Setelah Jayden keluar dari kamar Apple, tidak lama kemudian dia mendengar suara mobil yang menderu dan menjauh, menandakan kalau Jayden telah pulang.
Tapi, ketika Apple hendak tidur, justru ayahnya lah yang melangkah masuk ke dalam kamar.
"Apple, kau sudah tidur?" tanya Pyro, sambil mengetuk pintu.
"Belum, masuk saja," ucap Apple, yang mana lalu Pyro berjalan masuk ke dalam kamar anak perempuan satu- satunya tersebut. "Ada apa ayah?" tanya Apple, dia kemudian duduk di atas ranjangnya sementara Pyro berjalan masuk ke dalam kamar.
"Ada hal yang ingin ayah katakan," ucap Pyro, suaranya terdengar ragu, seolah dia tidak yakin dengan kata- kata yang akan dia sampaikan nanti.
"Ada apa?" Apple segera terduduk, karena tidak biasanya ayahnya berbicara seserius ini padanya. Bisa dikatakan sudah lama sekali sejak ayahnya memiliki kekhawatiran berlebih seperti sekarang.
"Ayah ingin hubungan di antara kau dan Jayden hanyalah sebatas pekerjaan saja." Pyro tidak tahu bagaimana dia harus mengatakan hal ini, maka dari itu dia mengatakannya sesuai dengan apa yang dia rasakan. "Ayah tidak ingin ada hubungan lain di antara kalian berdua."
Di sisi lain, Apple tercengang ketika dia mendengar apa yang ayahnya baru saja katakan. Dia tidak yakin kalau dirinya mendengar dengan benar kata- kata tersebut.
"Apa maksud ayah? Tunggu sebentar." Apple lalu menegakkan duduknya dan dia menanggapi dengan serius kata- kata ayahnya tersebut. "Ayah tidak berpikir kalau aku memiliki suatu perasaan yang berlebihan terhadap Jayden, bukan?"
"Ayah harap kau tidak merasa seperti itu," jawab Pyro dengan jujur.
Saat itulah tawa Apple pecah, dia terpingkal- pingkal ketika mendengar kekhawatiran ayahnya yang tidak berdasar ini. "Ayah tenang saja, aku tidak akan menyukai pria menyebalkan seperti Jayden Tordoff," ucapnya di sela- sela tawanya.
Tapi, Pyro sepertinya tidak menanggapi tersebut sebagai sebuah lelucon. Dia menanggapinya dengan serius.
"Bukan ayah tidak setuju, tapi kalau bisa, jangan memiliki perasaan lebih terhadapnya," ucap Pyro, berusaha menjelaskan ketidaksetujuannya tersebut.
"Tidak, tidak mungkin kami memiliki hubungan semacam itu," ucap Apple, dia melambaikan tangannya dengan asal, tidak berpikir kalau apa yang ayahnya katakan tersebut serius. "Aku bahkan tidak bisa membayangkan diriku dan dia berada di dalam hubungan yang romantis." Apple bergidik setelah mencoba membayangkan hal tersebut.
"Berjanjilah pada ayah," ucap Pyro.
"Aku janji, hubunganku dengannya hanyalah sebatas hubungan professional saja," jawab Apple dengan suara yang tegas. Dia tidak perlu berpikir dua kali untuk menjanjikan hal tersebut.
"Baguslah kalau begitu," ucap Pyro dengan suara rendah, tapi kekhawatirannya tidak begitu mereda setelah mendengar janji tersebut.
Kemudian setelah beberapa saat, Apple menanyakan hal alasan mengapa ayahnya berpikir demikian. Apakah Jayden sebegitu buruknya di mata ayahnya?
"Bukan seperti itu," gumam Pyro, dia lalu melipat tangannya di depan dada dan menatap putri satu- satunya dengan seksama. "Jayden adalah pria yang sangat complicated. Dia terlihat ceria, playful dan easy going, tapi kau tidak pernah melihat sisi gelapnya."
Pyro mengenal Jayden sejak dia lahir, tentu saja dia mengetahui semua sifat pria muda tersebut dan bahkan dirinya tidak pernah begitu ketakutan ketika melihat seseorang lepas kendali.
Pyro bahkan lebih takut melihat Jayden lepas kendali ketimbang saat ayahnya, Ramon, menodongkan pistol kekepalanya karena dulu dia gagal untuk melindungi Hailee.
Bila Ramon dulu masih dapat berpikir rasional dan menghentikan tindakannya karena masih memiliki beberapa pertimbangan, maka Jayden tidak memiliki hal itu sama sekali ketika dirinya benar- benar lepas kendali.
Pyro melihat hal tersebut sekali dan dia tidak ingin putrinya menghadapi hal yang sama, apalagi bersama dengan pria tersebut.
====================
Dan hari- hari berikutnya berlalu dengan Apple yang mengikuti Jayden kemanapun dia akan pergi meeting, dan karena dia tidak ingin mengenakan pakaian yang sama dengan para bodyguard pria yang Jayden miliki, Apple memilih untuk mengenakan pakaian biasa.
Hal ini cukup membantunya untuk memantau sekitarnya, bersikap seolah dirinya hanyalah seorang gadis muda yang kebetulan berada di tempat tersebut. Ini sangat berguna bagi Apple untuk dapat bergerak tanpa menarik perhatian.
"Kenapa kau menyukai jaket itu? aku sudah melihatmu mengenakan jaket itu sekitar dua kali dalam lima hari ini," ucap Jayden di telepon.
Jayden tengah menikmati makan siangnya sendirian di dalam restaurant, sementara Apple berada di luar restaurant tersebut, memakan ice cream dengan sebuah earphone tersumpal di telinganya, begitu pun dengan Jayden.
Bila orang lain melihat, mereka akan berpikir kalau sang pewaris Tordoff tersebut sedang membicarakan hal- hal penting mengenai bisnis dan sejenisnya, tapi yang tidak mereka ketahui adalah, Jayden Tordoff ternyata tengah mengusir rasa bosannya dengan cara mengusili Apple.
"Kenapa? Aku menyukai jaket ini," jawab Apple sedikit tersinggung. Dia menatap jaketnya sendiri dan melirik ke arah restaurant dan dapat melihat Jayden tengah menatap ke arahnya juga.
Ini adalah jaket cokelat yang dulu Kyle pernah belikan untuknya karena dia mengatakan kalau dia menyukai jaket ini.
Apple tidak mengenakannya karena dia masih ingin mengenang hubungannya dengan Kyle, tapi karena dia memang menyukainya.
"Kau terlalu sering mengenakan jaket itu," ucap Jayden sambil menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. "Orang- orang akan menyadari kalau kau selalu berada di sekitarku."
Apa yang Jayden katakan ada benarnya juga, karena mereka akan lebih mudah mengenali Apple dengan cara seperti ini.
"Kau harus mengganti penampilanmu lebih sering," Jayden menambahkan lagi dan dia dapat mendengar suara menggerutu Apple yang merasa tidak senang karena ada orang lain yang mengkritik penampilannya.
"Aku tidak memiliki jaket lain," ucapnya pada akhirnya, tapi karena dia tahu apa yang Jayden katakan benar, maka dengan berat hati dia menambahkan. "Aku akan membelinya nanti setelah jam kerjaku selesai, maka dari itu berhenti memberikanku jam lembur."
Jayden tersenyum kecil ketika dia mendengar protes Apple. "Tidak perlu untuk itu, kau bisa pergi berbelanja denganku."
Apple mencibir ketika mendengar hal tersebut. "Tidak, aku tidak mau pergi berbelanja denganmu."