webnovel

[Chapter 2] Second Layer Abyss Realm

Aku terus-menerus melangkah melalui kegelapan yang menyelimuti lapisan kedua Abyss Realm. Setiap langkahku membawa lebih dalam ke wilayah yang penuh dengan aura ancaman dan bahaya. Lapisan kedua ini berbeda dari yang pertama, udara di sini lebih berat, penuh dengan kekuatan gelap yang menekan dan memancingnaluri bertahan hidupku.

Tanah di sekitarku kasar dan berbatu, dengan lembah-lembah yang dipenuhi lava mengalir pelan, memancarkan panas yang menyengat. Batu-batu besar yang bergerigi berdiri seperti raksasa yang mengintimidasi, sementara suara gemuruh dari dalam perut bumi menggetarkan tanah di bawah kakinya. Di kejauhan, aku bisa melihat bayangan-bayangan bergerak dengan cepat, mengindikasikan kehadiran makhluk-makhluk yang kuat dan mematikan.

Aku mencengkeram pedangku lebih erat, merasakan beratnya pedangku di tanganku seolah memberiku kenyamanan di tengah ancaman yang mengintai. Mata tajamku mengawasi setiap gerakan di sekitarku, siap menghadapi serangan mendadak dari kegelapan.

Saat aku bergerak lebih jauh, iblis-iblis kuat mulai muncul dari bayang-bayang. Mereka memiliki tubuh besar dan bersisik, dengan mata merah menyala yang memancarkan kebencian dan kehausan akan darah. Mereka tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik, tetapi juga menguasai berbagai macam sihir gelap yang mematikan. Setiap kali Aku bertemu dengan salah satu dari mereka, pertarungan sengit harus terjadi.

Dengan setiap ayunan pedangku, aku menggunakan kekuatan Abyss Power yang telah diserapnya. Seranganku dan serangan iblis itu sering kali imbang karena pergerakan cepat dan serangan balik yang menghancurkan yang sama. Aku melompat, menghindari semburan api dan serangan energi gelap, kemudian menyerang balik dengan presisi mematikan, menebas iblis-iblis itu hingga tumbang satu per satu.

Namun, iblis-iblis itu bukan satu-satunya ancaman. Aurelio juga bertemu dengan makhluk-makhluk kuat lainnya yang menghuni lapisan kedua. Ada naga-naga hitam dan merah yang terbang rendah, menyemburkan api panas dan mematikan dari langit, dan golem-golem besar yang terbuat dari batu magma, yang kekuatannya bisa meremukkan apa saja yang ada di jalurnya. Setiap makhluk ini memiliki cara bertarung yang unik, memaksa Aurelio untuk selalu waspada dan adaptif.

Salah satu pertempuran yang paling menantang adalah saat aku berhadapan dengan seorang penyihir kegelapan yang menguasai makhluk-makhluk di sekitarnya. Penyihir itu mengenakan jubah hitam yang mengalir seperti bayangan, dan matanya yang bersinar dengan warna ungu mengerikan memancarkan kebencian. Pertarungan mereka adalah kombinasi dari duel fisik dan pertarungan sihir, di mana setiap mantra dan serangan pedang berusaha untuk mengalahkan lawan.

Aurelio berdiri tegak di hadapan penyihir kegelapan, matanya menatap tajam ke arahnya, siap untuk bertarung lagi. Penyihir itu, seorang wanita dengan jubah hitam yang mengalir dan mata yang memancarkan kebencian, tersenyum angkuh saat melihat Aurelio.

Penyihir Kegelapan: "Ah, seorang petualang berani telah datang untuk menantangku. Kau tidak tahu dengan siapa kau berurusan, manusia kecil."

Aurelio: "Aku tahu persis dengan siapa aku berurusan, penyihir kegelapan. Dan kali ini, kau tidak akan lepas begitu saja."

Penyihir Kegelapan tertawa sinis, mempersiapkan mantra sihirnya dengan gerakan gemulai.

Aku harus menggali lebih dalam kekuatan Abyss Power dalam diriku, mengeluarkan semua Abyss Power untuk melawan sihir mematikan dari penyihir tersebut. Serangan balik penyihir menjadi lebih cepat dan lebih kuat, hingga membuatku terpojok.

Penyihir Kegelapan tertawa sinis saat melihat anda terpojok, ia mempersiapkan mantra sihir terkuatnya dengan gerakan gemulai.

Penyihir Kegelapan: "Kau terlalu percaya diri, manusia. Aku akan mengajarimu sebuah pelajaran yang tidak akan pernah kau lupakan."

Dia melambai-lambaikan tangannya, memanggil makhluk-makhluk bayangan yang muncul dari kegelapan di sekitar mereka. Aku memperketat cengkeramanku pada pedangku, siap menghadapi serangan apa pun yang akan datang.

Aurelio: "Aku tidak akan membiarkanmu menghalangi jalanku. Ayo kita selesaikan ini."

Pertempuran pun dimulai, dengan penyihir kegelapan melemparkan serangan sihirnya sementara Aku bergerak dengan lincah hingga membuat shockwace, menghindari serangan tersebut. Dia melawan dengan keberanian dan kecepatan yang luar biasa, setiap sayatan pedangku membawa kekuatan Ketiadaan yang mengancam untuk membelah kegelapan itu sendiri.

Penyihir Kegelapan terkejut oleh keberanian dan ketangkasan Aurelio. Dia mengganti taktiknya, mencoba membingungkan lawannya dengan ilusi dan tipuan sihir.

Penyihir Kegelapan: "Kau mungkin berani, tetapi kau tidak bisa melawan kegelapan yang sebenarnya. Aku akan menelanmu!"

Namun, Aurelio tidak goyah oleh serangan sihir penyihir. Dia memusatkan pikirannya, menggunakan kekuatan Ketiadaan yang baru dia serap untuk melawan tipuan dan ilusi itu. Dengan tekad yang bulat, dia terus menyerang penyihir kegelapan, menggerus pertahanannya dan mendekatinya dengan setiap serangan yang mematikan.

Aurelio: "Kegelapan sebenarnya ya? Kegelapan sebenarnya yang kau maksud itu tidak akan menakutiku. Kalau kau adalah Kegelapan sebenarnya maka dari itu, Aku adalah Ketiadaan yang akan memecahkan kegelapan yang kau maksud itu!"

Jiwaku mengambil alih kesadaranku dan Jurang Ketiadaan itu sendiri menghisap seluruh kekuatan penyihir kegelapan itu, Penyihir kegelapan itu sangat terkejut atas lonjakan kekuatan anda yang mengguncang seluruh Lapisan Abyss Realm dari lapisan pertama hingga seratus.

Penyihir Kegelapan: "Kau... kau bukan manusia, kau adalah #@%=€℅%@#"

Namun, kata-katanya terhenti saat Aku mengangkat pedangku, siap untuk memberikan pukulan terakhir yang menentukan. Tapi sebelum aku bisa melakukannya, penyihir itu memandangnya dengan mata yang penuh dengan ketakutan.

Penyihir Kegelapan: "Tolong... maafkan aku..."

Aku memandangnya sejenak, merasakan belas kasihan yang tulus. Namun, aku tahu bahwa pertarungan itu adalah bagian dari perjalanan dan bahwa aku tidak bisa mundur sekarang.

Aurelio: "Kamu telah menunjukkan kekuatanmu. Tapi kegelapan yang kau maksud itu tidak bisa menang melawan ketiadaan. Bersiaplah menerima konsekuensinya, Jika kau menganggap Kegelapan yang kau maksud itu lebih kuat dari Ketiadaan."

Setelah mengalahkan penyihir dan membiarkannya pergi, Aku berdiri di atas medan pertempuran yang sepi, napasku terengah-engah. Aku merasakan kelelahan yang mendalam, tetapi juga peningkatan kekuatan dan kemampuan yang semakin nyata. Aku tahu bahwa setiap pertarungan membawa pelajaran baru dan kekuatan yang lebih besar.

Aurelio: "Lapisan kedua ini memang penuh dengan makhluk kuat. Tetapi setiap pertarungan hanya membuatku semakin kuat. Aku harus terus maju, mencari jawaban dan tujuan yang menungguku di sini."

Dengan tekad yang semakin bulat, Aurelio melanjutkan perjalanannya di lapisan kedua Abyss Realm, siap menghadapi setiap iblis dan makhluk kuat yang menghadang jalannya. Kegelapan mungkin lebih dalam dan bahaya lebih besar, tetapi dia tidak akan berhenti sampai menemukan apa yang ia cari dalam kedalaman Abyss ini.

Saat aku melangkah lebih jauh ke dalam wilayah lapisan kedua, aku mulai merasakan perubahan dalam energi yang mengalir di sekitarku. Kegelapan di sini bukan hanya sekadar kegelapan, kegelapan itu terasa hidup, seolah-olah mengamati setiap gerakanku dan menunggu saat yang tepat untuk menyerang. Aku merasakan bulu kudukku berdiri, tetapi tidak membiarkan rasa takut menghentikanku.

Di kejauhan, Aurelio melihat sebuah gua besar yang tampak seperti mulut monster yang siap menelan siapa pun yang mendekat. Tanpa ragu, dia berjalan mendekati gua tersebut, merasakan aura kekuatan yang semakin intens saat ia mendekat. Pintu masuk gua dipenuhi dengan simbol-simbol kuno yang berkilauan dalam cahaya redup, memancarkan energi magis yang kuat.

Aurelio: "Tempat ini... sepertinya ada sesuatu yang penting di dalamnya. Aku harus mencari tahu apa yang disembunyikan di sini."

Aku melangkah masuk ke dalam gua, dan segera disambut oleh pemandangan yang luar biasa. Dinding-dinding gua dipenuhi dengan kristal hitam yang bersinar, memantulkan cahaya yang lembut namun mengintimidasi. Di tengah-tengah gua, ada sebuah altar besar yang terbuat dari batu obsidian, di atasnya terdapat sebuah artefak kuno yang memancarkan kekuatan yang luar biasa.

Aurelio mendekati altar tersebut dengan hati-hati. Artefak itu berbentuk seperti bola kristal yang di dalamnya terdapat pusaran energi gelap yang berputar dengan kecepatan tinggi. Dia merasakan kekuatan yang memancar dari artefak tersebut, dan naluri dalam dirinya mengatakan bahwa ini adalah sumber kekuatan yang bisa membantunya dalam perjalanannya.

Aurelio: "Ini dia... kekuatan yang aku butuhkan untuk menghadapi tantangan di lapisan kedua dan seterusnya. Tapi bagaimana cara aku menyerapnya?"

Aku menatap bola kristal tersebut, merasakan energi yang berputar di dalamnya. Dengan penuh tekad, aku menyentuh bola kristal itu dengan kedua tanganku, membiarkan kekuatan yang ada di dalamnya mengalir masuk ke dalam tubuhku. Saat energi tersebut mengalir, aku merasakan lonjakan kekuatan yang luar biasa, seolah-olah seluruh tubuhku dipenuhi dengan api yang membara.

Aurelio: "Ini... luar biasa. Kekuatan ini... sungguh luar biasa."

Aku menutup mataku, membiarkan kekuatan itu meresap ke dalam setiap serat tubuhku. Selama beberapa saat, aku merasa seolah-olah sedang terbakar dari dalam, tetapi aku tetap bertahan, menahan rasa sakit yang datang bersamaan dengan kekuatan tersebut.

Setelah beberapa waktu, Aku membuka mataku. Aku merasakan tubuhku penuh dengan energi yang baru, lebih kuat dari sebelumnya. Aku tahu bahwa dengan kekuatan ini, Aku akan mampu menghadapi tantangan apapun yang menantiku di lapisan kedua dan seterusnya.

Aurelio: "Dengan kekuatan ini, aku akan melanjutkan perjalananku. Aku tidak akan berhenti sampai menemukan jawaban dan tujuan dari keberadaanku di Abyss Realm ini."

Dengan langkah yang terus-menerus menjelajahi lebih dalam Lapisan kedua, aku meninggalkan gua tersebut, siap menghadapi apa pun yang ada di depannya. Perjalananku baru saja dimulai, dan aku tahu bahwa tantangan yang lebih besar menunggunya di setiap langkahnya.

Saat aku melangkah keluar dari gua, Aku disambut oleh suara gemuruh yang mengguncang tanah. Dari balik bayangan, muncul makhluk besar dengan tubuh yang dipenuhi duri dan mata yang bersinar merah. Makhluk itu mengeluarkan raungan yang menggetarkan udara, menunjukkan giginya yang tajam dan meneteskan air liur yang beracun.

Aurelio: "Makhluk ini... sepertinya tidak ingin aku terus maju."

Dengan cepat, Aku mengangkat pedangku, siap menghadapi makhluk tersebut. Pertarungan pun dimulai dengan cepat, di mana setiap gerakanku dipenuhi dengan kekuatan baru yang aku serap dari artefak di dalam gua. Aku bergerak dengan kecepatan dan ketepatan yang luar biasa, menghindari serangan makhluk tersebut dan menyerang balik dengan kekuatan yang mematikan.

Setelah pertarungan yang sengit, Aku berhasil mengalahkan makhluk besar tersebut. Tubuh makhluk itu jatuh ke tanah dengan dentuman keras, meninggalkanku yang terengah-engah namun penuh dengan kepuasan atas kemenangan yang ku peroleh.

Aurelio: "Satu lagi makhluk kuat yang berhasil aku kalahkan. Tapi aku yakin masih banyak lagi yang menungguku di depan."

Aurelio melangkah dengan hati-hati melalui kegelapan yang menyelimuti lapisan kedua Abyss Realm. Langit di atasnya tidak lagi dipenuhi oleh cahaya samar-samar seperti di lapisan pertama, tetapi digantikan oleh bayangan yang menakutkan dari iblis-iblis yang kuat dan makhluk-makhluk lain yang bersembunyi di balik setiap sudut.

Saat aku melangkah lebih jauh, langkahku berirama dengan ketukan hatiku yang berdegup cepat. Aku bisa merasakan kehadiran musuh-musuh yang mengintaiku di dalam kegelapan, dan setiap serat tubuhku terjaga dan siap untuk bertempur.

Di tengah keheningan yang menakutkan, suara langkah kaki yang menggelinding datang dari kegelapan. Aku menggenggam pedangku dengan kuat, siap menghadapi ancaman yang mungkin datang.

Tiba-tiba, dari bayangan yang gelap, muncullah siluet besar yang menakutkan. Sebuah iblis raksasa berdiri di hadapanku, matanya menyala dengan api kebencian dan nafsu untuk menghancurkan.

Aku merapatkan pegangan pedangku, mataku berkilat dengan tekad yang bulat.

"Aku tidak akan mundur," gumamnya dalam pikirannya dengan suara rendah yang penuh dengan keberanian. "Aku akan menghadapimu, iblis"

Dengan gerakan yang cepat dan presisi yang luar biasa, Aurelio meluncur maju, pedangnya bersinar dalam sinar Abyss Power yang membara. Pertempuran pun meletus, dengan kilatan pedang dan dentuman kekuatan yang mengguncang kegelapan.

Setiap langkah, setiap ayunan pedang, adalah tarian kematian yang mematikan di tengah gelapnya Abyss Realm. Aku tidak hanya bertempur untuk bertahan hidup, tetapi juga untuk membuktikan kekuatan dan keberanian kepada diriku sendiri dan kepada musuh-musuhku.

Namun, iblis-iblis yang menghuni lapisan kedua Abyss Realm bukanlah lawan yang mudah. Mereka menguasai kekuatan yang mengerikan dan strategi yang licik, membuat setiap pertempuran menjadi ujian nyata bagiku.

Namun, meskipun terjebak di tengah kegelapan yang menakutkan dan dihadapkan pada musuh-musuh yang kuat, Aku tidak akan pernah kehilangan tekadku. Dengan keberanian dan kekuatan yang terus bertambah, Aku terus maju, menghadapi setiap rintangan dengan keyakinan bahwa Aku akan menemukan jawaban atas semua pertanyaanku di dalam kegelapan dan api membara yang menyelimuti Abyss Realm.

Perjalanan ku di lapisan kedua Abyss Realm bukanlah hanya tentang bertempur melawan iblis-iblis yang kuat, tetapi juga tentang perjuangan batin yang mendalam. Di tengah kegelapan yang meliputi diriku, aku harus menghadapi ketakutan dan kebencian yang ada di dalam diriku sendiri, dan menemukan kedamaian yang sejati di dalam hatiku.

Dengan setiap langkahku, aku semakin dekat dengan jawaban yang ku cari. Meskipun perjalanan ini penuh dengan bahaya dan kesulitan, aku tahu bahwa hanya dengan menghadapinya dengan tekad yang bulat dan keberanian yang tak tergoyahkan, aku akan bisa mengatasi semua rintangan dan menemukan tujuan Jiwaku di dalam Abyss Realm yang gelap dan misterius.

Aku berdiri tepat didinding api yang berputar yaitu dinding yang memisahkan Lapisan ketiga dan Kedua, dengan kelemahanku aku hanya memutuskan menyentuh dinding itu dan mulai menyerapnya menggunakan Jiwaku yang abstrak itu sendiri, Dinding api itu mulai terserap kedalam Jiwaku sampai tidak tersisa dan menghasilkan banyak kekuatan untukku.

Aku mulai melompat ke lapisan ketiga dan... Suasananya menjadi sangat mencengkram dan menakutkan, walau tidak gelap seperti Lapisan kedua tetapi di lapisan ketiga ini suasananya sangat mencengkram hingga membuatku muntah, namun aku tetap berdiri tegak dan mulai siap menjelajahi lapisan ketiga ini.