webnovel

My Slave, My Servant, My Daughter

kisah tentang Pak Sumi, seorang intel kepolisian yang berhasil membuka kedok rumah Bordil dan menemukan hal yang lebih buruk daripada PSK (Pekerja Seks Komersial) yaitu menemukan seseorang yang akan merubah hidupnya untuk selamanya. kisah tentang keluarga, masa lalu, dan ambisi seorang anak. Kisah tentang suatu keluarga kecil yang berperan besar dalam beberapa kasus skala nasional, masa lalu yang penuh dengan intrik, persahabatan, juga kengerian dan kekejian, serta ambisi seorang anak untuk mendapatkan kepercayaan, cinta dan kasih sayang... ah dan juga tubuh. Cerita akan berkutat pada Marie dan Pak Sumi, lalu orang-orang yang terdekat seperti Bu Rati (Istri Pak Sumi), Tiga anggota daun Semanggi (Clover), dan tokoh antagonis. Apakah Marie bisa mendapatkan apa yang diinginkannya? berakhir bahagia atau tidak, itu semua pilihan anda, pembaca. *Penulis sangat tidak menyarankan untuk dibaca oleh anak-anak tanpa pengawasan Orang tua. Isi konten dan konflik cerita sangat mungkin TIDAK SESUAI untuk anak-anak (atau mungkin sebagian remaja baru). dimohon kedewasaan pembaca. **pict source: https://www.trekearth.com/gallery/Africa/photo1403560.htm

Cloud_Rain_0396 · Seram
Peringkat tidak cukup
102 Chs

Marie Menolak Tawaran emas, Awan Memulai Rencananya

Sontak Marie kaget dengan perkataan Miya barusan. Kini anak kecil itu tahu alasan Sialan tidak kembali dan Miya tidak pernah membicarakan lagi soal Sialan.

"Kenapa?" Kata Marie kepada Miya.

Miya diam, Dia memalingkan mukanya ke arah yang lain.

"Kalau kalian ingin menangis, menangislah, tadi Aku memberi Tuan kalian obat pencuci perut." Kata Vigor.

Sekarang Marie melihat Vigor. Marie jauh lebih tertarik dengan apa yang barusan Vigor katakan.

"Huh? kenapa? Sunandar yang memintaku melakukannya. Ususnya akan sakit lagi jika tidak dikeluarkan semua daging mentah itu." Lanjut Vigor.

"Apa tujuanmu dengan menolong kami?" Kata Marie.

"Meno-? Ahaha, bukan seperti itu, yang sebenarnya Aku ingin keluar dari bisnis ini, Aku sudah menunggu saat-saat seperti ini." Kata Vigor.

Anak-anak selain Marie diam sebelum Vigor melayangkan pertanyaan serupa pada mereka.

"Kalian, mau keluar dari sini?" Tanya Vigor.

Ingin Marie berkata 'ya' pada pertanyaan itu, tapi gestur tubuh Miya meyakinkannya agar berkata tidak pada ajakan itu. Miya menarik-narik tangan Marie dan memohon pada Marie.

"Marie, percaya padaku, Aku tahu diluar sana tidak akan ada yang menolong kita. Marie, baik di dalam ataupun di luar sama saja." Kata Miya.

Ketika harapannya pupus tatkala Miya ditolak oleh Ibunya, Miya tidak pernah lagi menjadi sosok Miya yang sama seperti sebelumnya.

Tubuh Marie sekarang berada di dalam kendali 'kabut hitam'. Marie melontarkan perkataan,

"Aku lebih tertarik pada alasan yang membuatmu yakin dapat keluar dari bisnis ini. Jadi kami ini barang dagangan?"

"Huh? kamu sangat jeli anak penyakitan. Siapa namamu?" Tanya Vigor.

"Namanya Marie." Kata Miya menjawabnya.

"Ah, jadi kamu favorit Sunandar." Kata Vigor.

Vigor berdiri.

"Hei, kau tahu rahasia kecil? tiap kali melihatmu (Marie), katanya dia selalu 'berdiri'. Aku kadang bingung dia itu gay atau pedofil." Lanjut Vigor.

Lalu kedua anak yang di belakang Marie, mereka tiba-tiba merangkak dan merengek menangis ke Vigor. Meski Marie dan Miya berusaha menghentikan mereka, tapi rasa ingin keluar dari tempat ini membuat Mereka tetap menuju ke Vigor.

"Hanya dua anak? Kalian tidak ikut? Aku janji ini tidak akan seperti yang kamu (Miya) lalui." Kata Vigor membujuk Miya.

Di dalam hatinya, Marie makin bingung apakah dia akan menerima ajakan orang ini atau tidak. Marie bertanya pada 'kabut hitam' tapi Marie kecewa melihat jawaban kabut hitam. Dia berkata jika Dia sendiri tidak bisa meramal masa depan.

Tapi tiba-tiba kabut hitam berbicara melalui Marie.

"AKU TIDAK AKAN IKUT DENGAN PEMBOHONG SEPERTI DIRIMU!"

Miya tercengang melihat Marie yang sampai seperti itu, Vigor diam melihat anak terpasung itu berkata demikian.

"Kenapa? kalau kamu benar-benar ingin menolong kami, kenapa harus membujuk kami untuk ikut? Kenapa kamu harus duduk diam disini dan memilih untuk berbincang kepada kami? kenapa kamu tidak langsung saja membuka kayu menyebalkan ini dan membawa kami semua pergi dari sini? dari neraka ini!?" Kata Marie penuh semangat.

Marie terengah-engah setelahnya.

"Ya. Dari awal sudah aku katakan tidak ada niatku untuk menolong kalian. Aku hanya ingin keluar. Aku sebenarnya akan menjual kalian kepada klien ku. Tapi tidak dengan gadis penyakitan sepertimu." Kata Vigor.

Mereka terdiam mendengarnya.

"Oke, kalau itu maumu aku akan langsung sekarang. Kalian bertiga ikut aku sekarang, kita pergi dari sini, dan tinggalkan anak ini disini." Kata Vigor sambil menunjuk Marie.

Kedua anak lelaki yang lain ikut ajakan Vigor, tapi tidak dengan Miya, Dia memegang tangan Marie.

"Aku, akan disini bersama Marie." Kata Miya.

Miya tidak ingin meninggalkan Marie sendirian. Atau... setidaknya itu yang diyakini oleh Marie. Sebenarnya Miya tidak ingin mempertaruhkan hidupnya lagi diluar. Miya merasa dia lebih aman disini. Jika dia bisa tetap tersenyum dan tidak menangis, dia akan tetap terus hidup. Dia akan hidup dengan lebih mudah jika disini. Dia akan hidup hanya dengan modal tersenyum.

"Baiklah jika itu maumu. Aku akan pergi sekarang." Kata Vigor.

"Tunggu dulu, kenapa dengan menjual kami ke klien mu menjadi jalan keluarmu untuk keluar dari bisnis Tuan?" Tanya Marie.

"Karena Aku butuh uang. Kalian akan jadi uangku setelah aku tidak dapat gaji lagi dari Sunandar." Kata Vigor.

Setelah itu Vigor meninggalkan Marie dan Miya di ruangan itu. Sebelum pintu tertutup, Vigor berkata sesuatu pada mereka berdua,

"Ah omong-omong, mungkin kalian harus bertahan sekitar 10 tahun lagi disini jika kalian ingin selamat. Anakku mungkin akan segera menyelamatkan kalian, karena katanya anak itu baru diterima jadi polisi. Ya, Aku yakin itu, karena anakku itu jenius!" Kata Vigor kepada Marie dan Miya.

Vigor pergi dari tempat itu tanpa diketahui Sunandar. Dia benar-benar akan menjual kedua anak itu ke kliennya, yang tidak lain adalah seorang keluarga yang sangat kaya. Keluarga itu terkenal di masyarakat karena semua anggota keluarganya yang bergerak pada bidang medis. Kepala keluarga, istri, dan kedua anak mereka merupakan dokter dan calon dokter. Keluarga itu adalah keluarga Raymond.

.....

.....

Awan merasa jika dalam kurun waktu 2 tahun ini, Dia tidak mengalami kemajuan. Ini terlihat dari kinerja ternaknya yang hanya Tari dan Ratu yang bisa memberikan Dia anak. Sedangkan kedua ternak yang lain, sudah 4 kali keguguran. Awan pikir hal ini karena kondisi mental mereka yang turun drastis.

Suntikan dana dari Sunandar di rekening banknya tak terasa tinggal beberapa digit angka saja. Kini Awan memutar otak untuk menjaga dirinya dan ternaknya agar tetap hidup. Hanya dua jalan agar dapat keluar dari masalah ini, menekan pengeluaran atau menambah pemasukan.

Saat Awan dan Tari sedang berbincang di satu malam diatas ranjang.

"Hm, haruskah aku bersanggama dengan kalian semua?" Kata Awan tiba-tiba.

"Huh? untuk apa?" Kata Tari yang kaget atas ujaran Awan.

"Um, untuk meningkatkan moral kalian? apalagi hal ini akan mengurangi pengeluaran kita untuk membeli suntikan sperma." Jawab Awan Jelas.

"Ya tapi..." Tari masih menolak.

Tak semua wanita mau jika lelakinya itu berbadan dua (apalagi empat), dan itu yang sedang dirasakan oleh Tari. Meskipun sebenarnya Awan sudah berbadan tujuh sejak dulu. Namun Tari tahu jika hanya dirinya yang akan digauli oleh Awan.

"Mungkin Aku harus bertanya juga pada Ratu." Kata Awan.

"Kenapa harus Ratu?" Tanya Tari.

"Ya... Dia yang mengatur uangnya kan." Jawab Awan.

Tari diam, Dia memalingkan mukanya. Awan mendekati istrinya. Dia tak bodoh. Dia tahu jika Istrinya cemburu dengan perkataannya barusan.

Keesokan harinya, saat siang Awan mengumpulkan mereka berdua. Dia berbincang masalah ini dengan Ratu Dan Tari, demi meredakan cemburu Tari.

"Dua Tahun. Sudah dua tahun dan tidak ada peningkatan dengan usaha kita, apa kalian punya pendapat untuk ini?" Tanya Awan.

"Kalau aku-" Ratu terhenti omongannya.

"Sudah langsung saja kamu bilang kalau tidak ada lagi kawin suntik untuk kami semua." Kata Tari tiba-tiba memecah omongan Ratu.

"Maksudmu apa?" Kata Ratu sembari memalingkan wajahnya ke Tari.

"Ya ini, Bapak rencananya mau melakukan 'itu' sama semuanya." Kata Tari.

"itu? Oh." Kata Ratu.

Ratu merasakan ada sedikit perasaan senang dihatinya.

"Tapi, aku rasa juga ini yang paling mungkin dilakukan pada waktu sekarang." Lanjut Ratu.

"Halah, paling Kamu hanya senang-senang saja diperlakukan seperti itu." Kata Tari sinis.

"Tapi Tari, kalau kita pikir lagi, harusnya hal ini tinggal bagaimana Tuan dan kita harus menurut saja kan?" Kata Ratu.

Tari diam. Kemudian Awan bertanya Ratu.

"Lalu apa usulmu Ratu?" Tanya Awan.

"Pak, aku mau mengusulkan jika kita harus membuang ruang bawah tanah dan membuat semuanya ikut hidup disini, itu akan sangat membantu memangkas pengeluaran kita." Kata Ratu.

"Tapi bagaimana dengan Tetangga? apa tidak masalah mereka melihatku berbadan empat?" Tanya Awan.

"Hm, mungkin kita bisa menganggap mereka semua adalah saudara jauhku dan Tari?" Kata Ratu.

"Ratu, aku tidak setuju. itu akan membuat citra kita jatuh di masyarakat." Kata Tari.

Memang benar yang dikatakan Tari.

Namun Awan sebenarnya sedang melakukan penelitian. Dia akan membandingkan apakah Ternak yang dibiarkan perasaannya ada (yaitu Tari) dan dikekang perasaannya (semuanya kecuali Tari) akan menunjukkan hasil yang berbeda.

Awan sudah memulainya sejak lima tahun yang lalu, namun belum terlihat perbedaan. Karena Ratu yang ternyata baik-baik saja tidak digauli oleh Awan. Lalu sekarang Awan akan memulai Tahap yang baru, yaitu mencobanya kepada semua ternak.

Apa yang dia lakukan sekarang akan mengubah ternaknya dikemudian hari.