webnovel

My Identity Secret Story [MISS]

Refki adalah seorang remaja laki-laki yang mengalami kecelakaan hebat yang membuat tubuhnya hancur. Tetapi begitu dia terbangun, ia melihat dirinya sudah berubah menjadi perempuan. Ia ditolong oleh seorang laki-laki bernama Zien. Bagaimana nasib dan kisah Refki setelah berubah menjadi perempuan? Genre: Transgender(LGBT+), Romance, Comedy, Slice of Life, Supranatural

Fryzz_Na · LGBT+
Peringkat tidak cukup
22 Chs

16. Hubungan Zien dan Frenia?

- Chapter 16 -

"Gua mau dibawa kemana?" tanyaku menoleh ke Zien.

"Kamu maunya kemana?" tanya Zien menatapku dengan senyuman tipis.

((Baru kali ini gua denger dia ngomong pake 'kamu' ke gua, biasa nya 'kau'. Apa karena gua ceritanya sebagai 'pacar'nya?)) tanya batinku terheran. "Kan lu–kamu yang ngajak" ucapku menatap Zien.

"Yang penting kita ngobrol berdua" ujar Zien. "Sayang" tambahnya dengan senyuman tipis.

Aku sedikit bergidik saat mendengar Zien memanggilku 'sayang', meskipun aku tau itu hanya untuk pura-pura karena aku sebagai 'pacar'nya, tapi tetep saja.. Rasanya geli dipanggil sayang sama sesama cowok. Meskipun saat ini tubuhku sudah menjadi cewek. "... Yaudah" aku pun berdiri dari bangku ku. "Bentar yak. Gua ngobrol sama 'pacar' gua dulu" ujarku ke yang lain.

"Oke silakann" ujar Yura tersenyum.

"Jangan lama-lama Fren" sahut Vira.

"Ciee yang mau pacaran dulu" ucap Milda.

Aku pun berjalan mengikuti Zien menjauhi bangku tempat dudukku bersama mereka. Tetapi aku masih dapat mendengar obrolan mereka sebelum berjalan makin menjauh.

"Duh kepo gue jadinya sama hubungan mereka. Gue baru tau loh kalo si Zien udah punya pacar dan ternyata anak jurusan sini! Gue kira dia masih jomblo!" ujar Selina.

"Ya Frenia kan anak baru Sel. Jadi kita juga baru tau kalo Frenia ternyata pacarnya Zien itu" ujar Milda.

"Tapi mereka menurutku cocok kok. Frenia cantik, Zien nya juga ganteng" ujar Yura tersenyum gemas.

"Gue nggak nyangka juga sih kalo pacarnya Frenia itu ternyata si Zien itu. Tapi ya nggak heran juga kalo mereka pacaran" ucap Vira.

"Aaa pupus sudah harapan gue untuk bisa deketin Zien" ujar teman yang bersama Selina.

"Yang tabah ya Fel" ucap Selina sambil sedikit menepuk pundak temannya itu. "Tenang aja. Yang ganteng dan keren lainnya di kampus ini juga masih banyak kok"

"Tapi kan, gue maunya.. Aaa" ujar temannya Selina seperti menunduk kehilangan harapan.

"Gua mau dipinjem kemana coy?" tanyaku sembari berjalan mengikuti Zien. "Dikata gua barang kali pake dipinjem"

"Iya. Kau memang barang berhargaku" ucap Zien yang berjalan tanpa menoleh.

"Dih. Lu ceritanya ngegombalin gua apa gimana?" ujarku mengangkat alis. "Ogah gua disamain sama barang. Gua manusia"

Zien kemudian berhenti dan berbalik arah ketika sudah berada di area yang sepi meski masih di sekitaran dekat kantin. "Apapun itu yang jelas kau tetaplah berharga bagiku" ucapnya tersenyum menatapku.

Aku ikut berhenti saat dia berhenti dan berbalik arah. Seketika aku terdiam sejenak mendengar ucapannya. "Au ah. Jadi lu sebenernya mau ngomongin apaan cok?!" tanyaku menatap Zien.

"Jadi.. Apa yang tadi mereka bicarakan tentangku?" tanya Zien seakan sudah tau bahwa sebelumnya dia dibicarakan oleh para teman-teman cewek jurusanku.

"Ya.. Mereka nanyain hubungan gua sama lu" jawabku. "Tapi gua nggak nyangka ternyata lu se-populer itu ya di kampus ini?" ujarku mengangkat alis dengan senyuman meledek menatap Zien.

"Oh. Tidak juga. Mereka nya saja yang berlebihan" ujar Zien dengan senyum tipis.

"Halah. Karena lu populer kan makanya gua dijadiin tameng supaya pura-pura jadi pacar lu biar lu nggak dikejar cewek-cewek?" tanyaku sinis.

"Kenapa? Kau cemburu?" tanya Zien senyum menggodaku.

"Cemburu apaan! Gua ngiri anjir" ucapku menatap Zien.

"Iri kenapa?" tanya Zien tersenyum tipis sambil melipat kedua tangannya. "Lagipula tadi kulihat, bukannya kau sudah dekat dengan banyak cewek?"

"Iyasih. Tapi kan.. Deketnya karena mereka ngiranya gua juga cewek. Bukan dideketinnya sebagai cowok yang ditaksir atau dideketin cewek" ujarku sedikit kehilangan harapan.

"Tenang saja. Cepet atau lambat kau juga akan populer" ujar Zien.

"Gua bakal populer kenapa?" tanyaku heran. "Bukan populer jadi viral karena identitas gua yang cewek jadi-jadian bakal terungkap kan?" ujarku mengangkat alis.

"Bukan itu. Tapi kemungkinan akan banyak laki-laki lain yang juga akan mendekatimu" ucap Zien memejamkan matanya. "Jadi kemungkinan besarnya kau akan populer didekati kalangan laki-laki dibanding perempuan"

"... Ogah. Gua nggak mau populer karena dideketin apalagi ditaksir cowok. Meski gua udah jadi transgender gua nggak homo! Gua masih normal" ujarku dengan tatapan datar.

"Bagaimanapun juga kini yang orang lihat wujudmu wanita. Oranglain belum tentu akan tau bahwa dulunya kau laki-laki kecuali informasi tentangmu terbocor, atau kau sendiri yang mengungkapkannya" jelas Zien menatapku.

"Emang ini gara-gara siapa hah gua dijadiin cewek?!" ujarku menatap sinis Zien.

Zien menghela nafas sejenak. "Ada alasan kenapa aku lebih memilih menjadikanmu dioperasi menjadi wanita dibanding tetap menjadi laki-laki. Walaupun.." Zien sedikit menoleh ke kanan agak belakang "Apapun itu sebenarnya tidak masalah bagiku" ujarnya pelan.

"Hah? Lu barusan bilang apa?" tanyaku terheran mendengar ucapan pelan Zien.

"Maksudku aku lebih butuh bantuanmu sebagai perempuan dibanding tetap menjadi laki-laki, walaupun keduanya tidak masalah" ujar Zien menatapku. "Lagipula kalau kau tetap menjadi laki-laki maka..–"

"Ya ya gua tau. Biar identitas gua berubah sepenuhnya, jadi gak ada seorangpun yang bakal ngenalin gua kan? Jadi orang gatau kalo gua belum mati" ujarku melipat kedua tanganku sambil menoleh ke samping kanan memotong ucapannya. "Dan gua jadinya bisa dijadiin sebagai 'mata-mata' lu disini" ucapku yang kemudian menatap Zien.

"Yup itu benar" ujar Zien mengangguk tersenyum sambil memejamkan matanya.

Aku menghela nafas. "Gua serasa alat" ujarku pasrah. "Tapi sebenernya keadaan sekarang nggak buruk juga sih.. Gua mulai sedikit menikmati sebagai cewek" ucapku yang tanpa sadar tersenyum tipis.

"Baguslah" ucap Zien tersenyum melihatku. "Tapi mungkin.. Diantara para laki-laki yang disebutkan oleh temanmu tadi itu, nantinya juga akan ada diantaranya yang tertarik padamu" ujarnya menatapku.

"Ha?" ucapku. "Nggak mungkin lah anjir! Saling kenal aja juga kagak. Apalagi kan katanya mereka itu cowok-cowok popul–Wait!! Lu berarti tadi dengerin percakapan temen-temen gua soal itu?!" tanyaku penasaran.

"Mungkin sekarang belum. Tapi nanti akan ada yang mengenalmu diantara itu" ujar Zien. "Sedikit" jawabnya.

"... Kalo gitu lu jawab. Siapa diantara itu yang bakal kenal atau ngedeketin gua?" tanyaku menatap datar Zien.

"Beberapa. Tapi salah satunya yang bisa kusebutkan dengan jelas adalah.. Velgan" jawab Zien.

"Velgan? Kenapa dia bakal deketin gua?" tanyaku mengangkat alis.

"Dia populer di kalangan perempuan. Dan dia suka mendekati dan menggoda perempuan cantik. Bisa dibilang, dia playboy cap kaki seribu" ujar Zien memejamkan matanya.

"Oh" jawabku datar. "Yah kalo begitu sih nggak heran juga sih karena dia pasti nyangkanya gua cewek" ujarku. "Tapi belum tentu juga dia bakal kenal apalagi deketin atau tertarik ke gua"

Zien mengedikkan bahunya. "Siapa yang tau" ujarnya. "Dan besok.. Akan ada kumpul UKM Pers" ucap Zien menatapku. "Semestinya penerimaan anggota baru di semester ganjil. Tapi kau tetap akan bisa masuk jadi anggota baru jika kau mau"

"Oh oke kalo gitu. Ntar bilang aja kalo pas mau ngumpul, jadi gua ke ukm nya barengan sama lu" ucapku. "Atau kalo enggak.. Kemungkinan gua barengan sama Leia dan Rizty ke ukm nya kalo misalkan besok sekelas bareng mereka"

"Pasti akan kuhubungi" jawab Zien dengan senyum tipis menatapku. "Sebaiknya kau datang bersamaku untuk hari pertama. Sekaligus aku bisa menjelaskan beberapa hal padamu nanti" ujarnya. "Tapi selanjutnya, boleh saja jika kau ingin datang bersama mereka. Karena mungkin aku pun tidak bisa terlalu sering datang bersamamu karena beberapa hal"

"Oh. Hal apaan aja tuh?" tanyaku penasaran menatap Zien.

"Weh Zien. Disini lo ternyata!" ujar teman Zien yang tadi mengobrol bersamanya tiba-tiba datang menghampirinya sambil menepuk pundak kanan Zien dari belakangnya. Ia pun lalu melihat ke arahku. "Wah jadi ini ya pacar lo Zi?" tanyanya. "Cantik! Bahkan lebih cantik aslinya daripada yang gua liat di foto lo!" ucap teman Zien tersenyum yang menampakkan giginya sembari menoleh ke Zien.

"Iya dia pacarku. Awas jangan naksir" ucap Zien menoleh ke arah temannya.

"Nggaklah kalo itu, kan dia pacar lo. Yakali mau gua embat pacar temen sendiri" ucap temannya. "Kecuali kalo dia jomblo sih ya mungkin aja" ujarnya terkekeh.

"Kalaupun dia jomblo, aku bakal deketin dia duluan sebelum kau coba dekati dia" ucap Zien.

"Anjay, gaspol ya gan" ujar temannya itu ke Zien. "Btw kenalin, gue Sammy. Panggil aja Sam" ujar temannya itu menjulurkan tangan kanannya padaku. Orang itu terlihat lumayan tampan meskipun lebih tampan Zien. Mata nya agak sipit tetapi kulitnya agak gelap. Dan orangnya terkesan ramah.

"Frenia" ucapku sembari membalas jabatan tangan teman Zien bernama Sammy itu.

"Jadi lo pacarnya Zien? Dari kapan nih pacarannya? Gue baru tau nih anak ternyata diem-diem udah punya cewek" ujar Sammy padaku sambil menunjuk Zien.

"Sudah cukup lama, tapi tidak terlalu lama. Sekitar semester lalu" jawab Zien sembari melipat kedua tangannya menatap Sammy.

"Oh kenalannya awalnya gimana tuh?" tanya Sammy penasaran sambil menoleh ke Zien.

"Aku memang sudah memperhatikannya dan menyukainya dari ketika masih sekolah dulu, meskipun kami dari sekolah yang berbeda" ucap Zien sembari melihat ke arahku. "Lalu kita tak sengaja bertemu di suatu event. Dan mengobrol. Katanya dia pengen pindah kampus ke kota ini, tapi masih bingung ingin pindah kemana. Jadi kusarankan untuk masuk kuliah di kampus ini agar bersamaku. Tak lama dari itu kita jadian" jawabnya kepada temannya.

"Owhh. Dia pindahan? Berarti kalian udah kenal dari lama?" tanya Sammy penasaran.

"Iya. Aku mengenalnya, tapi sepertinya dia dulunya tidak menyadariku" ucap Zien menatapku sejenak meski mengarah ke Sammy. "Karena kami dari beda sekolah"

"Owalah jadi lo kayak secret admirernya dia ya berarti?" ujar Sammy sedikit tertawa. "Trus lo nembaknya gimana gan?"

"Begitulah" ujar Zien. "Aku hanya menyatakan perasaanku, lalu mengajaknya jadian" jawabnya. "Dan dia pun langsung segera menerimanya" senyumnya yang lalu menatap padaku.

((Apaan. Orang dia ngajak pura-pura jadian pas di kuburan)) ucap batinku sweatdrop. ((Itupun mau nggak mau gua nerima karena terpaksa oleh keadaan))

"Owalahh. I see I see" ujar Sammy manggut-manggut dengan sedikit tersenyum.

"Jadi, udah nggak ada yang perlu dibahas lagi kan, 'pacar'ku?" tanyaku sambil sedikit menekankan kata pacar dengan terpaksa. "Kalo udah nggak ada gu–aku balik. Yang lain masih pada nungguin disana" ujarku.

"Baiklah. Nanti kita bicarakan lagi pas di rumah" ujar Zien. "Ingatlah kata-kataku tadi" ujar Zien memejamkan matanya ke bawah sekilas.

"Kata-kata apa? Yang mana?" tanyaku heran.

"Yang barusan ku 'jelaskan'. Kau akan paham nanti apa maksudku" ujar Zien.

"Oke dah" ucapku meski tak paham apa maksudnya. "Kalo gitu gua–aku duluan" ujarku sambil melambai tangan sekilas ke Zien lalu berbalik arah. Aku pun berjalan kembali ke arah bangku para teman-teman cewek jurusanku duduk.

"Wah Frenia udah balik tuhh" ujar Yura yang kemudian melambaikan tangannya ke arahku.

"Jadi kalian bahas apaa??" tanya Selina dan Vira langsung serempak dengan kepo saat aku datang ke bangku tempatku duduk tadi.

"Hanya bahas sedikit hal pribadi kami" jawabku sembari duduk.

"Ohh. Trus gimana jadi hubungan lo sama Zien. Awal kenal gimana?" tanya Selina penasaran menatap ke arahku.

"Ya gitu" Aku pun seketika teringat kata-kata Zien sebelumnya. "Kita ketemuan di event. Trus Zien ngajak jadian" jawabku. ((Jadi ini maksudnya Zien suruh 'inget kata-katanya'? Biar kalo ditanya hubungan gua sama dia, gua jadinya tau harus ngejawabnya apa?)) tanya batinku berfikir.

"Event apa? Event mana??" tanya Selina penasaran. Terlihat yang lain pun juga ikut penasaran.

"Event.. Cosplay?" jawabku asal. Karena aku teringat ucapan Zien dulu ia katanya pernah bercosplay bareng Eva. Padahal aku jarang sekali pergi ke event gituan, kecuali pas lagi diajak temen.

"Cosplay?! Wah Frenia juga Cosplayer??" tanya Yura bersemangat.

"Enggak sih. Zien yang pernah cosplay. Gua belum pernah" jawabku.

"Zien Cosplay??!!" tanya Yura, Vira, Selina, dan temannya Selina serempak.

"Y-ya. Katanya dia dulu pernah sempat cosplay. Tapi gua sendiri juga belum pernah liat dia pas cosplay sih.." ujarku dengan senyum sweatdrop.

"Wuaaa. Aku penasaran liat dia cosplay! Pasti bakal ikemen!!" ujar Yura tersenyum sambil menyatukan kedua tangannya. "Apalagi kalo liat Frenia cosplay jugaa!!"

"Cosplay itu yang orang-orang pake kostum kayak anime dan kartun gitu bukan sih?" tanya Milda.

Yura mengangguk-angguk semangat. "Iya. Tapi nggak cuma anime doang. Bisa dari game, movie, original character, atau yang lainnya juga selama pake costume ataupun bergaya menirukan style karakter" jelas Yura.

"Oh. Gue kadang juga liat sih ada acara orang-orang pake kostum gituan juga. Cuma gue jarang dateng ke event begitu. Soalnya gue nggak ngerti anime, game, atau budaya jepang. Tapi pernah sih sempat dateng karena event begitu banyak booth kulinernya juga" ujar Milda.

"Kalo mau dateng event festival jepang gitu barengan juga sama aku aja Milda" ujar Yura semangat. "Kalian juga!!" ujarnya kepadaku dan yang lain.

"Gue sih lebih tertarik event kpop atau event beauty bersama sesama influencer" ujar Vira. "Tapi kalo sesekali pada mau dateng event gituan bareng sih gue ayuk aja"

"Yeayy" ucap Yura. Ia lalu melihat jam di tangan kirinya. "Ah udah hampir jam 1. Aku duluan yaa. Bentar lagi masuk kelas!" ujar Yura sambil beranjak berdiri.

"Lu kelas di ruang berapa? Gua juga ada kelas jam 1" ucapku yang juga ikut berdiri dari bangku.

"Di ruang B-403" jawab Yura. "Kamu di ruang berapa Frenia?"

"Sama berarti. Gua juga" jawabku.

"Yeay, aku sekelas sama Frenia!" ujar Yura senang. Yura pun langsung menghampiri dan menggandeng lengan kananku. "Ayok ke kelas bareeng!!" senyumnya semangat.

Aku sedikit terkejut saat Yura menggandeng lengan kananku. "O-oke" ujarku tersenyum karena digandeng cewek, apalagi cewek imut.

"Sama dong. Gue juga. Berarti kita sekelas" ucap Selina yang kemudian ikut berdiri. "Yaudah ntar lo lanjut ceritain hubungan lo sama Zien ya di kelas" ujar Selina padaku.

"... Oke" jawabku ragu ke Selina.

Aku, Yura, dan Selina pun menuju ke kelas kami. Vira dan Milda tetap masih duduk di kantin. Sedangkan kawannya Selina tadi juga menuju ke kelas di fakultasnya yang ternyata satu fakultas dengan Zien, fakultas Ekonomi. Meskipun aku belum tau siapa namanya, tapi dia juga terlihat cukup cantik dengan rambut cokelat tua lurus panjangnya.

Sesampainya di kelas, Yura duduk di sebelah kananku, sedangkan Selina duduk di sebelah kiriku. Selina pun bertanya-tanya penasaran padaku tentang hubunganku dengan Zien.

"Jadi gimana awal mula lo bisa pacaran sama Zien?" tanya Selina menghadap ke arahku.

"Itu.. Gatau. Zien tiba-tiba nyamperin aja. Ngobrol-ngobrol. Katanya dia sebenernya udah meratiin gua dari lama. Trus dia ngajak jadian. Yaudah gua terima aja" jawabku mengingat perkataan Zien tadi sebagai 'alasan' bagaimana aku jadian dengan Zien.

"Ohh. Trus dia ngajak jadiannya gimana?" tanya Selina penasaran menatapku.

"Dia.. Bilang dia udah suka gua dari lama pas waktu masih sekolah. Katanya dia dulu suka mampir ke sekolah gua, dan ngeliatin gua" jawabku ragu. "Jadi pas dia ngajak pacaran.. Ya gua terima aja" ucapku bohong.

"Ohh jadi gitu? Wah ternyata dia emang udah naksir lama sama lo gitu ya? Trus lo tau nggak kalo dia suka mampir ke sekolah lo bahkan suka sama lo dulu pas di sekolah?" tanya Selina penasaran.

"Nggak tau" jawabku jujur. ((Tapi.. Apa bener ucapannya Zien kalo dia emang udah tau dan meratiin gua dari lama?)) tanyaku berfikir dengan sedikit menunduk. ((Kalo dipikir-pikir, waktu itu dia juga pernah bilang.. Katanya gua pernah nyelamatin nyawanya dia pas kecil, jadi dia impas bales nyelamatin nyawa gua. Apa bener? Berarti.. Dia udah tau gua sebenernya bahkan dari pas kecil dong?)) pikirku sambil menaruh kepalan jari telapak tanganku dibawah dagu. ((Jangan jangan.. Dia emang beneran udah suka sama gua dari lama?!! Anjrit kok gua berasa Zien beneran gay yang diem-diem naksir ke gua sih?!)) ucap batinku panik.

"Trus trus Zien gimana orangnya pas pacaran? Romantis nggak? Penasaran gue jadinya kalo dia punya pacar tuh gimana" tanya Selina penasaran menatapku.

"Ya.. Dibilang romantis sih.. Lumayan. Yang jelas dia suka beliin ini itu meskipun nggak diminta" jawabku. "Bahkan berlebihan" ucapku pasrah mengingat barang-barang yang ia belikan padaku meskipun belum tentu akan kupakai.

"Ih baik banget yaampun!! Coba cowok gue juga gituu!" ujar Selina.

"Eh? Jadi lu udah punya cowok?" tanyaku menatap Selina.

"Udah dongg" jawab Selina tersenyum. "Lagipula cowok mah banyak kali yang mau sama gue" ujarnya berbangga.

((Iyasih.. Orang kayak Selina mana mungkin belum punya pacar.. Pasti banyak cowok yang naksir juga)) ucap batinku. "Oh pacarnya anak sini juga?" tanyaku penasaran.

"Bukan anak kampus sini. Anak kampus lain. Dia model juga pokoknya" ucap Selina. "Tapi ya gitulah orangnya. Mana ada dia bakal mau beliin gue ini itu kalo nggak gue minta. Ya meskipun gue bisa beli sendiri juga sih. Jadi daripada minta cowok gue, mending gue beli sendiri. Kecuali kalo lagi jalan bareng, mesti dia yang traktirin dan bayarin belanjaan gue" ujarnya yang jadi curhat.

"Oh.." ((Dasar cewek..)) ucap batinku sweatdrop mendengar kalimat terakhirnya.

"Frenia, aku mau nanya sesuatu boleh?" tanya Yura tiba-tiba sambil menoleh ke arahku.

"Mau nanya apa tuh?" tanyaku menoleh ke Yura.

To be continued..