webnovel

DIA SANGAT KAYA

Mau tidak mau, Apple harus ikut dengan Jayden untuk ke kantornya karena dia sudah mulai bekerja sebagai pengganti ayahnya dan Jayden juga bersikeras agar dirinya menandatangani surat perjanjian dan juga surat kontrak dengannya, hanya untuk memastikan kalau Apple akan bekerja dengan baik.

"Aku tidak akan memakai seragam hitam bodoh itu," gerutu Apple ketika dia keluar dari rumahnya setelah berpamitan pada ayahnya dan Jayden telah menunggu di dekat mobil.

"Okay," jawab Jayden dengan santai. Dia kemudian melemparkan kunci mobil pada Apple. "Kau yang menyetir."

Apple mengerutkan keningnya ketika mendengar itu. "Biasanya pria kebanyakan tidak suka disupiri oleh perempuan."

"Aku bukan pria kebanyakan," jawab Jayden dengan santai, lalu masuk ke dalam mobil. "Cepatlah, aku akan terlambat kalau seperti ini."

Apple menghentakkan kakinya dan membanting pintu mobil dengan cukup keras begitu dia sudah duduk di belakang kemudi, membuat Jayden terlonjak kaget.

"Apa kau berencana untuk menghancurkan mobil ini? Ingatlah kalau aku bisa memotong biaya kerusakannya dari gajimu," ancam Jayden dengan ekspresi wajah yang tegang, seolah dia tengah memberengut, menunjukkan ketidaksukaannya pada sikap Apple.

"Oops! Sorry…" ucap Apple dengan ringan, tanpa ada nada penyesalan sama sekali dalam suaranya. "Kupikir kau sangat murah hati hingga tidak mempermasalahkan hal ini."

"Aku murah hati, baik dan tampan, tapi bukan berarti aku akan membiarkan ini begitu saja. Of course not, beautiful."

Dan setelah beberapa drama perdebatan mengenai ini dan itu serta beberapa hal yang sama sekali tidak penting, tapi mereka berdua benar- benar memperdebatkan permasalahan sepele tersebut dan pada akhirnya, Apple keluar dari parkiran rumahnya dan melaju di jalanan yang masih sedikit sepi ini, mengantarkan Jayden ke salah satu gedung perkantoran milik keluarga Tordoff.

==================

Apple menunggu di ruang kerja Jayden sementara pria itu berada di dalam ruang istirahat di dalam kantornya, tengah berganti pakaian dan mandi di sana, karena memang dia tidak memiliki perlengkapan mandi di rumah Apple.

Sementara menunggu, Apple berdiri di floor to the ceiling window, memandangi kota yang mulai sibuk dan jalanan yang mulai ramai, pemandangan dari ruang kantor ini sangatlah luar biasa dan dia merasa akan jauh lebih cantik lagi kalau malam hari, dimana lampu- lampu bersinar di kegelapan malam.

Untuk sesaat, dia tenggelam dalam pikirannya sendiri, dan baru sadar ketika Jayden melangkah masuk ke dalam ruangan dan mendapati Apple masih merenung, bersandar sambil memandangi kota.

"Kalau kau berpikir untuk lompat dari sana karena tidak tahan berada di dekatku, katakan saja," celetuk Jayden sambil berjalan ke mejanya dan mulai membuka laptopnya untuk memeriksa email penting yang masuk selama dia pergi semalam.

Apple terkejut ketika dia tiba- tiba mendengar suaranya, kemudian dia membalik tubuhnya dan mendapati Jayden yang telah rapih dengan kemeja merah maroonnya dan sebuah jas hitam tersampir di tangannya, sementara matanya terfokus pada laporan di laptopnya.

Apple harus mengakui kalau Jayden memiliki pesona yang unik. Dia dapat terlihat begitu elegan dan manly di dalam balutan warna yang bold itu, sementara dia tidak dapat membayangkan kalau pria lain mengenakan warna yang sama, apakah mereka akan dapat terlihat seperti Jayden saat ini.

Dengan kata lain, pria ini memiliki charisma- nya tersendiri.

Tapi, mendengar kata- kata menyebalkan yang baru saja dia katakan, membuat Apple menjadi teringat betapa menyebalkannya dia terlepas dari betapa menarik dan tampannya sang pewaris Tordoff.

"Oh,aku bisa mengatakan hal yang sama padamu," ucap Apple dengan suara yang tenang, dia lalu berjalan ke arah meja Jayden dan duduk di seberangnya.

Hari ini, Apple tidak mengenakan pakaian yang mencolok, dia hanya mengenakan pakaian sehari- harinya saja yang berupa kaos putih dan celana jeans, karena dia juga tidak ingin berpakaian formil seperti orang- orang Jayden lainnya.

"Tenang saja, kalau sampai hal itu terjadi, aku akan mengajakmu bersamaku," Jayden berkata dengan ringan, sambil mengedipkan matanya pada Apple dan kembali fokus pada apapun yang tengah dia baca di laptopnya.

Apple memutar bola matanya dengan dramatis, kemudian dia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dan menikmati keheningan di dalam ruang kerja ini, yang hanya diisi dengan suara ketikan jari Jayden di atas keyboard laptopnya.

Tidak beberapa lama kemudian, dapat terdengar suara mesin yang halus, dimana ternyata Jayden mencetak beberapa lembar kertas yang lalu diserahkan pada Apple.

"Baca ini semua dan katakan padaku kalau ada yang tidak kau setujui, kita akan memperbaikinya segera sehingga kau bisa mulai bekerja hari ini juga." Jayden melambaikan kertas- kertas itu ke hadapan wajah Apple.

Gadis itu tahu kalau pria pebisnis ini memang sangat efisien dalam masalah waktu, tapi dia tidak menyangka kalau Jayden akan bergerak secepat ini untuk mengurus semuanya.

Dengan sangat enggan, Apple mengambil kertas- kertas tersebut dari tangan Jayden dan membaca beberapa kalimat. Dia akan membacanya dengan teliti karena besar kemungkinan kalau pria ini akan menjebaknya dengan point- point yang tidak menguntungkan dirinya.

"Aku akan kembali satu jam lagi, dan kuharap kau sudah selesai membaca semuanya dan memberitahuku kalau kau setuju atau tidak, atau kau memiliki revisi dalam hal tersebut." Jayden lalu mengambil jas hitamnya dan hendak keluar dari dalam ruangan.

"Kau akan bekerja sepagi ini?" tanya Apple, dia menatap jam tangannya dan melihat kalau ini masih terlalu pagi bagi seseorang untuk memulai hari kerjanya.

"Tentu saja, ada banyak hal yang harus kuurus," jawab Jayden, yang lalu melangkah keluar ruang kerja. "Sampai jumpa satu jam lagi," ucapnya ceria, meninggalkan Apple sendirian di dalam ruang kerjanya dengan laptopnya yang masih menyala.

Apple memicingkan matanya melihat laptop Jayden. "Pria ini benar- benar ceroboh," gumamnya yang kemudian menatap surat- surat yang diberikan Jayden kepadanya.

Di halaman pertama yang menjelaskan point- point keterikatan kerja antara dirinya dan Jayden menjelaskan semua hal yang harus dan tidak boleh dia lakukan serta berbagai hal detail mengenai apa saja yang menjadi tanggung jawabnya.

Tapi, ketika Apple sampai ke point imbalan yang akan dia dapatkan, matanya terbelalak melihat nominal angka tersebut.

"Dia benar- benar sangat kaya." She clicked her tongue.