenyum manis. Meletakan tasnya keatas meja tepat di sebelah kiri Lucas.
"Okey, triangle Chines sudah berkumpul. Nikmati waktu kalian." Para perempuan mulai melangkah mundur untuk keluar kelas. Memberi waktu pada tiga Pangeran dari jurusan mereka untuk menghabiskan waktu bersama.
"See u sister." Ujar Lucas dengan mata berbinar. Merangkul bahu Xukun dan Jesper yang memang berada di kedua sisinya.
"Apa aku ketinggalan banyak berita?" Xukun bertanya penasaran. Perasaan ia tidak pergi terlalu lama tapi kenapa ia merasa ia begitu tidak tau apa-apa?
"Kau ketinggalan banyak. Kami akan segera memberi tau jika sudah waktunya." Seperti biasa, Lucas yang paling banyak berbicara dan membuat suasana tidak terlalu canggung diantara mereka.
"Terserah." Pasrah Xukun.
Jika Lucas saja sudah seperti ini, apalagi Jesper. Jangan bertanya lagi karena jawaban yang bisa di simpulkan adalah 'i see no beda.'
Mereka di sebut sebagai segitiga China karena mereka memang benar-benar berdarah China. Tak terkecuali Jesper. Belum lagi fakta yang mempertontonkan bahwa mereka benar-benar tampan dan populer menjadikan mereka sebagai Pangeran kebanggaan Management business.
Dan yang terpenting mereka itu boyfi materials.
"Ingin membolos?" Canda Lucas. Bahkan senyum pria itu sudah mengembang sempurna sekarang.
"Tidak terima kasih. Ayahku sudah terlalu lelah mencari uang." Tolak Xukun dengan bola mata memutar malas.
"Mati saja kau sana!" Itu si mulut sadis tak berperasaan alias Oh Jesper. Si tembok berjalan yang selalu berbicara apa adanya.
"Heyy aku hanya berkidding." Ujar Lucas dengan bahu yang menurun lesu. Dua manusia ini serius sekali.
"Kidding pantatmu!" Sinis Jesper dan Xukun. Masih syukur teman, jika tidak habis sudah si idiot ini.
"Tega kalian pada istri kalian?" Lucas mulai mendramatisir keadaan. Membuat Jesper dan Xukun memutar malas bola mata mereka karena tau akhirnya akan seperti apa.
"Jika seperti ini ceraikan saja aku hks." Isak Lucas dengan telunjuk yang menyeka bagian bawah matanya.
Cih, dasar drama queen.
Sret.
Beranjak dari kursi yang tengah mereka duduki, Jesper dan Xukun memilih untuk menyandang tas mereka dan beranjak pergi keluar kelas.
Menghadapi Lucas itu melelahkan.
"Aku tunggu di pengadilan, calon mantan istri." Ujar Jesper santai. Melangkahkan kakinya menuju pintu keluar dan melirik Xukun yang juga tengah mengikuti jejaknya.
"Jangan lupa untuk membereskan barang-barangmu yang ada di rumah calon mantan istri." Kali ini Xukun. Menepuk bahu Jesper yang tengah menunggunya di pintu keluar.
"Ya! Ya! Ya!" Pekik Lucas. "Dasar para suami sialan!" Maki Lucas. Hendak melempar sepatunya sebelum ia ingat jika Jesper yang notabene orangnya tegaan akan dengan senang hati mencampakan sepatunya kedalam tempat sampah.
**
"Hyung, kita akan kemana?" Si kecil Haowen menengadah untuk menatap Baekhyun yang tengah menggandeng tangannya.
"Kita akan berburu makanan. Bagaimana?" Tanya Baekhyun. Menaik-turunkan alisnya untuk meminta persetujuan Haowen.
"Oke. Ice cream?"
"Ice cream dan semuanya."
Haowen tentu saja memekik senang, ice cream? Oh surga dunia sekali Ya Tuhan. Beruntung jika sekolah Baekhyun libur hari ini. Ia terlalu lelah untuk kembali mengajar dan lagi si setan betina Jiyeon juga memilih libur.
"Pertama-tama mari kita makan ice cream jumbo." Ajak Baekhyun, menarik kecil tangan Haowen untuk masuk kedalam cafe dan tentunya di balas pekikan senang oleh si kecil.
"Nah, sekarang Haowen cari tempat duduk biar hyung yang memesan oke?"
"Oke!" Melepas genggaman tangan Baekhyun dan berjalan menjauh untuk mencari tempat duduk yang terletak tepat di sudut ruangan dengan berhias jendela kaca yang menampakan lalu lintas hari ini.
Setelah Haowen benar-benar mendapat tempat duduknya, barulah Baekhyun mulai memesan makanan mereka. Jika tidak? Jika Haowen hilang maka nyawanya juga di pastikan akan hilang oleh si iblis jantan Oh Sehun.
"Tolong dua ice cream jumbo dengan semua rasa. Tambahan dengan beberapa potong stoberry dan irisan coklat." Pesan Baekhyun. Perkirakan saja dulu jika Haowen tidak akan sakit hanya karena ice cream jumbo. Jika anak itu sudah tidak kuat dengan tangan yang melambai dengan bendera putih pada kamera, maka Baekhyun akan dengan senang hati membantu Haowen menghabiskan ice creamnya. Hidup jangan dibuat repot.
"Baik, silahkan menunggu Tuan." Baekhyun mengangguk, berjalan menjauh menuju meja tempat dimana Haowen duduk.
"Haow-" mata Baekhyun membelalak besar. Ucapannya terhenti saat melihat pemandangan di depannya saat ini. Si sialan tak berguna.
"Apa yang kau lakukan di sini sialan?!" Maki Baekhyun seraya menyembunyikan Haowen tepat di belakang tubuhnya.
"Oh, si Byun Baekhyun. Apa kabar? Lama tidak berjumpa. Aku merindukanmu." Sapa Irene. Melambai singkat pada Baekhyun yang hanya mendecih kesal padanya. Sungguh memuakan.
"Rindu pantatmu sialan!" Ujar Baekhyun. Ia tidak bisa untuk tidak memaki jika sudah melihat Irene. Beruntung telinga Haowen sudah ia tutupi dengan telapak tangannya. Jika tidak maka pendengaran Haowen pasti akan tercemari oleh kata-kata kotor dan hidupnya akan berakhir di tangan Oh Sehun. Mengenaskan.
"Tidak baik terus memaki Byun." Peringat Irene, melipat tangannya di depan dada dengan seringaian yang tercetak di bibir jeleknya itu.
"Enyah kau upik abu." Usir Baekhyun. Menyumpah serapah di dalam hati karena bisa saja Haowen merekam ucapannya dan mempraktekannya di rumah nantinya. Maka hidup Baekhyun akan berakhir sekali lagi.
"Eh, margamu masih Byun atau Park? Apa kau sudah menikah dengan Chanyeol?" Tanya Irene. Ingin rasanya Baekhyun mencincang-cincang wanita sialan di depannya ini. Hidupnya benar-benar mengganggu saja.
"Ah, tentu saja, aku Park sekarang. Kami sudah mempunyai tiga anak." Bukan Baekhyun namanya jika ia hanya diam atau tidak membuat wanita di depannya ini kesal.
"Kau benar-benar gay menjijikan." Maki Irene.
"Gay begini aku laku. Kau? Tuih, sebentar lagi kau akan jadi perawan tua haha." Amit-amit saja Baekhyun jadi gay, dia masih menyukai perempuan tentu saja. Anggap saja ia sedang bermain drama sekarang.
"Ka-"
"Tuan ini pesanan anda."
"Terima kasih."
"Hyung, kenapa nenek thihir itu mengambil tempat duduk hyung?" Tanya Haowen tak suka. Matanya menyipit kesal karena ia masih sangat ingat wajah orang-orang yang sudah mengganggu keluarganya.
"Kita tinggal mengambilnya lagi bukan?" Ujar Baekhyun. Kembali mendudukan Haowen di kursinya dan melangkah santai menuju tempat Irene berada.
Sret.
"Enyah kau benalu!"
Brukh.
Baekhyun itu kejam. Menarik tangan Irene dan menghempaskannya begitu saja pada lantai dingin di bawah sana.
"Byun Baekhyun sialan!" Geram Irene kesal. Bangkit berdiri dan hendak menjambak rambut Baekhyun sebelum...
"Paman, bitha bawa perempuan itu keluar? Dia menggangu Haowen dan hyung." Ujar Haowen pada keamanan yang tiba-tiba saja mencul di depan mereka.
"Ya! Lepas! Lepas! Sialan!" Irene memberontak. Ini kali keduanya dalam hari ini ia di seret keluar dan di hempaskan begitu saja di atas lantai.
"Kerja bagus brother." Puji Baekhyun.
"Haowen belajar dengan cepat hyung." Cih, memuji diri sendiri. Tipikal Sehun sekali.
Baekhyun memutar malas bola matanya, menatap Haowen yang mulai menyendok ice cream di depannya dengan wajah polos tak berdosa. "Lain kali jika bertemu dengan si gila itu, langsung sumpah serapahi saja. Mengerti?"
Mengangguk, Haowen melemparkan jempolnya pada Baekhyun. "Thangat mengerti." Tanpa di suruh juga akan Haowen lakukan.
"Tapi jangan katakan pada Sehun jika hyung yang mengajarkan." Peringat Baekhyun. Masih sayang nyawa juga rupanya.
"Mengerti."
"Pintar."
"Tentu."
TBC.
SEE U NEXT CHAP.
THANK U.
DNDYP.